Please ENJOY

Selasa, 25 September 2012

Kembang Api




Ketika masih anak-anak saat hiburan masih belum banyak dan bervariasi seperti saat ini, ketika program televisi hanya TVRI saja, dan permaianan game belum secanggih seperti sekarang, mencari hiburan di luar rumah, meskipun jaraknya tidak terlalu jauh, hanya disekitar lingkungan tempat tinggal saja, menjadi pilihan yang menyenangkan, banyak hal yang bisa dilakukan bersama teman-teman sepermainan saat kita kecil dulu.

Lingkungan tempat saya tinggal masih asri, banyak pepohonan, dikelilingi pesawahan dan kolam ikan, bahkan saat itu sungai cikapundungpun airnya belum sekeruh saat ini, sungai yang letaknya tepat dibelakang rumah selalu ramai diwaktu sore, banyak anak-anak sebaya saya waktu itu bermain dan berenang di sungai cikapundung, tetapi saya menikmati itu dengan hanya melihat saja dari jendela rumah.

Melihat kebawah betapa cerianya anak-anak berenang di sungai cikapundung, mereka berteriak, tertawa bahkan banyak juga yang pamer keahlian berenang, bagi anak-anak yang pemberani, mereka loncat dari atas ke bawah sungai sambil akrobatik “besalto” mirip seperti atlet renang loncat indah. Lalu saat saya lihat keatas, Woo000ooW….betapa semaraknya langit, bertabur layang-layang dengan berbagai ukuran dan polesan warna, saat itu sayapun hanya bisa menikmati dengan menengadahkan wajah keatas, tapi saya cukup senang melihatnya, tak harus memiliki untuk menikmati.

Saat malam tiba, saya masih ingat waktu itu di bulan Agustus, ada perayaan hari kemerdekaan, di sebuah lapangan bola, jaraknya tidak begitu jauh dari rumah, hanya berjalan kaki 10 menit ke arah selatan, disanalah perayaan hari kemerdekaan digelar, ada panggung hiburan, dan ada pasar malam, sebuah pesta perayaan yang paling menghibur saat itu, saya yang waktu itu masih duduk dikelas 2 SD, benar-benar merasa senang dengan semaraknya pesta kemerdekaan, saya lihat banyak sekali pedagang yang datang dengan roda dagangannya yang mereka dorong, lalu berhenti dilapangan itu, yang menjadi ciri khas dari pasar malam adalah pedagang kacang tanah rebus, pedagang aromanis, pedagang “japilus”, berbagai macam makanan yang digoreng, minuman dari syirup (saat itu belum ada juice), dan pedagang mainan anak-anak.

Saya datang ke pasar malam bersama teman-teman kecil saya, tentu saja tujuannya sama dengan pengunjung lain, ikut menikmati keramaian pasar malam, tetapi yang membedakan antara saya dan pengunjung lain adalah, saya datang dengan tidak membawa uang sedikitpun, jadi waktu itu saya tidak membeli apapun juga meskipun banyak sekali pedang disana, tetapi saya tetap bisa menikmati keramaian pasar malam dengan hati senang, saya tidak memiliki uang, saya tidak mampu membeli apapun juga di pasar malam, tetapi saya sangat senang bisa menikmati kemeriahannya, ternyata memang tak harus memiliki untuk menikmati.

Malam semakin larut, suasana pasar malam semakin meriah, dan pengunjung semakin banyak, saya lihat ada komedi putar dengan berbagai bentuk, komedi putar yang digerakan semi manual, perpaduan antara mesin diesel berbahan bakar solar dengan tenaga manusia, penjaganya harus mendorong kuat untuk dapat memutarkan alat itu, sedangkan anak-anak bergembira diatasnya, dan saya pun hanya mampu untuk melihatnya dari dekat, karena untuk bisa menaiki komedi putar itu, kita harus membeli tiket terlebih dulu, tapi saya cukup senang walaupun hanya melihatnya saja, apalagi permainan komedi putar itu baru pertama kali saya lihat.

Diantara keramaian pengunjung dan bisingnya panggung hiburan, tiba-tiba langit menjadi terang benderang, dan saat saya lihat keatas, saya benar-benar terpukau, berbagai warna dari kembang api membentuk konspigurasi yang teratur dan menakjubkan, seolah saya melihat diorama surga,  itulah kali pertama saya melihat kembang api yang ditembakan ke langit, saya dan teman-teman berlari mendekat seakan takut kehilangan moment yang spektakuler ini, ada yang naik keatas pohon, ada yang naik ke atas tiang  gawang untuk keeper sepak bola, dan saya naik ke atas kerangka besi beton untuk bangunan sebuah gedung bertingkat, kami semua naik keatas seolah ingin menggapai indahnya kembang api yang ditembakan ke langit, padahal tanpa menaiki apapun juga kami sudah dapat melihatnya dengan jelas.

Mungkin karena pengalaman di pasar malam itu begitu mengesankan, entak kenapa hingga saat ini, saya paling suka melihat kembang api yang ditembakan ke langit.

0 komentar:

Posting Komentar