Kebahagiaan tidak bisa dikejar, tidak bisa
dicari, tidak bisa dimiliki untuk diri sendiri, tidak bisa dihabiskan, tidak
bisa rusak dan tidak bisa dibeli.
Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual dari
menikmati setiap detik kehidupan kita dengan penuh rasa cinta, rasa syukur dan
terima kasih, serta pengabdian kepada Tuhan yang Menciptakan kita.
~ D enis Waitley ~
Manusia berupaya dengan berbagai
cara, mengeluaran segala daya, melakukan segala upaya dan berpikir hanya untuk
sebuah muara yaitu Kebahagian, lalu apa kebahagiaan itu dan untuk apa
kebahagiaan itu?
Banyak definisi dan teori
mengenai kebahagiaan, tapi menurut pengalaman saya pribadi, Kebahagiaan itu akan
ada pada ketenangan hati, damainya pikiran dan rasa syukur terhadap Tuhan.
Kebahagiaan itu datangnya dari dalam diri kita dan terpancar keluar. Hidup kita
bahagia atau tidak itu tergantung diri kita sendiri bukan tergantung dari
elemen-elemen yang ada disekitar kita (dari luar).
Saya mempunyai seorang rekan yang
usianya jauh diatas saya, kalau dilihat dari usianya dia layak menjadi orang
tua saya, hidupnya sangat mapan bahkan bisa dikatakan berlimpah secara ekonomi,
pendidikannya tinggi dan sukses dalam karir, terkadang timbul rasa kagum akan
pencapaian yang telah dia raih dalam hidupnya, dia juga orangnya sangat baik
dan dermawan, dengan apa yang dia miliki, dia mampu dan rutin menyumbangkan
sebagian hartanya untuk tempat-tempat ibadah dan menyantuni anak-anak yatim.
Sungguh beruntung hidupnya karena Tuhan telah mengkaruniakan apapun yang
diimpikan kebanyakan orang. Lalu apakah dia bahagia? Ternyata tidak.
Ternyata semua itu hanya semu,
kehidupan seseorang selalu indah dilihat dari luar tapi tidak dari dalam, pada
sebuah kesempatan, saya pernah berbincang-bincang dengannya dari hati ke hati, mencoba
untuk mendengar semua keluh kesahnya dan memahami dengan nalar saya, dia
ungkapkan semua kekecewaan dalam hidupnya, dia katakana betapa dia tidak
bahagia dengan perkawinannya, hidupnya sangat terkekang karena mempunyai istri
yang sangat posesif, hingga semua gerak terbatasi, dia juga sangat kecewa
dengan tingkah laku anak-anaknya yang tidak mampu memenuhi harapannya sebagai
orang tua, anak-anak yang dia kuliahkan di Luar Negeri ternyata hanya bisa
menghambur-hamburkan uang yang dia kirim, dan pada saatnya pulang sama sekali
tidak membawa ijazah. Astaghfirulloh… ternyata kehidupan orang sebaik dia tidak
seberuntung apa yang saya kira, saya begitu miris mendengarnya, dan tidak
mengerti mengapa orang sebaik dia hidupnya disia-siakan oleh anak dan istrinya.
Lalu saya melihat keadaan
lingkungan sekitar tempat tinggal saya, pandangan saya tertuju pada sebuah
keluarga yang sangat sederhana, mereka menempati rumah yang ukurannya sangat
kecil 4 x 8 meter, seorang Bapak tua pengayuh becak, dia hidup dengan istri dan
tujuh anaknya, setiap pagi dia kayuh becaknya mengantar penumpang yang membayar
dengan nilai uang yang tak seberapa, lalu sore hari dia pulang dengan membawa
recehan uang untuk makan keluarganya, setiap malam saya sering kali melihat
keluarga sederhana itu berkumpul di tengah rumahnya yang sempit, beralaskan tikar
mereka duduk bersila melingkar, mereka makan bersama sambil bercengkrama,
terlihat antar anggota keluarga sangat akrab dan penuh cinta, Subhanalloh..
betapa damainya hidup mereka, dalam keadaan yang serba sederhana mereka tampak
bahagia, begitu menikmati setiap suap nasi yang mereka makan.
Ternyata kebahagiaan itu adanya
pada keluarga Bapak sederhana pengayuh becak bukan pada rekan saya yang serba
ada. Apapun yang dimiliki oleh rekan saya itu ternyata tidak bisa membeli
kebahagiaan yang dia harapkan, ternyata kebahagian itu tidak datang dari apa
yang kita punya, kebahagiaan itu datang dari dalam diri kita sendiri,
kebahagiaan benar-benar datang dari sebuah kedamaian, hidup dengan penuh cinta
dan sayang, yang diiringi oleh rasa syukur kita terhadap Tuhan atas apa yang
kita miliki. Kebahagian itu ternyata kita sendirilah yang menentukan.
Kebahagiaan itu akan ada apabila
kita sudah memiliki 7 Indikator Kebahagiaan
memang bahagia itu bukan datang dari luar tapi memang dari dalam diri kita sendiri, dan bahagia itu bukan juga diukur dari materi tetapi rasa syukur akan materi yang ada....semoga kita mampu melahirkan bahagia itu dengan rasa syukur baik dalam materi yang berlimpah maupun dalam kekurangan...aamiin.
BalasHapusbetul banget Kak Endang..... ternyata syukur juga merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan
BalasHapus