Pasanggiri Mojang Jajaka Jawa Barat (MOKA JABAR) yang merupakan program tetap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat digelar tiap tahunnya, para peserta terdiri dari utusan kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat yang tentunya juga merupakan pemenang dari MOKA daerahnya masing-masing. Pasanggiri diharapkan dapat melahirkan duta-duta pariwisata Jawa Barat yang mampu mempromosikan Jawa Barat baik dikancah Nasional maupun Internasional khususnya dalam bidang budaya dan pariwisata, dapat mencitrakan Jawa Barat sebagai propinsi/daerah yang positif, dan mempunyai kepekaan sosial khususnya terhadap segala sesuatu yang terjadi di Jawa Barat. Duta-duta yang pandai, menarik, ramah dan berani menyampaikan pendapat saat berpromosi.
Dari semua aspek yang menjadi penilaian yang terpenting adalah aspek kepribadian, moral dan etika (behaviour, attitude), aspek ini adalah menjadi aspek yang paling utama, karena segala prilaku para pemenang MOKA JABAR menjadi cerminan/representatif masyarakat Jawa barat pada umumnya. Para peserta hendaknya diberikan pengertian bahwa setelah selesainya pasanggiri segala sesuatunya (laku lampah, lengkah, ucapan) yang mereka lakukan haruslah dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh masyarakat Jawa Barat, karena MOKA JABAR menjadi ujung tombak untuk memberikan image positif kepada masyarakat luar Jawa Barat terutama di kancah Internasional, untuk itulah pentingnya bahwa MOKA JABAR adalah MOKA yang cageur, bageur, bener dan pinter.
Bicara mengenai pariwisata, bukan hanya bicara mengenai fullybooked-nya kamar hotel, habis terjualnya ticket masuk objek wisata, atau penuhnya kursi/tempat duduk di rumah makan, tapi juga ada aspek-aspek lain yang secara tidak langsung terkait dan besar sekali peranannya, diantaranya aspek sosial ekonomi, keamanan dan kenyamanan.
Majunya pariwisata di suatu daerah akan diikuti juga dengan majunya ekonomi masyarakat yang tinggal disekirnya, karena banyaknya kunjungan wisatawan menjadi pasar potensial buat masyarakat sekitar untuk melakukan usaha dalam bidang perdagangan atau industri rumahan, tentu saja ini membawa hal yang positif, juga akan terjadi sosialisasi antara wisatawan dan masyarakat sekitar sehingga terjadilah pembauran informasi, tapi kenyamanan dan keamanan juga haruslah dipikirkan lebih jauh lagi, guide lokal yang memaksakan dirinya untu memandu wisatawan asing tanpa adanya wawasan yang cukup dan kemampuan bahasa inggris yang mempuni akan menjadikan bumerang bagi kemajuan pariwisata itu sendiri, juga ulah pedagang yang membeda-bedakan harga jual dagangannya terhadap wisatawan asing dan domestik, ditambah lagi dengan image Jawa Barat yang mulai tercoreng dengan ulah segerombolan gang motor “anak kampung yang ingin kelihatan gaul“ juga memperburuk citra pariwisata Jawa Barat, disamping infra strukture yang tidak tertata dan pembangunan yang tanpa pola, hingga menghasilkan banjir saat hujan dan kemacetan yang parah saat week end.
Disinilah pentingnya kepekaan para MOKA dan keberaniannya untuk mengeluarkan pendapat bukan hanya saat berpromosi kepada wisatawan atau stakeholder di bidang kepariwisataan, tapi juga keberanian untuk menyampaikan pendapat sesuai dengan fakta yang ada kepada pihak pemerintah/PEMDA khususnya DISBUPAR.
Digelarnya Pasanggiri MOKA JABAR janganlah hanya menggugurkan suatu kewajiban atau hanya sekedar mengisi program tahunan yang telah dirancang, tetapi haruslah dapat menghasilkan ujung tombak yang dapat menjadi kepanjangan tangan dari pihak pemerintah daerah untuk mempromosikan kepariwisataan, seni dan budaya, dan menjadi MOKA JABAR bukanlah sebuah profesi tapi dedikasi, dimana tenaga, pikiran, dan waktu tercurah atas dasar kebanggan dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap potensi daerahnya. Semoga para peserta MOKA JABAR dapat silih asah, silih asih, silih asuh, silih wangi.
0 komentar:
Posting Komentar