Please ENJOY

Sabtu, 18 Agustus 2012

Kebahagiaan


Kebahagiaan tidak bisa dikejar, tidak bisa dicari, tidak bisa dimiliki untuk diri sendiri, tidak bisa dihabiskan, tidak bisa rusak dan tidak bisa dibeli. 

Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual dari menikmati setiap detik kehidupan kita dengan penuh rasa cinta, rasa syukur dan terima kasih, serta pengabdian kepada Tuhan yang Menciptakan kita.
~  D enis Waitley  ~


Manusia berupaya dengan berbagai cara, mengeluaran segala daya, melakukan segala upaya dan berpikir hanya untuk sebuah muara yaitu Kebahagian, lalu apa kebahagiaan itu dan untuk apa kebahagiaan itu?

Banyak definisi dan teori mengenai kebahagiaan, tapi menurut pengalaman saya pribadi, Kebahagiaan itu akan ada pada ketenangan hati, damainya pikiran dan rasa syukur terhadap Tuhan. Kebahagiaan itu datangnya dari dalam diri kita dan terpancar keluar. Hidup kita bahagia atau tidak itu tergantung diri kita sendiri bukan tergantung dari elemen-elemen yang ada disekitar kita (dari luar).

Saya mempunyai seorang rekan yang usianya jauh diatas saya, kalau dilihat dari usianya dia layak menjadi orang tua saya, hidupnya sangat mapan bahkan bisa dikatakan berlimpah secara ekonomi, pendidikannya tinggi dan sukses dalam karir, terkadang timbul rasa kagum akan pencapaian yang telah dia raih dalam hidupnya, dia juga orangnya sangat baik dan dermawan, dengan apa yang dia miliki, dia mampu dan rutin menyumbangkan sebagian hartanya untuk tempat-tempat ibadah dan menyantuni anak-anak yatim. Sungguh beruntung hidupnya karena Tuhan telah mengkaruniakan apapun yang diimpikan kebanyakan orang. Lalu apakah dia bahagia? Ternyata tidak.

Ternyata semua itu hanya semu, kehidupan seseorang selalu indah dilihat dari luar tapi tidak dari dalam, pada sebuah kesempatan, saya pernah berbincang-bincang dengannya dari hati ke hati, mencoba untuk mendengar semua keluh kesahnya dan memahami dengan nalar saya, dia ungkapkan semua kekecewaan dalam hidupnya, dia katakana betapa dia tidak bahagia dengan perkawinannya, hidupnya sangat terkekang karena mempunyai istri yang sangat posesif, hingga semua gerak terbatasi, dia juga sangat kecewa dengan tingkah laku anak-anaknya yang tidak mampu memenuhi harapannya sebagai orang tua, anak-anak yang dia kuliahkan di Luar Negeri ternyata hanya bisa menghambur-hamburkan uang yang dia kirim, dan pada saatnya pulang sama sekali tidak membawa ijazah. Astaghfirulloh… ternyata kehidupan orang sebaik dia tidak seberuntung apa yang saya kira, saya begitu miris mendengarnya, dan tidak mengerti mengapa orang sebaik dia hidupnya disia-siakan oleh anak dan istrinya.

Lalu saya melihat keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal saya, pandangan saya tertuju pada sebuah keluarga yang sangat sederhana, mereka menempati rumah yang ukurannya sangat kecil 4 x 8 meter, seorang Bapak tua pengayuh becak, dia hidup dengan istri dan tujuh anaknya, setiap pagi dia kayuh becaknya mengantar penumpang yang membayar dengan nilai uang yang tak seberapa, lalu sore hari dia pulang dengan membawa recehan uang untuk makan keluarganya, setiap malam saya sering kali melihat keluarga sederhana itu berkumpul di tengah rumahnya yang sempit, beralaskan tikar mereka duduk bersila melingkar, mereka makan bersama sambil bercengkrama, terlihat antar anggota keluarga sangat akrab dan penuh cinta, Subhanalloh.. betapa damainya hidup mereka, dalam keadaan yang serba sederhana mereka tampak bahagia, begitu menikmati setiap suap nasi yang mereka makan.

Ternyata kebahagiaan itu adanya pada keluarga Bapak sederhana pengayuh becak bukan pada rekan saya yang serba ada. Apapun yang dimiliki oleh rekan saya itu ternyata tidak bisa membeli kebahagiaan yang dia harapkan, ternyata kebahagian itu tidak datang dari apa yang kita punya, kebahagiaan itu datang dari dalam diri kita sendiri, kebahagiaan benar-benar datang dari sebuah kedamaian, hidup dengan penuh cinta dan sayang, yang diiringi oleh rasa syukur kita terhadap Tuhan atas apa yang kita miliki. Kebahagian itu ternyata kita sendirilah yang menentukan.

Kebahagiaan itu akan ada apabila kita sudah memiliki 7 Indikator Kebahagiaan

2 komentar:

  1. memang bahagia itu bukan datang dari luar tapi memang dari dalam diri kita sendiri, dan bahagia itu bukan juga diukur dari materi tetapi rasa syukur akan materi yang ada....semoga kita mampu melahirkan bahagia itu dengan rasa syukur baik dalam materi yang berlimpah maupun dalam kekurangan...aamiin.

    BalasHapus
  2. betul banget Kak Endang..... ternyata syukur juga merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan

    BalasHapus