Please ENJOY

Minggu, 27 Mei 2012

Wolf in Sheep's Clothing


Domba-domba itu masih saja berkumpul tenang tak menyadari bahwa satu persatu anggota dari kelompok mereka berkurang tiap harinya, tak menyadari bahwa diantara ratusan pasang mata domba yang polos dan lugu, ada satu pasang mata yang tajam mengancam siapa saja yang lengah, lemah dan lelah, sepasang mata dari serigala yang mengenakan mantel yang sama dengan mereka.

Lain ancaman terhadap para domba, lain pula ancaman terhadap manusia, karena serigala-serigala itu bukan hanya pandai menyamar dengan menggunakan mantel tebal bulu domba yang hangat, namun pandai pula membungkus tubuhnya dengan kulit manusia yang halus dan mulus, dalam pengembaraannya untuk meraih kehendak, serigala-serigala itu berhasil masuk ke area public, kancah politik, dunia usaha, bahkan ke tempat-tempat ibadah.

Saya jadi teringat pada seekor serigala yang menjadikan kantor sebagai tempat untuk mencari muka, mengelabui kita dengan tutur katanya yang santun dan pembawaannya yang tenang, serigala itu mampu membius karyawan lain yang tak menyadari bahwa dibelakang dia sibuk kasak kusuk menghasut atasan  seolah hanya dialah sumber dari semua kemajuan, kerjanya sedikit tapi ingin kelihatan, mengaku “Ya” untuk sebuah keberhasilan dan menjadikan sebuah kegagalan yang dia ciptakan menjadi kegagalan yang tak bertuan. 

Licinnya seekor serigala mampu mengelabui wartawan ketika serigala itu menutupi lehernya dengan sorban, memanipulasi tutur katanya dengan ayat-ayat suci, dan mengemas ketidak setiaannya terhadap istri sebagai suatu sunah, serigala yang mampu membangun tempat ibadah menjadi kerajaan besar untuk bertahta, sungguh sebuah konspirasi yang sempurna, tapi para jemaah bukanlah kawanan domba yang polos dan lugu, para jemaah adalah para perempuan dan ibu-ibu muda yang berpikir kritis yang mampu mendeteksi keberadaan serigala diantara para domba, hingga bergegaslah para jemaah itu meninggalkan tempat ibadahnya, meninggalkan serigala licin dengan tahtanya menuju tempat ibadah lain.

Serigala bukanlah binatang lemah, serigala adalah binatang kuat dengan segala bentuk kekuasaannya, mungkin kita masih ingat ketika seekor serigala berusaha menggunakan pesonanya untuk meraih suara dalam sebuah election, politik pencitraan yang dia tebarkan mampu menjadikannya seorang pemimpin, namun pesonanya segera luntur ketika kita menyadari banyak sekali kebijakan-kebijakan yang dia buat justru merugikan masyarakat. Serigala memang tak layak jadi pemimpin karena dia bukan manusia.

Lalu siapakah kita? Apakah kita ini salah satu dari kawanan domba yang polos dan lugu atau kita justru seekor serigala yang licin dan licik?

0 komentar:

Posting Komentar