Please ENJOY

Sabtu, 22 September 2012

Dibelakang layar pertunjukannya


Terima kasih Tuhan karena telah Kau ciptakan segala bentuk keindahan bunyi, keindahan warna dan keindahan gerakan.

Menjadi seorang seniman tradisional bukanlah sebuah profesi yang bisa dijadikan andalan untuk menopang kebutuhan hidup, kebanyakan, para seniman tradisional mempunyai profesi lain, mereka bisa merangkap sebagai pegawai negeri, karyawan swasta, pedagang dan bahkan buruh pabrik. Banyak diantara mereka menjadikan seni sebagai cara untuk menghabiskan waktu luang, menyalurkan bakat dan hobi, bukan sebagai cara untuk mencari uang, karena menjadi seniman tradisional bukanlah sebuah profesi melainkan sebuah dedikasi.

Para seniman tradisional terutama yang masih tinggal di daerah, rela tampil meskipun hanya dibayar alakadarnya, banyak diantara mereka yang tidak memasang tarif, karena bagi mereka masih ada yang memintanya untuk tampilpun mereka sudah sangat bersyukur.

Kesenian daerah sangat sulit untuk maju dan tampil bersaing dengan kesenian kontemporer, bukan karena sedikit penggiat dan penikmatnya, melainkan karena mereka para seniman tradisional tidak tahu bagaimana caranya memasarkan kesenian yang mereka geluti, mereka juga tidak tahu bagaimana caranya mengemas sebuah pertunjukan agar terlihat lebih menarik, hingga dapat sejajar dengan kesenian kontemporer, disamping adanya keterbatasan finansial.

Kehidupan sehari-hari para seniman tradisional di daerahnya sangatlah ironis, banyak diantara mereka yang hidup jauh dibawah standard hidup layak, “tradisional artist is a good actor” itu sebabnya kita tidak pernah menyangka apabila kehidupan keseharian yang mereka jalani sangat memprihatinkan, mereka berusaha menutupi kemiskinan dengan bedaknya yang tebal,  menyamarkan kedukaan dengan sapuan bluss on, dan memanipulasi kesedihan dengan maskara. Mereka para seniman tradisonal adalah seniman yang tersenyum untuk sebuah kegetiran, tertawa untuk sebuah kesedihan, dan musik mereka adalah rintihan sebuah penderitaan, tak ada tarian untuk sebuah kebebasan, bahkan tembang kehidupan yang mereka lantunkanpun terasa sumbang.


Adalah mimpi yang tidak terwujud bila mereka membayangkan hidup mereka akan sejahtera melalui jalan berkesenian, adalah sebuah kemasgulan apa bila mereka terus menganggap bahwa kesenian tradisional adalah kekayaan suatu daerah atau kekayaan negara yang mampu membuat hidup para senimannya kaya, bahkan ada beberapa maestro kesenian daerah yang sering tampil di luar negeripun kehidupan kesehariannya sangatlah memprihatinkan. Pemerintah kita tidak pernah memperhatikan nasib para seniman daerah, meskipun mereka telah beberapa kali mengharumkan Indonesia di manca Negara, ada diskriminasi perlakuan terhadap prestasi para seniman daerah dengan prestasi para atlit olah raga. Pemerintah lebih bangga terhadapa atlit olah raga yang mengharumkan nama negara dibandingkan dengan seniman daerah yang melakukan hal yang sama.

Tak ada cara lain bagi para seniman tradisional daerah apa bila ingin merubah kehidupannya, selain melepaskan atributnya sebagai seniman daerah lalu mencoba melirik bidang lain untuk dijadikan profesinya, atau tetap menjadi seniman daerah yang mandiri, yang tidak pernah sekalipun mengharapkan perhatian dari pemerintah, lalu bangkit dengan menampilkan sebuah kemasan pertunjukan yang menarik yang sifatnya universal. Menampilkan sebuah pertujukan kesenian daerah dengan paket lengkap, dari mulai promosi dan pemasaran, pemilihan lokasi pagelaran, kostum, alat musik, tata cahaya, tata suara, make up, dan dekorasi panggung.

Semoga kesenian daerah yang katanya sebuah kekayaan negara, akan tetap ada (apa bila memang itu sebuah kekayaan).

0 komentar:

Posting Komentar