Please ENJOY

Minggu, 17 Februari 2013

Takluk



Ada yang tak pasti di antara yang pasti, segalanya sangat sulit untuk diprediksi, jangan terlalu berharap mendung segera berganti cerah, dan pelangi membiaskan sinarnya di setiap ujung badai, seekor ulatpun belum tentu mampu mempertahankan hidupnya hingga menjadi kupu-kupu, karena segalanya belum tentu akan berakhir indah.

Benarkah badai pasti berlalu?

Ini kisah tentang orang yang akhirnya menyerah terhadap nasib setelah sekian lama berjuang melawan nasib itu sendiri, roda kehidupan yang mereka jalani belum juga berputar.

Namanya Ibu Tita, usianya sekitar 55 tahun, orangnya sangat cantik dan supel, kehidupan rumah tangganya bisa dibilang mapan secara ekonomi, dari pernikahannya Ibu Tita dikaruniai satu orang putra dan satu orang putri, kedua putra putrinya sudah lulus kuliah dan mereka sekarang bekerja di sebuah Bank Swasta Nasional, sedangkan suaminya seorang pembisnis dibidang properti, sebenarnya jarak rumah saya dengan rumah Ibu Tita tidak terlalu jauh, tapi kami tidak begitu akrab, jadi sayapun mengenal kehidupan Ibu Tita hanya dari luarnya saja. Ibu Tita adalah seorang difabel, dia mempunyai ketidak sempurnaan fisik, karena kaki kirinya lebih pendek, bahkan hanya sepertiga panjang kaki kanannya, ketidak sempurnaan ini dia sandang semenjak dia lahir, di rumah Ibu Tita selalu memakai kursi roda, tapi kalau berpergian selalu menggunakan tongkat penyangga yang diselipkan diatara ketiaknya.

Disamping rumah Ibu Tita tumbuh pohon jambu air dan pohon ceremai, kedua pohon ini sangat lebat buahnya, saya selalu ingat sewaktu saya kecil, Ibu Tita sering memberi saya jambu air dan ceremai yang dia petik dari pohonnya.

Lima tahun yang lalu Ibu Tita dan suaminya pindah ke daerah Bale Endah, sedangkan kedua anaknya tetap tinggal di Bandung, semenjak saat itu, saya tidak pernah lagi bertemu dengan Ibu Tita maupun suaminya.

Namun entah apa yang terjadi, tiba-tiba saya mendengar kabar kalau Ibu Tita bunuh diri! Dia gantung diri, mayatnya ditemukan tetangga sekitar, tergantung kaku terjerat tali tambang yang dia ikatkan ke leher dan ujungnya dia ikatkan ke kusen  di lantai dua rumahnya.

Astaghfirulloh.... saya sampai merinding mendengar kabar itu, 

Lewat saudaranya saya mendengar sebuah kisah pilu yang selama ini belum pernah saya dengar, karena selalu ditutup-tutupi.

Ternyata, kehidupan Ibu Tita tidaklah seindah yang saya dan orang-orang bayangkan, terutama kehidupan pribadinya, tumbuh dengan ketidak sempurnaan fisik membuat Ibu Tita selalu mendapatkan cemoohan dari orang-orang disekitarnya, hingga suatu saat Ibu Tita menikah, dan dari suaminya itulah dia berharap mendapatkan suatu kebahagiaan, namun jauh api dari panggang, kebahagiaan yang dia harapkan tidak juga kunjung datang, suaminya adalah pria yang hobi berselingkuh, dia mempunyai lebih dari satu istri juga perempuan-perempuan lain yang dijadikan simpanannya.

Kesabaran manusia pastilah ada batasnya, begitu juga dengan kesabaran Ibu Tita, hingga akhirnya dia mengambil jalan pintas dengan Egoistic Suicide. Mungkin saat itu Ibu Tita dilanda keputusasaan dan depresi, dalam menghadapi cobaan hidup yang berkepanjangan.


Bunuh diri sering kali dianggap jalan keluar, karena kematian mampu melewati batas segala bentuk permasalahan di dunia, seperti seorang pecandu narkoba yang sudah tidak tahan lagi dengan sakitnya saat sakaw/ketagihan, berusaha mengakhiri hidupnya dengan mengkonsumsi obat-obatan terlarang melebihi dosis yang dia pakai, lalu saat mayatnya ditemukan, orang-orang menganggap bahwa dia mengalami overdosis, padahal kalau saja mayatnya bisa berbicara, pastilah dia bersaksi bahwa dia memang sengaja mengkonsumsi narkoba tersebut diatas takaran yang sebenarnya dia sendiri mengetahuinya, dia sengaja melakukan bunuh diri untuk menuntaskan rasa sakit yang dia derita saat sakaw.

Ada juga seorang mahasiswi yang mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri di lantai atas sebuah apartement, lalu orang-orang awam menganggapnya bahwa perbuatan itu sangatlah bodoh, saya tidak menyalahkan pendapat orang-orang itu, dan sayapun tidak membenarkan tindakan mahasiswi nekat itu, namun bila kita berpikir lebih dalam lagi, pastilah mahasiswi itu mengalami tekanan yang sangat hebat, dan pastilah permasalahan yang menghimpitnya lebih dari satu, lalu terakumulasikan, saat segalanya melampaui batas daya tahan, mengakhiri hidup menjadi alternatif yang dia pilih. 

kalau saja kita mau sedikit membagi empati kita, lalu kita memposisikan diri seperti posisi dia, tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita akan mampu bertahan dan berhasil mencari jalan keluar dari permasalahan itu.


Kisah pilu juga dialami seorang bapak di sebuah desa di daerah Jawa Timur, si bapak nekat mengakhiri hidupnya dengan meminum racun serangga, karena jengkel dengan penyakit paru-paru yang dideritanya.

Tuhan memang tidak mungkin memberikan cobaan yang diluar batas kemampuan manusia, janji Tuhan atas hidup setiap manusia sangat jelas, Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang selalu mulus dan baik-baik saja, namun Tuhan menjanjikan saat hidup kita bermasalah, DIA telah menyediakan jawaban dan jalan keluarnya, jadi sebenarnya apapun juga permasalahan yang dihadapi manusia, jalan keluar dari segala permasalahan hidup kita telah tersedia, dan tulisan ini bukanlah sebagai bentuk penghakiman bagi mereka yang dianggap kurang beriman, karena masalah iman dan keyakinan itu adalah masalah yang vertikal. 

Jadi ada baiknya kita mulai berusaha untuk selalu menolong orang-orang disekitar kita dengan cara apapun juga, agar mereka yang dalam kesusahan tidak lantas mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup dan segala permasalahannya, agar tidak ada lagi orang-orang yang Takluk dengan kehidupannya.

1 komentar:

  1. Begitulah liku2 hidup disekitar kita ya sep....dimana cover tak sama dengan isinya....semoga semua story tsb di atas menjadi pelajaran dalam meningkatkan keimanan kita secara khusus...aamiin...

    BalasHapus