Saat ini kita saling diam, tapi
diam kita berbeda, diammu adalah diam penuh amarah dan kebencian, dan itu
semua hak mu, kamu bebas menentukan semua sikap yang kamu anggap benar,
sedangkan diamku adalah diamnya seseorang yang menunggu penuh harap, kapan
segalanya akan berakhir dan kembali seperti dulu, dalam diammu, kamu menghasut
teman-teman yang lain untuk ikut membenciku, sedangkan dalam diamku, aku
berdo’a agar kamu baik-baik saja disana.
Bahkan hanya untuk sebuah jalinan
pertemanan kita tidak mungkin sejalan, karena banyak hal yang kamu tidak
mengerti tentangku, sedangkan kamu sedikitpun tidak punya pengertian untuk itu.
Saat kamu berhenti karena berat menanggung perasaan bencimu padaku, mungkin
saat itu aku sudah melaju jauh meninggalkan mu, dan mencari teman baru untuk
menggantikan posisimu.
Sungguh dangkal pola pikir dan
sikapmu itu, memutuskan silaturahmi hanya untuk sebuah alasan yang sebenarnya
tidak perlu dibesar-besarkan, padahal banyak sekali hal-hal penting yang harus
segera kamu benahi dalam hidupmu.
Susah untuk menjadi orang yang
berbesar hati dan mau menerima kekurangan orang lain apa adanya, meskipun
sebenarnya kamu bisa kalau kamu mau, asalkan kamu mau memupuk hatimu dengan
kebajikan hidup yang kamu temukan dalam sebuah jalinan.
Aku menjadi orang yang beruntung
karena dekat denganmu, tapi aku juga bukan orang yang merugi bila harus jauh
darimu, bagiku, mencari teman itu semudah membalikan telapak tangan, jadi bila
memang kamu ingin pergi, pergilah menjauh dan jangan kembali lagi untuk
mencariku, karena kamu tidak akan pernah menemukan aku disana.
Bagiku, mengingat dan melupakan
sama mudahnya, aku mengingat kebaikanmu semudah aku melupakan keburukanmu.
Seandainya kamu tahu, saat kamu
sibuk menghasut teman-teman yang lain untuk ikut membenciku, saat itulah akupun
sibuk mendo’akan mu agar Tuhan memberikanmu kebajikan, kebijaksanaan dan
kedewasaan, hingga suatu saat do’aku terkabul dan kamu tersadar akan segala
kekhilafanmu.
Dulu aku respect padamu, dan
menganggapmu layak untuk menjadi panutan, tapi itu dulu, sewaktu aku belum tahu
isi hatimu yang sebenarnya.
Saat ini mungkin hanya aku yang
kamu benci, esok atau lusa pasti akan banyak lagi jumlah orang-orang yang kamu
benci, bila kamu tetap menganggap like ‘n dislike adalah cara bijak untuk
menentukan dengan siapa kamu berteman, sampai kapanmu kamu tidak akan mungkin
punya teman untuk jangka waktu yang lama dan setia padamu.
Jika kamu tidak ingin temanmu adalah
musuhmu yang tertunda, maka, segeralah berbenah dan perbaiki apa yang harus
kamu perbaiki, dan pertahankan apa yang layak untuk dipertahankan.
Sungguh, aku tidak takut untuk
kamu jauhi, tapi rasa sayangku membuatku takut kalau kamu terus memelihara
penyakit hati.
ini buat teman apa pacar? Serius banget
BalasHapushanya curhat aja
BalasHapusummm......manusia namanya....banyak org yang senang mencari teman tapi lebih banyak lagi org yang senang mencari musuh.....salah satunya bahkan tiap hari kita temui kan.....???
BalasHapusHusshhhh.... Cullen.... tendensius amet
BalasHapusWhat happened my friend....sudah suatu resiko perjalanan hidup kita datang dan pergi, benci dan sayang, suka dan nggak suka, dll....dan memaafkan akan lebih mulia daripada yang meminta maaf.......
BalasHapusWhat happened my friend....sudah suatu resiko perjalanan hidup kita datang dan pergi, benci dan sayang, suka dan nggak suka, dll....dan memaafkan akan lebih mulia daripada yang meminta maaf.......
BalasHapusKak Endang kemana aja? Kakak menghilang lama banget..... dah banyak banget cerita yang ingin aku bagi
BalasHapusWah...susah utk diceritakan sep coz kakak udah migrasi ke jkt nich ikut suami....tapi aku hadir kok skrg but just via my phone :), cerita ajha sometime tetap aku buka kok....
Hapuswow, dihayati ini curhat, pengalaman hidup yach?
BalasHapusMayoritas artikel di blog aku emank aku alami
BalasHapus