Please ENJOY

Jumat, 05 November 2010

Aku dendam dengan kehidupanku di masa lalu

Banyak orang yang bilang masa kecil adalah masa yang paling indah, dan itu berlaku juga buatku, masa kecilku memang indah, aku berasal dari keluarga besar, kami semua delapan bersaudara, Bapakku adalah tanggung jawab, dan Ibuku adalah kesetiaan, kami semua dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis, penuh cinta tetapi gersang.

Sewaktu usiaku menginjak enam tahun, akupun mulai masuk Sekolah Dasar, karena kakak-kakakku semuanya bersekolah di SDN Kota Baru, akupun bernasib sama, sekolah di SDN Kota Baru, lokasinya lumayan jauh dari rumahku, tapi aku biasa pergi ke sekolah berjalan kaki, barengan kakakku.


Banyak cerita yang terjadi disana, diantaranya mengenai teman sekelasku “Dodi”, orangnya kecil, item tapi dia seorang anak yang over active, keberaniannya full, gak ada hari tanpa berantem, hobinya loncat dari satu meja ke meja lain. Meskipun begitu Dodi sangat disayang dan dimanja Ibunya, berbeda denganku yang datang ke sekolah barengan kakak, Dodi datang ke sekolah barengan Ibunya, dan si Ibu dengan setia menunggu hingga kami semua pulang.

Aneh memang, anak senakal Dodi dan se-over active dia pergi ke sekolah selalu diantar Ibu, tapi lebih aneh lagi karena jarak usia antara Dodi dengan Ibunya terpaut jauh sekali, yah diibaratkan seperti nenek dengan cucunya. Dodi memang bukan dari keluarga mapan, tapi tetap secara ekonomi keluarganya satu tingkat diatas keluargaku, terbukti Ibunya Dodi mampu memberikan jajan diwarung milik Pak Sarma penjaga sekolah kami, sedangkan aku gak pernah sekalipun jajan saat istirahat karena aku memang berasal dari keluarga yang serba kekurangan, meskipun begitu aku tetep bisa menikmati jajanan di warungnya Pak Sarma, karena setiap istirahat Ibunya Dodi selalu membelikanku “misro” makanan pavouriteku, terbuat dari adonan ubi ditambah terigu, didalamnya ada gula merah terus digoreng.

Menginjak usia puber, saat itu aku sekolah di SMP Putera 5, jaraknyapun gak jauh dari rumahku, aku juga biasa pulang-pergi ke sekolah hanya dengan berjalan kaki…hmmm…kalau orang tua jaman sekarang menyekolahkan anaknya mencari sekolah yang bagus dan sangat berkwalitas, kalau memungkinkan malah sekolah internasional, tapi orang tuaku justru kebalikannya, dia mencari sekolah untukku tidak melihat kwalitas, masa bodoh apakah sekolah tsb bagus atau jelek yang penting jaraknya dekat hingga bisa pulang-pergi hanya dengan jalan kaki “tanpa ongkos”.

Sepulang dari sekolah, biasanya aku bermain sampai sore bersama teman-temanku yang juga tetanggaku, mainnyapun gak jauh-jauh yah hanya sekitar lingkungan tempatku tinggal karena kalau main jauh-jauh gak “punya ongkos” saat itu teman-teman mainku sudah punya sepeda, mereka pulang-pergi ke sekolah naik sepeda, saat bermainpun mereka kadang pakai sepeda, sedangkan aku tidak, aku tidak punya sepeda, Ade Yanto, Gaha, Ato, Dadan, Andi, Eki (alm) semua punya sepeda, tapi walaupun begitu mereka sangat baik kepadaku, kemanapun mereka pergi aku selalu diajak, biasanya aku dibonceng Eki di belakang, Oh yah akupun sering pinjam sepeda miliknya Ade yanto, sepeda BMX warna biru, sepeda yang harganya pasti paling mahal dibandingkan sepeda milik teman-temanku yang lainnya, karena bentuknyapun lebih bagus, enak dipake jumping dan kebut-kebutan, dan Eki yang ngajarin aku naik sepeda hingga “lihai”.

