Bekerja di daerah pinggiran Bandung menyisakan pengalaman
yang sedikit menyesakan, pulang dan pergi, pagi dan sore, selalu saja mengalami
hal yang sama, waktu tempuh 1 ½ jam dari rumah ke tempat kerja, tumpukan
sampah, bekas galian jalan, kotoran
kuda, asap kendaraan, dan selokan yang mempet hingga meluapkan air saat hujan
adalah pengalaman tak biasa yang akhirnya menjadi biasa.
Kabupaten Bandung benar-benar sebuah Kabupaten yang semrawut,
dari mulai cileunyi, ranca ekek, banjaran, soreang, majalaya, pangalengan dll
selalu saja kita temui permasalahan yang sama, pasar tadisional yang sangat
kumuh dengan para pedagang yang menggelar dagangannya bukan hanya di trotoar
tapi juga di bahu jalan hinggal memakan 1/3 dari lebar jalan, delman-delman
yang menyisakan kotoran kuda berserakan dimana-mana dan melaju pelan
menghalangi pengguna jalan lain, angkot-angkot yang ngetem sembarangan,
pedagang asongan yang turun ketengah jalan, becak-becak yang maju melawan arus,
mobil-mobil besar seperti bis, tronton, bahkan container yang berdesakan hingga
memacetkan jalan.
Kabupaten Bandung adalah daerah dimana terdapat banyak sekali
pabrik-pabrik dari mulai textile, garment, industry sepatu baik itu yang skala
menengah maupun besar, tempat dimana terdapat objek wisata alam, hotel-hotel,
villa, rumah makan dll, pastilah memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap pemasukan Pemkab, dengan pemasukan pajak yang besar itu harusnya ada
timbal balik yang diberikan oleh Pemkab terhadap daerah tersebut, tidak
seharusnya pihak Pemkab dalam hal ini Bupati membiarkan kesemrawutan ini terus
berlanjut.
Bupati dan jajarannya hanya turun ke jalan, mendengar keluh
kesah masyarakat, berdialog dengan para tokoh setempat, lalu mengumbar janji
sana sini dengan berbagai visi dan misi yang terdengar klise dan membosankan
hanya pada saat kampanye saja, lalu setelah gelaran pilkada selesai kemana
mereka?
Malam hari menjadi malam yang sangat rawan kecelakaan di
Kabupaten Bandung, kurangnya lampu penerangan jalan, tidak lengkapnya
rambu-rambu lalu lintas dan jalanan aspal yang bolong menjadi penyebab utama
terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Semua permasalahan ini timbul karena tidak adanya kesadaran
masyarakat untuk selalu tertib, disiplin dan menjalani hidup sesuai tatanan
yang berlaku, juga tidak adanya ketegasan aparat untuk selalu mengawasi dan
menindak setiap pelanggaran yang terjadi sekecil apapun itu, seandainya saja
terjadi singkronisasi antara masyarakat dan aparat setempat dalam satu aturan
yang berlaku, mungkin wilayah Kabupaten Bandung akan menjadi wilayah “geunah
tumaninah”.
tidak cuma kabupaten bandung, disini juga(depok) mengalami hal yang sama dan tidak ada perubahan mungkin sampah,macet&banjir sudah dianggap hal yg biasa oleh warga dan pemerintah!
BalasHapusMeskipun Depok mengalami permasalahan yang sama, tapi Depok sebagai kota satelit dan kota mandiri tetep mempunyai keunggulan, pembangunan di Depok jauh lebih pesat, hanya dalam kurun waktu 10 tahun saja, Depok sudah banyak mengalami perubahan ke arah yang lebih modern.
Hapusso, sebagai pemuda bangsa apa yang harus disumbangsihkan untuk kepentingan bangsa dan negara ini, terutama kota bandung tercinta...
BalasHapusmenurut gue yang simpel aja, jangan buang sampah sembarangan, apabila punya kendaraan please jangan buang sampah kelaur dari jendela mobil.. jalan raya bukan tempat pembuangan sampah.
mulai dari sekarang.. dan mulai dari diri sendiri
Setuju...memang segala sesuatunya harus berawal dari diri kita, terutama dalam hal kebiasaan membuang sampah, karena sudah terbukti banyak sekali permasalahan yang timbul karena sampah, seperti banjir dan penyakit muntahber
BalasHapus