Kisah Super Hero yang satu ini terjadi dalam kurun waktu 1989 – 1992, saat dimana aku masih sekolah di SMA Ghandi Poera, Jakarta Timur, sebuah sekolah yang menurutku serba biasa–biasa, mulai dari kondisi bangunan, akses jalan, mutu pendidikan, sampai fasilitas yang tersediapun serba biasa–biasa, satu hal yang membuat sekolah ini luar biasa adalah ada satu yang aku anggap Super HERO di dalamnya.
Berawal ketika aku pulang ke Bandung, tidak seperti biasanya dari Cisalak ke terminal Cililitan (saat itu belum ada terminal Kampung Rambutan) aku mencoba jalur alternative lain menuju Bandung, aku mencoba naik bis di terminal Bogor, terminal yang kecil namum sangat semrawut, kendaraan besar dan kecil lalu lalang tanpa mengenal jalur dan berhenti sembarangan, berbaur dengan pedagang asongan, pengamen, pengemis bahkan pecopet.
Diantara hiruk pikuknya geliat aktifitas kaum urban di terminal, aku mencari dan menemukan sebuah bis kota yang di depannya tertulis trayek “Bandung – Bogor EKONOMI”, sambil menunggu bis penuh penumpang, bis ngetem lama sekali, aku kepanasan, sesak dengan kepulan asap rokok dimana–mana, lalu munculah beberapa orang pengamen jumlahnya sekitar 6 orang, mereka serempak membawakan beberapa lagu hits dari penyanyi legendaris Iwan Fals, dengan suara yang sangat fals, dandanan yang kumal dan tattoo ditangan dengan torehan tinta tanpa konsep.
Selesai mengeluarkan suara sumbang, satu dari pengamen menghampiriku dengan menodongkan pisau dan memaksaku untuk memberinya uang, kejadian ini menjadi cerita seru seminggu kemudian, karena saat aku cerita tiba-tiba “Iwan DEMANK Sukmana” sobatku berinisiatif untuk mencari pengamen yang menodongkan pisau ke arahku, tanpa “b…bi…bu…” langsung dia kumpulkan teman-teman yang punya rasa solider kepadaku untuk menyerang balik, jarak dari sekolahku ke terminal Bogor tidaklah dekat namun semua itu tidak menyurutkan niat teman-temanku untuk membuat perhitungan, dan semua itu Demanklah kordinatornya, meskipun disana rombongan kami tidak menemukan orang yang telah menodongkan pisau ke arahku, tapi kejadian ini menjadi sebuah catatan penting betapa care-nya Demank kepadaku.
Cerita Super HERO pernah terjadi juga di daerah Cikole Lembang, saat itu aku, Demank, Lurah, Kimung, dan Seki (satu2nya perempuan) kemping ke daerah Cikole, Lembang. Kami berempat pergi dengan nge-BeEm, cara kuno numpang truck kosong yang pergi searah dengan tujuan yang kami maksud, cara kuno ini sengaja kami ambil agar bisa pergi ke Cikole tanpa harus mengeluarkan ongkos, alhasil sampai juga kami ke tujuan, saat tenda baru saja didirikan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, kami semua berusaha mencari perlindungan, namun dengan jiwa Super HEROnya Demank keluar tenda dan berusaha memasang patok-patok agar tenda dapat kokoh berdiri, sementara yang lain termasuk aku hanya melihat saja tanpa memberikan bantuan sedikitpun, karena kami bertiga “kecuali” Demank merasa enggan kalau harus basah kuyup, tapi meskipun begitu apa yang dilakukan Demank menjadi point tersendiri buatku, betapa dia mempunyai jiwa Super HERO di mataku.
