Please ENJOY

Jumat, 01 Februari 2013

Kunyuk Merindukan Bulan




“Gantungkan Cita-citamu Setinggi Langit” itulah ungkapan bijak yang sering saya dengar, memang benar kita harus menggantungkan cita-cita kita setinggi-tingginya, lalu kita pacu diri kita untuk meraih cita-cita itu, karena memang tidak ada salahnya apabila kita berkeinginan untuk mencapai atau meraih sesuatu, hidup seperti mati saja rasanya apabila kita tidak mempunyai cita-cita atau keinginan.


Tetapi ada satu hal yang harus kita ingat saat kita “berkeinginan”, kita harus sadar diri terhadap kemampuan kita, kita harus sadar diri terhadap kapasitas kita, dan perbanyaklah berkaca karena itu baik untuk berinstropeksi agar kita senantiasa mawas diri.

Ini cerita tentang seseorang yang jiwanya “sakit”  karena merasa bahwa dirinya lebih hebat dari orang lain, tentang sebuah keangkuhan, tetang sebuah kelihaian memanipulasi diri untuk menutupi segala kekurangannya dengan merendahkan orang lain, tentang sebuah jiwa yang hampa karena tidak ada seorangpun yang sejalan dengannya, dan tentang isi kepala yang kosong.

Iri dengki terkadang membawa diri pada sebuah kenekatan, hingga lupa bahwa Tuhan telah mengatur rejeki setiap individu dengan porsinya masing-masing, lalu dengan berbagai cara berusaha untuk mendapatkan apa yang orang lain dapatkan.

Hati tidak perlu terbakar saat melihat orang lain mampu membeli sebuah mobil, tidak perlu merasa kesal saat orang lain mendapatkan kepercayaan lebih dari atasan, dan tidak perlu merasa dongkol saat harus terjungkal dari sebuah jabatan, semua itu hanyalah lembaran cerita yang tertulis untuk kita, tetapi kita masih punya waktu untuk merubah nasib kita, dan kita masih punya kesempatan untuk merubah sebuah cerita atau menulis cerita baru.

Saya lebih memilih diam ketika seseorang dengan penuh semangat membangga-banggakan saudaranya yang bekerja di sebuah Bank swasta terkenal, saya lebih memilih diam ketika seseorang membangga-banggakan karir teman-temannya dengan gaji yang puluhan bahkan ratusan juta, dan saya hanya memilih diam ketika seseorang membangga-banggakan sesuatu yang sebetulnya tidak pernah ada. 

Saya diam karena saya merasa kasian, saya diam karena saya merasa prihatin, dalam pandangan saya, apabila seseorang selalu membangga-banggakan orang lain, itu artinya di dalam diri orang tersebut sama sekali tidak ada sesuatu yang bisa dibanggakan, di dalam hidupnya sama sekali tidak pernah ada pencapaian atau prestasi yang membuat dirinya sendiri merasa bangga, hingga pelampiasannya, dia membangga-banggakan keberhasilan orang lain untuk menutupi ketidak berhasilan dirinya. Ini benar-benar sebuah degradasi mental yang harus segera dibenahi.

Masih banyak hal-hal yang terjadi disekitar kita yang dapat kita ambil hikmahnya, masih banyak orang-orang yang hidupnya kurang beruntung dan berada di bawah kita, lalu mengapa kita harus selalu menengadahkan muka kita keatas, memandang keberhasilan orang lain, lalu kita berusaha untuk menjadi seperti mereka? Bukankah mensyukuri apa yang kita miliki jauh lebih berarti dari pada memupuk rasa iri terhadap apa yang orang lain miliki? Bukankah Tuhan telah berjanji akan memberi tambahan rejeki esok hari apabila rejeki hari ini kita syukuri?

Ada orang yang tingkahlakunya sama persisis seperti Kunyuk Merindukan Bulan, dia ingin menggapai sesuatu yang mustahil, karena keinginannya tidak diimbangi dengan potensi yang dia miliki, selalu menuntut fasilitas yang tidak seimbang dengan kapasitas, dan berharap keajaiban datang hingga dia dapat meraih lebih dari apa yang orang lain raih, padahal secara teori kalau kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang orang lain dapatkan, itu artinya kita harus melakukan sesuatu yang lebih dari apa yang orang lain lakukan.

Seekor Kunyuk hanya mengandalkan sifat serakahnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari biasanya, kedua tangan sudah penuh dengan genggaman dia berusaha menggapai genggaman lain dengan kaki dan mulutnya, sungguh sebuah sifat serakah yang luar biasa, seekor kunyuk tidak pernah bekerja dengan keras apalagi bekerja dengan cerdas, kerjanya sedikit tapi ingin terlihat jelas.

Seekor kunyuk adalah orang yang “Merasa Pandai tapi Tidak Pandai Merasa”, untuk mengukuhkan berkwalitas tidaknya hidup kita bukan kita yang menilai tapi pengakuan dari orang lain.

Untuk melihat persamaan manusia dengan kunyuk, jangan lupa klik Disini dan untuk melihat sifat manusia yang meniru kunyuk klik Disono

0 komentar:

Posting Komentar