Please ENJOY

Sabtu, 08 September 2012

Warna


Dalam sebuah konsep memandang kehidupan, bagi saya hanya ada dua warna, hitam dan putih, tidak pernah ada abu-abu ditengahnya, tapi entah kenapa dalam menjalani hidup selalu saja banyak likunya hingga hidup saya bukan hanya dua warna seperti pandangan saya selama ini, hidup selalu saja penuh warna, meskipun kadang warna kelabu menyelimuti tapi sering juga warna seperti pelangi datang menyapa.

Saya menganggap itu adalah sebuah dinamika, karena aneh juga rasanya kalau hidup selalu penuh dengan candaan tanpa adanya keseriusan, saya pernah mengalami hidup senang tapi sering juga mengalami hidup susah, spectrum warna yang dipancarkan selalu berubah-ubah sesuai keadaan.

Pagi ini saat berangkat menuju tempat kerja , seperti biasa saya melewati perempatan jalan, semua kendaraan yang searah berhenti saat lampu warna merah menyala, tiba-tiba saya melihat seorang pengendara sepeda motor membentak pengendara sepeda motor lain, pengendara sepeda motor itu seorang perwira TNI usia setengah baya, dia membentak pengendara sepeda motor lain karena dianggap telah menghalangi jalannya, padahal kita semua tahu bahwa jalan raya adalah jalan umum dimana siapapun juga berhak menggunakannya, tetapi dengan keangkuhannya, perwira TNI itu menganggap bahwa dialah orang yang paling berhak untuk diprioritaskan, sekilas kita bisa menilai betapa arogannya perwira TNI itu, tanpa sadar dia telah memancarkan gelombang warna dirinya yang sebenarnya di depan umum.

Tak ada salahnya bila kita berusaha memperlihatkan warna diri kita yang sebenarnya, kita bisa memperlihatkan warna keangkuhan, warna kegembiraan, warna ramah, warna ceria atau warna kemarahan, tampil apa adanya memang jauh lebih baik dari pada hidup penuh dengan kepura-puraan, tetapi warna yang telah diperlihatkan perwira TNI itu adalah warna yang sangat tidak pantas dari seorang alat negara pengayom masyarakat, dia boleh bangga dengan profesinya, tetapi pangkat yang disertai warna keangkuhan sungguh tidak akan membuat orang lain menjadi simpati.

Ada juga cerita tentang seorang teman yang telah lama saya kenal, dia tidak pernah tampil apa adanya, dia menganggap bahwa warna yang dia miliki adalah sebuah aib, yang harus segera dia tutup-tutupi, dia menutupinya dengan sebuah perkawinan, saya menganggap bahwa perkawinan dia itu tak ubahnya selembar tirai, yang menutup rapat warna aslinya, tetapi disengaja atau tidak disengaja, selembar tirai bisa saja tersibak hingga saat itulah orang lain bisa dengan leluasa melihat warna aslinya. Saya tahu persis warna asli dia yang sebenarnya, karena tanpa dia sadari, dia sering menyibakan tirainya hingga terbiaslah keluar warna asli dia yang sebenarnya. Dia menutupi warna abu-abu dengan tirai warna putih.

Ada juga seorang Boss yang merasa dirinya sukses, padahal sukses itu sulit sekali untuk diukur karena tidak ada standarisasinya, dia bangga dengan luasnya pergaulan, bangga dengan namanya yang dikenal para birokrat, bangga atas kedudukannya sebagai seorang Boss, sayangnya dia hanya mempunyai satu warna, yaitu hitam, amarah, kelicikan dan dangkalnya kepekaan sosial yang dia miliki nyaris memudarkan warna lain selain hitam. Semua orang menggunjingkannya dari sisi negatif, karena sama sekali tidak ada warna putih dalam kehidupannya. Sungguh kasihan mereka yang hidupnya diselimuti kabut warna hitam.

Keramahan, kebersahajaan, dan rendah hati ibarat warna pastel yang lembut dan menyejukan, sikap kita sangat menentukan sikap orang lain terhadap kita. Warna pastel yang dipancarkan orang lain terhadap kita, membuat munculnya rasa simpati kita terhadap orang lain, begitu juga sebaliknya. Sebenarnya warna primer ada 3 : merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu, penggabungan 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta, begitu juga dalam sikap kita, kita bisa menggabungkan banyak karakter dalam sebuah sikap, karakter lucu, serius, dan kalem bisa langsung kita gabungkang, dan kapan warna dari karakter masing-masing itu kita pancarkan, tentu saja disesuai dengan situasi dan kondisi terntentu.

Namun sangat disayangkan, banyak sekali orang-orang yang tidak menyadari betapa pentingnya sebuah warna saat kita berinteraksi sosial, karena lewat warna itulah kita memberikan kesan terhadap orang lain, dan lewat warna itulah orang lain mengingat kita, sampai saatnya nanti kita tiada, namun warna yang kita miliki akan tetap ada dalam kenangan orang-orang terdekat kita.

Setiap warna mempunyai karakter tersendiri, meskipun terinterprestasikan beda di setiap daerah, di wilayah barat, warna putih terkesan dingin dan beku seperti putih pada warna salju, namun di daerah timur warna putih terkesan suci dan tetapi menakutkan seperti putihnya warna kafan “meskipun secara teori putih tidaklah masuk katagori warna”

Nilai warna, ditentukan oleh tingkat kecerahan maupun kesuraman warna. Nilai ini dipengaruhi oleh penambahan putih ataupun hitam, Tetapi ada juga orang-orang tertentu yang dalam pergaulannya mencari aman dan selamat, itu artinya warna yang dia perlihatkan adalah warna netral.

2 komentar: