Menikmati keindahan Tahura dari atas Tebing Karaton |
Akhir-akhir ini di media sosial
ramai para netter membicarakan suatu
tempat yang sangat nge-hits dan fenomenal, suatu tempat yang sebenarnya dari
dulu sudah ada namun jarang dikunjungi, Tebing Karaton namanya langsung mencuat
di media sosial terutama dikalangan pencinta wisata alam. Tebing yang juga
dikenal dengan nama “Tebing Instagram”
karena kebanyakan para pengguna sosial media meng-up load foto-foto mereka di
atas tebing ke dalam account instagram yang mereka miliki. Menurut mereka saat
ini tidaklah afdol dan dirasa kurang gaul bila di instagramnya tidak terpampang
foto-foto saat mereka berada di ketinggian di atas Tebing Instagram ..... “ouppssttt Tebing Karaton maksudnya”.
Pada awalnya masyarakat sekitar
mengenal daerah itu dengan nama “Cadas
Jontor”, selain masyarakat sekitar tidak banyak orang yang tahu daerah
Cadas Jontor, kecuali para pencinta alam yang hobi blusukan (hehehe...
menggunakan istilah jokowi) ke dalam hutan, sungai-sungai, naik-turun gunung,
atau para pencinta olah raga bersepeda, karena jalan menuju arah Cadas Jontor
adalah jalan yang sering digunakan para pencinta sepeda gunung untuk berolah
raga.
Istilah Tebing Karaton baru ada
di awal Mei 2014, setelah di pasang tulisan Tebing KARATON “bukan” Tebing KERATON,
Tebing dalam bahasa sunda berarti Gawir
dan Karaton berarti Kemewahan atau Kemegahan Alam, seiring dengan
berjalannya waktu nama Cadas Jontorpun memudar dan berubah menjadi Tebing
Karaton, namun karena banyak juga orang Jakarta atau orang-orang yang bukan berasal
dari suku sunda berdatangan mengunjungi tebing itu, maka Istilah Karaton (dalam
bahasa sunda) berubah menjadi Keraton, ini hanya sebatas pengucapannya saja,
padahal nama sesungguhnya adalah Tebing Karaton.
Pada akhirnya mencuatlah nama
Tebing Karaton yang langsung nge-hits melejit dan menjadi fenomenal.
Duduk berpose di atas cadas yang menjorok ke luar cukup untuk menguji adrenalin |
Perjalanan ke Tebing Karaton / Keraton
Tepat pkl: 16:00 saya segera
bergegas pulang dari kantor, karena teman saya Harlan sudah menunggu di simpang
dago, sesampai di simpang dago saya lihat Harlan sudah ada disana, sayapun
melihat jam dan tepat menunjukan pkl: 17:00, lalu “greeee...nggg...” motor yang kami kendarai menuju ke arah Dago
atas, Harlan saya bonceng melewati jalan yang berbelok-belok dan nanjak,
lumayan cukup sensasional.
Kami berdua berboncengan menuju
ke arah Tahura (Taman Hutan Raya Djuanda), sesampai di depan Tahura, kami belok
kanan dan terus melewati jalan yang menanjak, lalu tidak berapa jauh, kami
belok kanan lagi dan terus melewati jalan yang masih tetap menanjak, jalan ini adalah jalan
menuju Warban (Warung Bandrek).
Yeaaahhhhh... I am free |
Akses jalan menuju Tebing Karaton
sangatlah “ruaarrrr” biasa jeleknya, padahal di kiri-kanan jalan saya lihat
berdiri rumah-rumah dan villa-villa mewah, namun jalannya “ampuuunnn... rusak
banget”, bolong-bolong, berserakan batu-batu tajam, berdebu, dan sangat
berbahaya untuk dilewati, kita harus hati-hati, tidak disarankan untuk datang
kesana menggunakan mobil sedan atau mobil-mobil yang bentuknya “ceper”, kecuali
kalau kita rela bawah mobil kita penyok kena batu-batu di sepanjang jalan, atau
ban mobilnya masuk ke lobang-lobang yang cukup dalam yang tersebar di sepanjang
jalan.
Beberapa tikungan tajam dan
tanjakan terjal telah kami lewati, di depan Warban saya tawarkan Harlan untuk
istirahat sebentar dan menikmati minuman bandrek, namun Harlan tidak mau dan
ingin terus melanjutkan perjalanan, sepertinya Harlan sudah tidak sabar untuk
segera sampai di Tebing Karaton.
Touch the sky |
Setelah melewati perjalanan yang
lumayan berat dan melelahkan, akhirnya sampai juga kami berdua di lokasi Tebing
Karaton, motor kami parkirkan dan kami diharuskan membayar Rp. 5000/motor untuk
parkir, kamipun dipungut biaya Ticket masuk ke lokasi tebing Rp. 11,000/orang,
biaya parkir dan ticket masuk Tebing Karaton ini mulai ada di awal Agustus 2014,
sebelumnya kami bebas keluar masuk lokasi Tebing Karaton secara gratis.
Sesampai disana cukup banyak
pengunjung yang sedang berfoto ria, membutuhkan keberanian ekstra untuk dapat
berpose di atas cadas yang menjorok keluar, pengunjung haruslah orang yang
tidak takut pada ketinggian, dan harus ekstra hati-hati, karena semua cadas
yang ada di Tebing Karaton sangatlah licin, mayoritas para pengunjung Tebing
Karaton adalah para mahasiswa meskipun banyak juga orang-orang yang sudah
bekerja mengunjungi tebing itu.
Gak asyik kalau gak narsis |
Tebing Karaton tidaklah cocok
untuk menjadi lokasi tujuan wisata keluarga, karena akses jalan yang kurang
mendukung dan lokasi tebing yang sangat curam, cadasnya sangat licin dan
berbahaya bila kita tidak berhati-hati, terlebih saat hujan atau setelah hujan,
karena cadas-cadas disana akan basah dan licin. Tidak disaranan untuk membawa
anak-anak ke lokasi Tebing Karaton.
Diatas cadas yang menjorok keluar
saya dan Harlan bergatian untuk difoto, ketinggian tebing mampu membuat lutut
gemeteran, pemandangan diatas tebing sungguh sangat mengagumkan, kami difoto
diatas cadas yang menjorok keluar, di kiri jurang, di kanan jurang, nun jauh
di depan sana terlihat Tahura yang mulai diselimuti kabut, apabila kami terjatuh
dari atas tebing, kami tidak akan jatuh ke jurang atau ke Tahura, kami langsung
jatuh ke akherat.
Tebing Karaton, tebing yang cukup
ekstrim, butuh perjuangan untuk menikmati keindahannya.
bikin dengkul gemeter walo viewnya bagus juga
BalasHapusTapi untuk seorang yang dulu sering naik gunung kayak loe, sepertinya gak ada masalah tuh...
BalasHapusmasalah lah.. kan faktor u..
BalasHapushehhehe.. kaburrrrrr................
Bener.. tidak cocok untuk keluarga.. ZF belum bisa dibawa kesana.. krn gerakannya masih luarbiasa aktif, kuatir uminya gak bisa kontrol gerakan anak-anak.
BalasHapuskalo gitu.. wisata ini dilewat dulu untuk di kunjungi.
Duh... orang hilang sudah kembali... welcome yah... s'moga suatu saat kita bisa refreshing bareng
BalasHapus