Sebut saja namanya Eki, karena selama berteman dengannya aku juga tidak tau siapa nama lengkapnya, yang aku tahu bahwa Eki adalah seorang anak keturunan cina, berperawakan kurus, tinggi, mata sipit, bolehlah untuk dikatakan ganteng.
Eki adalah teman masa kecilku, masa dimana aku menghabiskan waktu dari sisa waktuku selepas sekolah untuk bermain bersama, main bola adalah salah satu hobi kami berdua…upssstt bersama teman-teman kami yang lain tentunya, Hai, andi, Aries, Ato, Boni, Gaha dll…dan yang punya lapang di samping rumah Ade Yanto.
Selama berteman dengan Eki, tak sekalipun juga Eki membuatku marah, kesal atau berulah yag dapat mencelakakanku, malah banyak sekali hal-hal yang Eki ajarkan padaku, Eki lah yang mengajariku bagaimana menerbangkan layang-layang saat sore hari menjelang magrib, mengajarkan aku bagaimana caranya memutuskan benang layang-layang lawan dengan gelasan mambo atau gelasan kenur/senar, mengajarkan aku bagaimana caranya naik sepeda BMX dan jumping menloncati kayu balok, mengajarkan aku bagaimana caranya mencari ikan di parit diantara pematang sawah, mengenalkanku pada tangga escalator di palaguna, Alun-alun Bandung, sebuah tangga berjalan yang awalnya aku anggap aneh.
Persahabatan kami adalah persahabatan yang tak lekang ditelan jaman, tak luntur oleh curahan hujan, dan tak akan hanyut terbawa banjir bandang, meskipun ada masa dimana Eki berantem saling tonjok dengan teman kami yang lainnya “Hai” hanya untuk mempertahankan ego dan harga diri masing-masing, “sampai sekarang aku gak habis pikir” kenapa ini bisa terjadi. Oh yah, rumah eki yang berdekatan dengan Boni membuat Ekipun berteman akrab dengan boni, jadi bukan hanya dengan aku aja.
Hari berganti hari, bulan telah kami lewati akhirnya akupun harus pergi meninggalkan Eki dan temanku yang lainnya Hai, andi, Aries, Ato, Boni, Gaha, Ade yanto…saat itu pertengahan tahun 1989, saat dimana aku lulus SMP dan harus hijrah ke jakarta untuk melanjutkan sekolahku di tingkat SMA, hingga akhirnya akupun lulus SMA di tahun 1992 dan balik lagi ke Bandung.
Pertemuanku dengan Eki terakhir saat Eki dan Boni sengaja main ke rumahku, waktu itu bulan puasa di tahun 1994, kami memang biasa berkeliaran malam hari kalau bulan puasa, karena lebih ramai rasanya kota bandung saat bulan puasa, hingga larut malam kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Waktu yang terus bergulir aku isi dengan kesibukanku menata masa depan, aku mulai ambil kursus komputer di LPK muhamadyiah, kursus bahasa inggris di IEC, kursus export-import di YAPMI, kuliah di STIE INABA dan kerja tentunya, aku sibuk dengan urusanku sendiri, tapi aku rasa teman-teman masa kecilku yang lainnya juga sibuk menata masa depannya masing-masing.
Di tahun 1996 Boni pernah datang ke rumahku bersama teman barunya dari Jakarta, aku sendiri gak tahu persis berapa jumlah temannya Boni yang datang ke rumahku, karena saat itu aku memang gak ketemu dengan Boni, karena Boni datang di waktu yang salah, di siang hari dimana waktu yang aku habiskan untuk beraktifitas di kantor tempat aku kerja.
Beberapa tahun yang lalu, aku lupa tepatnya, berita buruk dihembuskan dari mulut Elan ke telingaku, Elan adalah mantan tetanggaku satu RT, dia bilang bahwa Eki sudah meninggal 6 bulan yang lalu…Oh Tuhan, berita itu sungguh terasa menggelegar memecahkan gendang telingaku, tak ada firasat, tak ada kabar tentang sakitnya Eki yang aku dengar sebelumnya, tapi menurut penuturan Elan, Eki meninggal setelah sekian lama terbaring di sebuah Rumah sakit swasta terkenal di Bandung, satu hal yang aku sesali adalah aku tidak datang ke rumah sakit untuk mendoa’kan kesembuhan Eki dan tidak datang ke pemakamannya karena aku memang tidak tahu.
Ada saat dimana aku merindukan keberadaan Eki dalam hidupku, saat dimana pikiranku menerawang jauh ke masa dimana aku kecil dan bermain bersamanya.
0 komentar:
Posting Komentar