Saking enaknya naik sepeda BMX biru milik Ade yanto, pernah suatu sore aku bonceng Aries (adiknya Andi) sedikit ngebut hingga gak sadar ada benang layang-layang yang membentang memotong jalan yang aku lewati, hingga benang layang-layang tsb mengenai leherku yang lagi asyik ngegoes pedal sepeda, hingga akhirnya sepeda yang aku naikin oleng dan terjatuh, “ough…” kakiku lecet, tapi Aries yang aku bonceng di depan duduk di batang sepeda lebih parah lagi, tersungkur hingga gigi depannya patah, saat itu langsung aku bangkit dan aku tampar anak yang main layangan di jalan tadi, Aries meringis kesakitan, gigi patah bibir dewer,  parah sekali dia, aku yakin kalau suatu saat aku bertemu Aries pastilah gigi depannya masih terlihat patah karena gigi depan yang patah itu bukanlah gigi susu yang bisa copot lalu tumbuh kembali tapi gigi yang sudah permanen……”Sepeda BMX oh sepeda…………aku ingin sekali saat itu memilikimu”.

Lulus SMP aku pindah ke Cisalak untuk melanjutkan sekolah di SMA Ghandi Poera-Jakarta, suatu hari sepulang sekolah aku diajak jalan-jalan ngantar Iwan “Demank” bertiga barengan Pamungkas “Lurah”, aku lupa lagi apakah waktu itu aku diajak ke Pasar Baru atau ke Pasar Senen, yang jelas aku  naik Bis Kota dari Cililitan dan jalan menuju ke Pasar tsb melewati tugu MONAS, saat itulah saat pertama kali aku melihat MONAS, aku senang sekali bisa melihat MONAS meskipun hanya dari balik jendela bis yang aku tumpangi. Disana aku melihat restaurant francise bertuliskan KFC, ingin rasanya aku masuk restaurant tersebut dan makan apa yang tersaji disana, “tapi yah sudahlah” itu semua hanya mimpi seekor punguk yang merindukan bulan. Lalu aku bertekad dalam hati suatu saat aku harus bisa makan di KFC.

Masa-masa sekolah sudah aku lewati, masa kecil yang indah, masa remaja yang penuh gejolak telah lama berlalu, akupun balik lagi ke Bandung, dan mulai masuk dunia kerja, perusahaan tempatku bekerja berlokasi di tengah-tengah kota Bandung, gaji pertamaku tidaklah besar tapi buatku nilainya cukup fantastis karena di atas UMR yang ditetapkan Depnaker. Aku tidak mungkin lupa dengan gaji pertamaku itu, karena gaji itulah gaji yang mampu memupus rasa kepenasaranku, rasa kepenasaran yang aku pendam saat pertama kali aku melihat restaurant francise bertuliskan KFC, gaji pertamaku itu adalah gaji yang aku pake untuk makan di KFC…….”oyeeehhhh…impas sudah”.

Masa-masa kerja adalah masa yang tepat untukku untuk membalas dendam terhadap kehidupan yang sebelumnya aku jalani, pendapatan yang aku peroleh tiap bulannya lebih dari cukup bila tolak ukurnya gaya hidupku yang sederhana, dari gaji tersebut bukan hanya cukup utuk memenuhi kebutuhan hidupku, tapi juga bisa untuk membantu saudara-saudaraku terutama keponakanku, saat aku ada uang pastilah aku bagi semua keponakanku supaya saat mereka pergi ke sekolah mereka membawa bekal uang yang sukup, hingga mereka bisa jajan saat jam istirahat, dan tidak mengadalkan pemberian orang lain, seperti masa dimana aku masih sekolah di SD dulu yang mengandalkan Ibunya Dodi untuk sekedar makan “misro” makanan pavouriteku, terbuat dari adonan ubi ditambah terigu, didalamnya ada gula merah terus digoreng.

