Please ENJOY

Sabtu, 02 Agustus 2014

GUNUNG TANGKUBAN PERAHU ..... Perilaku Penyebab Tak Laku




Jarak dari Bandung sekitar 20 km ke arah utara, tetapi sudah hampir 15 tahun saya tidak berkunjung ke Tangkuban Perahu, bukan karena tidak ada waktu atau famornya yang sudah turun, tetapi akhir-akhir ini di Bandung banyak bermunculan tempat-tempat wisata baru yang sangat menarik dengan berbagai macam konsep, hingga banyak sekali pilihan untuk kita pergi berwisata.

Saya jadi teringat pengalaman buruk 15 tahun yang lalu, ketika saya mengunjungi Tangkuban Perahu bersama rekan saya seorang bule dari Itali, kami berdua kesana hanya sekedar ingin jalan-jalan dan foto-foto saja, dari awal kami berdua tiba di lokasi, kami benar-benar mendapatkan sambutan yang membuat kami tidak nyaman, dari mulai harga ticket yang dibedakan, khusus untuk pengunjung manca negara harga ticket dibedakan menjadi lebih mahal, begitu juga ketika kami berdua makan makanan yang ragam dan rasanya sangat standard, tiba-tiba kami “digetok” harga yang super zuper mahal, padahal makanan yang kami makan sangat alakadarnya, lalu kamipun melihat-lihat cendera mata yang dijual disana, mungkin karena rekan yang saya bawa itu orang bule, semua pedagang cendera mata yang kami datangi berlomba-lomba menaikan harga jual barang hingga membumbung tinggi. Saya gak bisa mengerti apa yang ada dipikiran mereka itu, tidakah mereka sadar dalam hal jual beli haruslah saling meng-enakan kedua belah pihak, baik penjual maupun pembeli, tidaklah dikatakan halal rejeki yang didapatkan seorang penjual apabila si pembeli merasa tertipu dan kecewa. 


Tidak sampai disitu pengalaman buruk kami berdua, saat kami hendak menuruni Kawah Domas, kamipun dicegat oleh Local Guide (Pemandu Wisata Setempat), dengan congkaknya dia menghalangi jalan kami, lalu dengan kasar dia menyuruh kami untuk kembali, alasannya orang asing dilarang mengunjungi Kawah Domas tanpa didampingi pemandu wisata setempat, dan untuk menggunakan jasa pemandu tsb, kami diharuskan membayar biaya Rp. 30,000, saat itu kami benar-benar heran dengan aturan tsb, bagaimana bisa pemandu wisata itu mendampingi perjalanan kami sedangkan bahasa inggris mereka sangat “blepotan”, dari perilaku dan cara bicaranya jelas-jelas terlihat kalau para pemandu wisata setempat bukanlah orang terlatih dan terpelajar. Sungguh sangat disesalkan.



Tetapi semua itu adalah pengalaman buruk saya 15 tahun yang lalu.

Saya sering kali berwisata ke berbagai negara, dan perilaku diskriminatif tidak pernah saya alami di luar negeri, pemerintah dan penggiat wisata di negara lain sangat menghormati dan menghargai para wisatawan asing yang berkunjung ke negaranya, tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun juga.


15 tahun sudah berlalu, Masih dalam rangka menghabiskan liburan lebaran, saya sengaja kembali mengunjungi Tangkuban Perahu, suasananya masih sama seperti dulu, tidak ada perubahan yang signifikan, warung-warung nasi dan penjual cendera mata masih tetap berjejer di tempat yang sama, begitupun tempat parkir mobil, pendagang asongan yang menjual strowberry dan arbey, dan fasilitas lainnya tidak begitu banyak perubahan.



Tetapi ada satu hal yang sungguh membuat saya merasa geli, disana ada lokasi baru yang membuat saya penasaran ingin mengunjungi, terdapat panah penunjuk arah ke sebuah “Air Keramat namanya Cikahuripan” dan sebuah “Goa”, saya benar-benar penasaran ingin melihat lokasi tsb, karena seingat saya 15 tahun yang lalu ketika saya berkunjung ke Tangkuban Perahu, lokasi tsb tidak ada.


Lalu sayapun berjalan mengikuti panah penunjuk arah, jaraknya tidak terlalu jauh tetapi menanjak. Sesampai disana saya pun tertawa “ckakakakkkkk...” geli bercampur kaget “Astaghfirulloh...” penipuan apa lagi ini, disana saya lihat ada kamar mandi kecil, kotor dan kumuh, di dalamnya mengalir air gunung melalui pancuran, kamar mandi yang kondisinya sama persis seperti kamar mandi yang terdapat di perkampungan terpencil atau desa tertinggal, di dinding kamar mandi itu tertulis “Air Keramat Cikahuripan”, pengunjung diwajibkan membayar Rp. 1,000 – 2,000 untuk tiap orangnya yang ingin menggunakan kamar mandi kumuh dengan tipuan air keramatnya.



Tak hanya kamar mandi kumuh saja yang membuat saya terpingkal-pingkal dan kaget, disamping kamar mandi itu terdapat sebuah “goa” dengan panjang tak lebih dari 25 meter saja, biar terkesan agak seram dan juga keramat, didalam goa dibakar kemenyan.... huahahaha... hihihi.....  penipuan kuno berbau syirik.


Lucu sekali tingkah manusia itu, hanya karena ingin mendapatkan uang, lalu dicarilah akal dengan berbagai cara termasuk mengkeramatkan kamar mandi kumuh dan Goa buatan yang pengap dan kotor.


Kecewa dengan “Air Keramat dan Goa kotor” saya bergegas turun dan menuju Kawah Domas, lagi-lagi saya dicegat Pemandu Wisata setempat, masih dengan lagaknya yang “polontong dan bahasa yang teu mernah” dia bilang bahwa wisatawan lokal diharuskan membayar Rp. 150,000 dan wisatawan manca negara diharuskan membayar Rp. 300,000 untuk membayar jasa pemandu, setiap pengunjung yang akan menuruni Kawah Domas diwajibkan membayar jasa pemandu wisata setempat dengan alasan biar tidak kesasar..... halahhhh..... alasan yang sangat mengada-ngada. Ternyata 15 tahun berlalu Wisata Gunung Tangkuban Perahu tidak ada kemajuan, pungli masih berlaku disana-sini dan warung-warung makanan dengan menu yang alakadarnya masih menerapkan harga selangit. Semua itu didukung oleh pengelola setempat.

Lalu masih tertarikah anda untuk berlibur mengunjungi Gunung Tangkuban Perahu?

3 komentar:

  1. Kalau tempat wisata yg berada dikawasan perum perhutani kita kena dua kali retribusi, pertama karcis masuk&parkir yg dipunggut oleh perhutani lalu karcis masuk&parkir yg dipunggut oleh pengelola..lucunya kadang ditempat parkir kita sering dimintain biaya lg. Kadang prilaku mereka bikin kita enggan untuk kembali lagi.

    BalasHapus
  2. bener banget ! contoh nyatanya di Kawah Putih - Ciwedey, setiap mobil yang dibawa naik keatas dikenai extra chrages Rp. 150,000... keterlaluan banget, mana bisa pariwisata di Jabar bisa maju kalau banyak pungutan sana sini

    BalasHapus
  3. Banyak penipuan di kawah domas, kapok kesitu lagi..mulai dari diwajibkan memakai guide padahal track jelasss banget, ga mungkin kesasar, informasi yg tidak akurat. Perlu pendisiplinan, gimana mau maju kalau mentalnya masih seperti ini.

    BalasHapus