Please ENJOY

Minggu, 28 Oktober 2012

Surat Untuk TUHAN





Dear TUHAN,

Ini adalah surat yang pertama dariku, dan semoga bukan yang terakhir, karena masih ada lagi surat-surat selanjutnya yang akan aku tulis untuk-MU. Maaf jika aku lancang menulis surat ini dengan tinta warna hitam, aku tidak menggunakan tinta warna emas karena aku tidak punya tinta itu, tapi paling tidak, aku tidak menggunakan tinta warna merah karena takut dianggap tidak sopan terhadap-MU.

TUHAN, sudah banyak sekali do’a yang aku panjatkan, dan sudah banyak juga do’a yang KAU kabulkan, meskipun tidak semua do’a yang aku minta KAU berikan, mungkin aku memang tidak layak untuk menerima apa yang aku pintakan, atau mungkin KAU yang terlalu sibuk memenuhi do’a-do’a dari orang-orang yang jauh lebih taat menjalankan semua perintah-MU.

Saat kutulis surat ini, di luar sedang hujan, sudah lama sekali hujan tidak turun, hingga aku lihat banyak sawah-sawah yang kekeringan, dan masyarakat nun jauh tinggal di daerah gersang, harus rela berjalan 6 km untuk sekedar mengambil air bersih dari mata air yang keluar dari celah bebatuan. Kemarau di tahun ini dirasa sungguh panjang, hingga banyak sumur-sumur menjadi kerontang, jalan-jalan aspal menjadi retak dan terjadi kebakaran di pemukiman yang padat penduduk. Juga sebaliknya, musim hujan di tahun kemarinpun dirasa sungguh panjang, hingga banyak rumah-rumah penduduk yang tinggal di bantaran sungai terendam banjir, mereka harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi, juga banyak terjadi longsor, dan para nelayan harus rela berhenti melaut karena takut diterjang badai.

TUHAN, tidak seperti zaman ketika aku masih kecil dulu, musim kemarau mempunyai jatah 6 bulan, begitu juga dengan musim hujan yang mempunyai jatah 6 bulan, hingga dalam setahun musim kemarau dan musim hujan rutin bergantian, lewat surat ini, aku ingin bertanya, apakah KAU lupa dengan jadwal cuaca yang dulu pernah Kau tetapkan? Ataukah KAU sudah me-reshceduling jadwal baru, hingga musim hujan dan musim kemarau tidak terjadi per 6 bulan, namun mempunyai jam tayang yang lebih panjang.

TUHAN Yang Maha Tahu, saat ini di negeriku semuanya serba tidak pasti, diantaranya karena ketidakpastian hukum, ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian pendidikan dan ketidakpastian akan rasa aman. Nasib masyarakat di negeriku sungguh tidak pasti, itu semua terjadi karena negeriku dipimpin oleh orang yang penuh keragu-raguan dalam mengambil suatu keputusan, negeriku dipimpin oleh orang yang tidak cerdas. lewat surat ini aku mohon TUHAN mau membantuku untuk membuat pemimpin negeriku menjadi orang yang tegas dan cerdas, karena hanya pemimpin seperti itulah yang mampu menyelamatkan negeri ini dari keterpurukan, seandainya TUHAN tidak berkenan mengabulkan permohonanku, mohon TUHAN mau memberikan alternatif lain, misalnya dengan menurunkan jabatan “beliau” lebih awal dari jadwal sebenarnya. Aku yakin TUHAN Yang Maha Berkuasa mampu melakukan itu.

Sebelum melanjutkan menulis surat ini, perkenankanlah aku untuk ISTIGHFAR terlebih dahulu...”Astaghfirullahhal’adhim”.... TUHAN Yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, saat ini di televisi banyak sekali para ustad yang berlomba mengejar sebuah popularitas, mereka tampil berdampingan dengan para pekerja seni, para ustad yang tampil layaknya seorang selebritis itu, seolah lupa bahwa mereka adalah pemuka agama yang menjadi panutan masyarakat, hanya demi sebuah popularitas, mereka berusaha agar setiap aktifitasnya selalau disorot kamera infotainment, padahal aktifitas dari ustad itu adalah aktifitas keagamaan bukan aktifitas hiburan (entertainment), hingga pada saat mereka beribadahpun seperti memotong hewan Qurban, mereka ingin infotainment memberitakannya, agar khalayak masyarakat tahu bahwa mereka itu “dermawan” dengan memotong hewan Qurbannya. TUHAN, para ustad itu rupanya sudah lupa dengan ceramah-ceramah yang pernah mereka khutbahkan, bahwa... “ apabila tangan kanan beramal atau melakukan kebaikan, tangan kiri jangan sampai tahu”..... untuk kesekian kalinya aku memohon padamu TUHAN, agar Kau sudi mengingatkan mereka untuk tidak “riyya” saat beribadah, kalau mereka tidak bisa diingatkan, mohon untuk disentil saja kupingnya.

Tuhan, lewat surat ini pula aku ingin bertanya, dimanakah KAU berada? Apabila kau berada dilangit pertama, sulit bagiku untuk melemparkan surat ini keatas agar sampai ke pangkuanmu, dan apabila Kau berada di langit ke tujuh, maka akan lebih sulit lagi suratku untuk sampai kepadamu. TUHAN Yang Maha Mendengar, izinkan aku untuk menggulung kertas surat ini, dan memasukannya kedalam botol, surat ini akan kuhanyutkan ke sungai, jika nanti ada pemulung yang memungut botolnya untuk dikumpulkan dan dijual, mudah-mudahan pemulung itu membuka gulungan kertas surat yang aku masukan kebotol tadi, dan pemulung itu mau membacakan isi surat yang kutulis untuk KAU dengar.

TUHAN, Sekian Surat dari saya, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan,

Salam Hangat dari saya,

Gagakasep

2 komentar:

  1. he-he, apa hrs nulis sama tuhan, kan walau dlm hati Dia akan tau

    BalasHapus
  2. kalau dalam hati tar yang tau isi surat ini hanya aku dan DIA, kamu gak

    BalasHapus