Please ENJOY

Minggu, 26 Juli 2015

GUNUNG PUNTANG Kokohya Benteng Belanda diantara rimbunnya pepohonan




.... dan apa yang sudah lama direncanakan akhirnya terwujud juga, tepat pkl 7:00 pagi, Sabtu 25 Juli hari yang ditunggupun tiba, kami sudah bersiap memacu motor yang kami tumpang berboncengan, melaju kearah selatan kota Bandung, 10 kilo meter telah kami tempuh hingga akhirnya kami sampai juga di Banjaran, kota kecil dengan tumpahan kendaraan yang memadati jalan berasapal, hingga seringkali menimbulkan kemacetan yang parah, terutama disekitar pasar tradisional dan terminal, angkot-angkot yang berumur tua, delman-delmam yang ditarik kuda, dan tukang ojek motor berlomba mencari penumpang. Sungguh luar biasa aktifitas keseharian masyarakat Banjaran, toko-toko dan mini market yang selalu dipadati pembeli menunjukan bahwa aktifitas perekonomian masyarakat di Banjaran berputar sebagai mana mestinya.

10 kilo meter telah kami tempuh, tepat di ujung Banjaran kami belok kiri melalui jalan yang sedikit menanjak namun beraspal sangat licin, jalanan cenderung bagus bebas dari lobang, motor terus kami pacu kearah pangalengan, di tengah-tengah jalan kami dihadapkan pada pertigaan, dan kami memilih belok mengambil jalan ke arah kiri, itu adalah arah menuju Gunung Puntang, sedangkan apabila kami mengambil arah kanan, kami akan sampai di Perkebunan Teh Malabar.

Jembatan Gantung sebagai akses jalan menuju Gunung Puntang

Jarak yang kami tempuh dari Banjaran ke Gunung Puntang sekitar 7 Kilo meter, total perjalanan yang kami tempuh dari Bandung ke Gunung Puntang sekitar ± 17 kilo meter.

Untuk memulai memasuki kawasan Gunung Puntang, kita harus berjalan melewati jembatan gantung, jembatan sederhana namun begitu artistik, cocok dijadikan objek atau atau lokasi pengambilan gambar bagi siapa saja yang hobi fotografi, dan kamipun menyempatkan diri untuk berfoto disana.


Gunung Puntang bukanlah sekedar tempat echo wisata atau camping ground tapi mengandung unsur sejarah di dalamnya, karena dulu di lokasi ini berdiri pemancar radio yang menyebarkan informasi mengenai perkembangan perang dunia ke II di Asia Tenggara. Hingga kini pamancar radio yang dulu dikelola oleh kolonial belanda masih berdiri kokoh meskipun hanya tersisa puing-puingnya saja. Selain itu di Gunung Puntang kita juga dapat melihat gugusan tebing yang sangat indah di keliling oleh lebatnya hutan yang menjadi tempat konservasi Owa Jawa, sungai yang mengalir deras dengan airnya yang bening yang menjadi tepat favourit para wisatawan yang berkunjung kesana.

Jembatan Gantung ini sangat cocok untuk dijadikan object foto

Tidak seperti perjalan saya ke Gunung Puntang 18 Tahun yang lalu, kali ini kami tidak mengarah naik menuju Curug Siliwangi yang sangat terkenal di area itu, karena jaraknya yang terlalu menanjak dan harus melalui jalan setapak dengan melewati pepohonan yang berduri sepajang ± 3 kilo meter,  kami memutuskan untuk berhenti di sebuah kolam peninggalan belanda berbentuk persegi panjang dengan sisinya yang oval, dulu di sekitar kolam tersebut terdapat kolam lainnya yang berbetuk hati, masyarakat sekita dan para wisatawan yang berkunjung kesana menyebutnya “Kolam Cinta”, namun sayang saat kami kesana Kolam Cinta sudah tidak ada lagi, mungkin karena sudah dihilangkan atau tertimbun rumput ilalang yang sangat lebat, yang jelas kami sudah tidak menemukannya lagi, padahal Kolam Cinta juga merupakan kolam yang penuh dengan sejarah, karena pembangunannya dilakukan pada masa kolonial belanda dan menjadi salah satu Ikon di Gunung Puntang.

Menikmati Alam diatas puing-puing benteng

Secara keseluruhan pemandangan di Gunung Puntang sangatlah Indah, suasana alam yang sangat asri dan ribun serta diselimuti kabut mampu memberikan suasana sejuk dan kesegaran udara yang sangat didambakan masyarakat perkotaan, kokohnya benteng-benteng belanda di tengah ribunnya pepohonan diselingi gemericik air sungai yang mengalir membelah hutan, mampu membawa kita pada era kejayaan radio di jaman kolonial belanda

0 komentar:

Posting Komentar