Please ENJOY

Kamis, 16 Februari 2012

Semrawutnya Kabupaten Bandung


Bekerja di daerah pinggiran Bandung menyisakan pengalaman yang sedikit menyesakan, pulang dan pergi, pagi dan sore, selalu saja mengalami hal yang sama, waktu tempuh 1 ½ jam dari rumah ke tempat kerja, tumpukan sampah, bekas galian jalan,  kotoran kuda, asap kendaraan, dan selokan yang mempet hingga meluapkan air saat hujan adalah pengalaman tak biasa yang akhirnya menjadi biasa.


 Kabupaten Bandung benar-benar sebuah Kabupaten yang semrawut, dari mulai cileunyi, ranca ekek, banjaran, soreang, majalaya, pangalengan dll selalu saja kita temui permasalahan yang sama, pasar tadisional yang sangat kumuh dengan para pedagang yang menggelar dagangannya bukan hanya di trotoar tapi juga di bahu jalan hinggal memakan 1/3 dari lebar jalan, delman-delman yang menyisakan kotoran kuda berserakan dimana-mana dan melaju pelan menghalangi pengguna jalan lain, angkot-angkot yang ngetem sembarangan, pedagang asongan yang turun ketengah jalan, becak-becak yang maju melawan arus, mobil-mobil besar seperti bis, tronton, bahkan container yang berdesakan hingga memacetkan jalan.

 Kabupaten Bandung adalah daerah dimana terdapat banyak sekali pabrik-pabrik dari mulai textile, garment, industry sepatu baik itu yang skala menengah maupun besar, tempat dimana terdapat objek wisata alam, hotel-hotel, villa, rumah makan dll, pastilah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pemasukan Pemkab, dengan pemasukan pajak yang besar itu harusnya ada timbal balik yang diberikan oleh Pemkab terhadap daerah tersebut, tidak seharusnya pihak Pemkab dalam hal ini Bupati membiarkan kesemrawutan ini terus berlanjut.

 Bupati dan jajarannya hanya turun ke jalan, mendengar keluh kesah masyarakat, berdialog dengan para tokoh setempat, lalu mengumbar janji sana sini dengan berbagai visi dan misi yang terdengar klise dan membosankan hanya pada saat kampanye saja, lalu setelah gelaran pilkada selesai kemana mereka?

Malam hari menjadi malam yang sangat rawan kecelakaan di Kabupaten Bandung, kurangnya lampu penerangan jalan, tidak lengkapnya rambu-rambu lalu lintas dan jalanan aspal yang bolong menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan lalu lintas.

 Semua permasalahan ini timbul karena tidak adanya kesadaran masyarakat untuk selalu tertib, disiplin dan menjalani hidup sesuai tatanan yang berlaku, juga tidak adanya ketegasan aparat untuk selalu mengawasi dan menindak setiap pelanggaran yang terjadi sekecil apapun itu, seandainya saja terjadi singkronisasi antara masyarakat dan aparat setempat dalam satu aturan yang berlaku, mungkin wilayah Kabupaten Bandung akan menjadi wilayah “geunah tumaninah”.

4 komentar:

  1. tidak cuma kabupaten bandung, disini juga(depok) mengalami hal yang sama dan tidak ada perubahan mungkin sampah,macet&banjir sudah dianggap hal yg biasa oleh warga dan pemerintah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Meskipun Depok mengalami permasalahan yang sama, tapi Depok sebagai kota satelit dan kota mandiri tetep mempunyai keunggulan, pembangunan di Depok jauh lebih pesat, hanya dalam kurun waktu 10 tahun saja, Depok sudah banyak mengalami perubahan ke arah yang lebih modern.

      Hapus
  2. so, sebagai pemuda bangsa apa yang harus disumbangsihkan untuk kepentingan bangsa dan negara ini, terutama kota bandung tercinta...

    menurut gue yang simpel aja, jangan buang sampah sembarangan, apabila punya kendaraan please jangan buang sampah kelaur dari jendela mobil.. jalan raya bukan tempat pembuangan sampah.

    mulai dari sekarang.. dan mulai dari diri sendiri

    BalasHapus
  3. Setuju...memang segala sesuatunya harus berawal dari diri kita, terutama dalam hal kebiasaan membuang sampah, karena sudah terbukti banyak sekali permasalahan yang timbul karena sampah, seperti banjir dan penyakit muntahber

    BalasHapus