Ada satu cita-cita yang selama ini selalu menghantuiku, hingga saat tertidurpun aku selalu memimpikan cita-cita itu, cita-cita yang sepele tapi membutuhkan upaya untuk mendapatkannya, untuk itulah akupun rajin menyisihkan sebagian penghasilanku tiap bulannya, aku tabung di Bank yang lokasinya gak jauh dari tempatku bekerja, hanya satu tujuanku menggapai cita-cita itu, saat hitungan tabunganku cukup, aku ambil semua uangnya…hmmm….hmmm jumlahnya lumayan juga 20 x jumlah gajiku, nilai yang aku kumpulkan dengan susah payah, mengencangkan ikat pinggang, lalu aku pergi ke Jl. Katapang, daerah Kosambi-Bandung, dan langsung menuju toko sepeda, saat pulang sambil membawa sepeda baruku tanpa sadar aku meneteskan air mata (wajar gak sech laki-laki meneteskan air mata?) aku teringat masa-masa aku menginjak remaja, masa dimana teman-cita-temanku Ade Yanto, Gaha, Ato, Dadan, Andi, Eki (alm) bermain dan pulang pergi ke sekolah dengan sepedanya masing-masing, sementara aku tidak, aku hanya dibonceng Eki dari belakang, dan aku harus menunggu “delapan tahun” kemudian untuk mendapatkan sepeda itu, itupun dengan susah payah menabung.

*) Dari semua perjalanan hidupku, banyak hikmah yang bisa aku ambil, diantaranya kalau kita bercita-cita atau kita punya mimpi, janganlah tertidur kembali dan melanjutkan mimipi-mimpi  tersebut, tapi bangunlah dan berjuang untuk meraih mimipi-mimpi itu.

*) Yakinlah bahwa apapun keinginan kita yang tidak tercapai dimasa lalu karena suatu keadaan, bisa kita raih dimasa sekarang, asalkan kita ada upaya untuk meraihnya. Yakinlah bahwa kesabaran pasti berbuah manizzz....

*) Berbuatlah baik kepada teman atau sesama, karena mereka tidak mungkin melupakan kebaikan kita dan kebaikan kita akan selalu tertanam di hati dan pikiran mereka, seperti kebaikan teman-temanku yang tertanam di hati dan pikiranku.

2 komentar:

  1. Membaca kisah kawan baikku yg biasa kusapa dengan panggilan gojir ini membuatku kembali kemasa lalu ditahun 90an,sohibku ini orang yg ceria dan tidak pernah berkeluh kesah malahan jd tempat berkeluh kesah kawan2 yg lain,sama sekali tidak keliatan sbg anak yg susah walaupun ya benar tidak pernah keliatan jajan sejak sd,sungguh tidak disangka bawah sekarang ini oleh Tuhan melalui doa ibunya dan kerja kerasnya,kawanku gojir kini bisa menikmati kesuksesan yg memang menjadi haknya,selamat kawanku,semoga kisah lo bisa jadi motivasi bagi orang yg mau bekerja keras dan tidak punya waktu untuk berkeluh kesah, demang & lurah.

    BalasHapus
  2. Gw malah dari kecil hidup ga enak, ortu selalu pilih kasih, padahal gw anak cowo satu2nya dan keluarga gw keluarga lumayan terpandang, dr kecil gw disia sia terus, bahkan saking pilih kasihnya hingga tiap minggu kalo acara bertamasya keluarga gw selalu ga pernah diajak, hidup itu memang ga adil sob, satu lagi yg mau gw kasih kelurusan adalah masalah TEMAN, jangan pandang sosok TEMAN terlalu berlebihan, bahkan sosok TEMAN yang anda anggap dewa itupun suatu saat bakalan bikin anda jatuh luar dalam, trust me, gw udh ngalamin sendiri

    BalasHapus