Sudah banyak tempat bernuansa
alam yang saya datangi, namun baru kali ini saya benar-benar menemukan tempat
yang sangat romantis, Warung Daweung menjadi magnet tersendiri bagi anak-anak
muda yang tinggal di kota Bandung, terletak di Bukit Moko ± 1500 meter diatas
permukaan laut, lokasi tepatnya di Kampung Buntis, Desa Cimenyan, Kecamatan Cimenyan, kabupaten Bandung. Tempat dimana kita bisa menikmati Sunrise di pagi hari, Sunset
di sore hari dan taburan Citylight
Kota Bandung di malam hari.
Bukit Moko atau caringin Tilu memang
tidak terlalu dikenal oleh masyarakat di luar Kota Bandung, kebanyakan
wisatawan dari luar kota seperti dari
Jakarta atau Bogor lebih memilih berlibur di daerah Lembang dan Dago Atas, atau
sebagian pergi ke wilayah Bandung Selatan seperti Ciwidey, hingga jalan-jalan
di sekitar Lembang, Dago maupun Ciwidey menjadi sangat macet oleh kendaraan
ber-plat B atau F, kemacetan menjadikan daerah-daerah tersebut menjadi tidak
nyaman. Belum dikenalnya wilayah Bukit Moko oleh para wisatawan dari luar kota
justru menjadikan keunggulan tersendiri, jalan di sekitar Bukit Moko cenderung
kosong jauh dari kemacetan, tidak terkontaminasi polusi hingga kita bisa
leluasa menghirup udara segar.
Dalam perjalanan menuju Warung Daweung
kita akan dimanjakan dengan pemandangan khas perbukitan, meskipun jalannya
cenderung menanjak dan harus melewati beberapa tikungan tajam, tetapi tidak
mengurangi keinginan para penikmat keindahan alam untuk mendatanginya. Sepanjang
jalan kita akan melewati warung-warung yang menyajikan makanan khas kampung,
seperti: nasi timbel atau kelapa muda, banyak sekali anak-anak muda yang
sengaja datang ke warung-warung tersebut untuk berwisata kuliner menikmati
makanan khas sunda, dengan harga yang sangat terjangkau. Warung-warung di
daerah Bukit Moko buka hingga pkl: 12 malam, dan akan lebih ramai di malam
minggu atau hari libur nasional.
Di puncak paling atas di Bukit
Moko, letaknya paling ujung setelah kita melewati warung-warung di sepanjang
jalan tadi, kita akan menemukan Warung Daweung, lokasinya paling atas, hingga
kitapun harus sedikit berjuang untuk dapat mencapainya ... hehehe.... maklum akses
jalan menuju Warung Daweung super nanjak dan tidak terlalu lebar, hingga
pengendara kendaraan harus super hati-hati, dan bagi yang memilih jalan
kaki.... ckakakkkk... lumayan untuk menguji persendian dengkul dan kekuatan otot
betis. Tetapi semua kelelahan itu akan langsung dibayar tunai saat kita mencapai
Warung Daweung dan menikmati keindahan panorama alamnya.
Warung Daweung benar-benar ibarat
kerajaan kecil di atas awan, lokasinya yang paling tinggi dan terpencil
diantara semua warung-warung yang ada di Bukit Moko membuat para pengunjung
disana dapat menikmati keindahan “Cekungan Kota Bandung” dari atas dataran
paling tinggi di Kota Bandung sambil “Ngadaweung / Melamun” dan menikmati
sajian makanan hangat khas Warung Daweung.
Diantara sekian banyak pengunjung
Warung Daweung, saya merasa sangat beruntung berkesempatan untuk mengunjungi
Warung Daweung di sore hari, dimana pemandangan alam dan keindahan Sunset-nya sungguh luar biasa, sangat romantis
bagi siapa saja yang berkunjung kesana bersama pasangannya, dan ketenangan
suasananya mampu menambah keakraban pertemanan apabila kita berkunjung kesana
ramai-ramai bersama teman-teman.
Senja di Warung Daweung
Saat matahari mulai terbenam, dan
langit mulai berwarna kuning tembaga, diantara kursi-kursi dan meja-meja batu
yang dipasang dipinggiran lapangan di belakang warung, saya melihat sepasang
anak muda, mereka datang berdua, duduk di atas kursi batu, diantara sekian
banyak pengunjung yang berfoto disana menggunakan tongsis, bahkan ada yang
sengaja membawa kamera profesional DSLR,
pasangan muda ini mengabadikan romantisme mereka berdua hanya menggunakan pocket digital camera, dan dipasang
diatas tripod berukuran mini,
diletakan diatas meja batu, lalu mereka berpose berdua, bergaya khas anak muda
yang sedang berpacaran. Sungguh romantis mereka itu, dan yang sangat penyita
perhatian saya adalah diatas meja batu itu tidak tersaji makanan apapun, selain
tripod yang mereka gunakan untuk menyimpan kamera digitalnya, mereka hanya
memesan segelas kopi yang mereka minum berdua..... so sweet.
Saat senja beranjak malam, dan
pasangan itu berajak pulang, saya menghapiri gelas kopi bekas mereka minum,
lalu saya memotretnya... I get it !
Romantisme Dalam Segelas Kopi.
Romantisme Dalam Segelas Kopi |
0 komentar:
Posting Komentar