“Jangan berteman dengan orang
yang suka mengeluh” itu pepatah yang pernah saya dengar sewaktu kecil dulu,
lalu bagaimana dengan teman yang curhat atau hanya sekedar berbagi cerita?
Memang agak sulit membedakan antara mengeluh dan curhat atau berbagi cerita, tapi
inti dari semua itu adalah ada sesuatu hal yang membebani atau menekan sebuah
kebebasan.
Saat seseorang datang kepada kita
dan ingin membagi ceritanya, saat itulah kita harus memposisikan diri kita
sebagai good listener, karena seorang
komunikator yang baik itu adalah seorang pendengar yang baik bukan seorang
pembicara yang baik, dengan mendengar akan banyak sekali hal yang sebelumnya
kita tidak tahu menjadi tahu dan yang tidak kita fahami menjadi dimengerti.
Lalu yang selama ini menjadi
pertanyaan adalah mengapa harus ada keluhan, dan mengapa harus memikul beban
jika itu dirasa berat?
“Seperti memanggul batu jalan kaki menajak ke atas bukit” kalau batu
itu dirasa sebagai beban yang menghambat langkah kita, lalu mengapa tak kita
tinggalkan saja batu itu di jalan, dan mulai lagi melangkah tanpa beban, begitu
juga dengan kehidupan, tinggalkan semua beban masalah, hindari semua yang bisa
mengikat kita , apalagi kalau kita harus terbebani oleh sesuatu yang bukan
masalah kita, terlalu naive rasanya.
Ada cerita tentang seorang rekan
yang setiap harinya sibuk bergunjing membicarakan sesuatu yang bukan urusannya,
bukan hanya sekedar itu, diapun sibuk memikirkan masalah orang lain padahal
masalah itu bukan masalahnya, sementara orang lain yang dianggapnya punya
masalah malah santai-santai saja menjalani hidup, saya jadi berpikir betapa
meruginya rekan saya itu, karena terlalu sibuk memikirkan masalah orang lain
dia jadi lupa untuk mengurus dirinya sendiri dan membenahi kehidupannya, sebenarnya
dia telah memikul beban orang lain yang bukan tanggung jawabnya.
Dalam hidup keluhan itu tak perlu
ada, kalau memang sesuatu itu kita suka yang teruskan kita jalanin, kalau tidak
suka yang segeralah untuk kita tinggalkan, terlalu sayang rasanya apabila kita
menjalani hidup dengan terus menerus terbebani sesuatu yang menghambat langkah
kita, sementara orang lain yang hidupnya tanpa beban terus melaju kencang jauh
meninggalkan kita.
Terkadang saya heran ketika ada
teman yang berkomentar bahwa rumah saya atau kantor tempat dimana saya bekerja
itu terlalu jauh jaraknya, dan dia merasa
terbebani melihat saya tiap hari pulang pergi menempuh jarak yang
menurutnya jauh, padahal jauh dekat itu sangat relatif sifatnya tergantung dari
mana dulu tolak ukurnya, saya sendiri merasa bahwa jarak tempuh bukanlah
halangan untuk melakukan suatu aktifitas, karena untuk mencapai tujuan saya
tidak dengan jalan kaki, tapi ada kendaraan yang membawa saya, lagi pula
bukankah semakin jauh suatu jarak itu artinya semakin banyak hal yang kita
dengar dan semakin banyak sesuatu yang kita lihat hingga bisa menjadi pengalaman tambahan yang suatu saat nanti akan
berguna, berbeda dengan jarak tempuh yang pendek itu artinya akan semakin
sedikit apa yang kita dengar dan apa
yang kita lihat, maka semakin sedikit pula pengalaman hidup kita.
Ada lagi cerita tentang teman
saya yang mengeluh karena jalanan macet total saat mudik pulang ke kampungnya,
sementara dia masih punya banyak waktu hingga tak perlu terburu-buru untuk sampai tujuan, kemacetan itu bukan hanya dialami oleh teman
saya tapi juga oleh orang lain yang melalui jalan yang sama, lalu apakah orang
lain juga mempunyai keluhan yang sama? Jawabannya “belum tentu”, karena ada
juga orang yang menganggap bahwa macetnya jalan itu bukanlah sesuatu masalah
atau beban yang harus dikeluhkan, semuanya tergantung dari pola pikir
masing-masing, apabila kita menganggap bahwa kemacetan adalah sesuatu beban
yang pantas untuk dikeluhkan yah tentunya itu akan benar-benar menjadi beban
yang memberatkan, tapi kalau kita berpikir bahwa macet itu bukan masalah dan
merupakan hal yang wajar, tentu kita
akan merasa ringan saja untuk melewatinya, dari pada mengeluh mengapa tidak
kita coba menikmati perjalanan itu sambil mendengarkan musik atau ngobrol
dengan siapa saja yang duduk disamping kita, dan kita nimati perjalanan dengan
perasaan yang ringan tanpa terbebani oleh kemacetan jalan. Enjoy your life, enjoy your trip.
Fakta membuktikan bahwa orang
yang sukses adalah orang yang mampu membebaskan pikirannya dari segala macam
beban yang memberatkan langkahnya, hingga dia mampu melaju dengan kencang, berpikir
dengan jernih, bekerja dengan penuh semangat, mampu menangkap semua peluang
yang datang dengan cepat, dan bertindak dengan tepat.
Lalu apalagi yang harus
dirisaukan, segeralah BEBASKAN
ya...mari kita sedikit mengeluh dan lebih banyak bersyukur, belajar melepaskan beban untuk tidak banyak menanggung beban orang lain yang tak selayaknya kita tanggung....lebih peduli dengan diri sendiri dan koreksi diri, itu lebih baik.
BalasHapusmakasih Kak Endang... saya seneng Kakak mau mampir ke blog saya ini,... memang benar kita harus lebih banyak bersyukur atas apapun juga kondisi yang menimpa kita
BalasHapusseringlah kakak baca tulisanmu sep...semuanya bagus dan bermutu, sayang kakak lom sempat buat blognya nich....kalau nggakkan bisa gantian mampir hehe........
BalasHapusKdg sy bingung sm org yg sibuk ngurusin mslh orla x_x
BalasHapusduh mantap bro tulisannya, aku terinpirasi. Pikiranku blm sampai ke sana
BalasHapus