Please ENJOY

Rabu, 02 November 2011

Makan “TOKAI” Anjing

Kiri ke Kanan: Uking (Tajudin), Ali (paling belakang), Idan (pake kaca mata), Eful (bawa gitar), Yusuf (paling kanan)
Antara Tahun 1996 – 2002 kuanggap sebagai tahun yang penuh kenangan, di tahun itu aku bekerja sebagai Staff Exim di PT. Karyabudy Ekatama dan temen-temen gaulku disana adalah para karyawan harian yang penuh semangat, selalu bertenaga, terjaga, waspada, dan siap sedia kalau kuajak kemana-mana!


 

Kami biasa berkumpul dan melakukan aktifitas-aktifitas di luar jam kerja, mancing, naik gunung (hiking) dan camping adalah aktifitas rutin kami, sudah banyak sekali tempat-tempat hiking dan tempat camping yang pernah kami kunjungi.

Camping di Gunung Gede Pangrango menjadi camping yang paling berkesan diantara semua camping yang pernah kami jalani, di perjalanan kami menyempatkan diri berhenti di pasar tradisional di daerah cibadak, kami beli banyak sekali persediaan makanan untuk bekal kami nanti, beras, gula merah + kacang ijo, gula pasir, kopi, sampai mie instant dan ikan asin pun kami beli.

Sampai di kaki Gunung Gede sekitar  pukul 11 siang, masih banyak waktu untuk terus naik keatas, sampai ditujuan langsung kami pasang tenda, kami membawa 2 buah tenda yang ukuran besar dan ukuran kecil dan kami pasang berjejer. Pemandangan Gunung Gede sangat indah sekali, hawanya sejuk, pohon-pohon tumbuh rindang, meskipun terlihat belantara tapi cocoklah untuk aktifitas camping membuat kami merasa menyatu dengan alam.

Malam yang dingin menjadi terasa hangat saat teman teman kami Uking (Tajudin) membuat api unggun, Idan sibuk menyalakan tungku untuk memasak diiringi alunan gitar Eful yang teriak-teriak nyanyiin lagu Peterpan “Mimpi Yang Sempurna” , Ali hanya diam saja di dalam tenda, Yusuf menunggu makanan selesai dimasak tanpa melakukan apa-apa dan aku menyiapkan makanan untuk dimasak.



Air kopi, bubur kacang ijo, adalah makanan pembuka buat kami, sambil menunggu Idan yang membuat “Nasi Liwet” kami bercanda, ngobro diselingi suara eful yang nyanyi sambil teriak-teriak.

Sekitar pukul 11 malam “Nasi Liwet”pun matang dan siap tuk jadi santapan malam, kumplit sekali ada goreng ikan asin, goreng tempe, mie instant dan yang paling istimewa sambal terasi yang huuhhhh haahhh pedassss…………….

Aku langsung memotong daun pisang yang paling panjang dan paling lebar, tanpa terlebih dulu memeriksa keadaan tanah langsung daun pisang aku gelar, Nasi Liwet ditumpahkan Idan tepat di atas daun pisang yang kugelar tadi, ikan asin, mie instan, goreng tempe juga dibaurkan diatasnya, tak lupa sambal terasi pedas sebagai pelengkap makan malam kami., nikmat sekali makan tanpa sendok langsung menggunakan tangan.

Hawa pegunungan dan dinginnya malam membuat nafsu makan kami semakin menjadi-jadi, sambil makan kami bercanda, berebutan ikan asin dan berlomba-lomba mencolekan nasi liwet ke sambal terasi, saat itu sambil terasi menjadi menu favourit.

Terus dan terus kami semua seolah berlomba mencolekan nasi liwet ke sambal terasi pedas, kami semua tidak mau kalah dan terus terusan sambal terasi menjadi sasaran colekan kami, semakin lama semakin bersemangat dan kami mencolekan nasi liwet ke sambal terasi dengan penuh tenaga, samarnya penerangan yang hanya menggunakan lentera membuat kami semua tidak menyadari kalau sambal terasi menu favourit kami sudah habis dan daun pisang yang menjadi alas makanan kami robek, tapi kami terus saja mencolekan nasi di tangan kami kearah sambal terasi tadi,…..hingga akhirnya kamipun merasakan ada keganjilan rasa dimulut kami, aroma sambal terasi gak terasa lagi yang terasa hanyalah bau gak enak yang menyengat, pedasnya sambal berubah menjadi pahit dan agak keasam-asaman, biji cabe yang tadi kami rasakan mulai berubah menjadi sedikit keras seperti ada tanahnya, …tapi kami tidak peduli dengan itu semua, terus saja kami colekan nasi liwet kearah dimana tadi terdapat sambal terasi.

Hmm…sambil makan sesekali kulihat si Eful makannya lahap sekali, Ali sedikit serakah ambil potongan tempenya gede-gede, Ukin sekali lahap ukuran nasi yang masuk ke mulut dua kali ukuran nasi yang masuk ke mulutku, si Idan makannya agak nyantai tapi tanpa jeda seolah tak mau ketinggal waktu, Yusuf santai tapi agak licik dia selalu berusaha agar tempe dan ikan asin ada dalam jangkauannya.

Semakin lama kami makan nasi yang kami colekan kearah sambal terasi yang sudah habis, semakin besar pula robeknya daun pisang, dan semakin gak enak aromanya dimulut kami, semakin lama perut kami semakin mual, seolah diaduk-aduk, aroma sedap pedasnya sambal terasi semakin lama semakin hilang dimulut kami dan benar-benar sudah hilang,…yang ada sekarang hanya aroma bau gak sedap, rasa pahit keasam-asaman, perut kami benar-benar mual kami semua pengen muntah,…….."oeekkkssss....."

Nasi liwet habis, goreng asin dan goreng tempe gak tersisa, sambal terasi lenyap sudah…..kami semua kekenyangan, tapi mulut kami beraroma bau gak sedap, perut kami mual-mual, rasanya seperti pengen muntah, mata mulai berkunang-kunang, kepala pusing sekali,…......."oeekkkssss....., oeeekkkssss.....,oeeekkksss....."

Aku jadi penasaran, apa sebenarnya yang membuat aroma gak sedap di mulut kami dan yang membuat perut kami mual-mual, kuperikasa daun pisang lalu ku angkat ke atas……..A S T A G A..... ternyata diatas tanah, tepat dibawah robekan daun pisang tempat sambal terasi tadi kuletakan ada tokai anjing,…..sambal terasi habis, daun  pisang robek besar dan yang jadi sasaran colekan kami adalah yang dibawah robekan daun pisang tadi…….tokai anjing…

Acara malam kami diawali dengan makan bareng dan diakhiri dengan muntah bareng……….."boroloooo....."

Sampai sekarang, kalau kami ditanya apa acara camping yang paling berkesan? jawabnya…..Makan Tokai Anjing



0 komentar:

Posting Komentar