Ada lagi cerita Super HERO yang lainnya mengenai sobatku DEMANK, cerita ini berawal ketika aku berselisih faham dengan anak-anak muda sebayaku yang tinggal tidak jauh dari rumahku, mereka itu anak-anak yang tinggal satu daerah denganku di Cisalak, Gg. Mesjid, anak-anak yang kerjanya luntang lantung, madesu dan gak jelas juntrungannya, ternyata hanya selisih faham saja bisa menjadi masalah yang besar apabila berurusan dengan mereka, terjadilah bentrokan fisik, aku keteteran dikeroyok oleh tiga orang, dan kejadian ini langsung aku ceritakan keesokan harinya di sekolah. Teman-teman sekelasku mengerubutiku yang begitu semangat menceritakan kejadian pengeroyokan yang menimpaku semalam, lagi-lagi Demanklah yang berinisiatif ingin memberikan sedikit pelajaran kepada orang-orang yang mengeroyokku, dan Demank janji akan datang nanti sore sendirian, sebenarnya saat itu aku pecaya gak percaya kalau Demank berani datang sendiri, saat waktu yang dia janjikan tiba akhirnya datang juga Demank ke rumahku, gak sulit memang mencari orang yang telah mengeroyokku, lalu….”bukkk”… keras sekali Demank menendang punggung salah satu dari mereka, suara tendangannya sampai terdengar oleh masyarakat yang lain, yang tentu saja segera datang untuk melerai perkelahian yang pastinya akan seru. Aku merasa diatas angin saat itu karena Demank my Super HEROku berhasil melakukan serangan balik yang sangat ‘telak’.
Cerita yang terakhir mengenai Super HEROku ini agak miris, dan ironis, aku yang sejak masuk SMA numpang tinggal di rumah kakakku hidup sangat sederhana bahkan bisa dibilang serba kekurangan, kejadiannya berawal ketika aku hanya bekal ke sekolah dengan uang 200 rupiah, uang yang hanya cukup untuk ongkos angkot bolak balik dari rumah ke sekolah (saat itu ongkos angkot hanya 100 rupiah), hari itu hari Senin, dimana sebelum masuk sekolah kami para murid-murid harus mengikuti Upacara Pengibaran Bendera, aku yang dari rumah gak sarapan dulu, dan gak bisa jajan karena hanya bawa uang 200 rupiah, merasa kepalaku mulai sedikit pening dan berkunang-kunaang, perut lapar, lutut gemeteran, tapi dengan penuh semangat aku berusaha untuk tetap berdiri mengikuti jalannya Upacar Pengibaran Bendera, upacara selesai semua murid-murid SMA Ghandi Poerapun harus masuk kelas, dua mata pelajaran gak bisa aku ikuti dengan baik, karena saat guruku menerangkan aku tidak kuat menahan lapar di perut dan pening di kepala, istirahat tiba, Demank mengajakku dan lurah untuk pergi kebelakang sekolah, disana ada warung yang jualan mie ayam, tempat pavourite yang biasa kami pakai untuk ngobrol sambil menghabiskan waktu istirahat kami, lalu Demank menawariku mie ayam, “Oh God, thank you…pucuk dicinta ulam tiba”, perut yang sangat lapar tidaklah membuatku malu untuk menerima traktiran mie ayam, kami bertiga ‘Demank, aku dan Lurah” dengan lahapnya makan mie ayam, buatku kejadian ini adalah kejadian yang sangat tidak terlupakan, sampai detik ini aku selalu ingat kebaikan Demank kepadaku saat itu, semangkuk mie ayam untuk perutku yang lapar amatlah berharga, lebih berarga dari apapun juga. “He is The Real Super HERO for me”.
Saat semua kejadian sudah lama berlalu, cerita mengenai Sang Super HERO tidak bisa aku hapus dari ingatanku, dia datang saat aku butuh, dan dia ulurkan tangannya tanpa aku minta, ketulusanmu selalu tertanam dalam hati, dan akan selalu aku jaga persahabatan ini sampai akhir hayat nanti.
Iwan “Demank” Sukmana, tulisan ini memang tidak sebanding dengan uluran tangan yang pernah kamu berikan kepadaku, tapi paling tidak akupun punya satu ketulusan untuk mengingat semua kebaikanmu.
0 komentar:
Posting Komentar