Please ENJOY

Senin, 30 Juni 2014

Harmoni Hitam Putih




Sampai hari ini masih saja saya lihat perbedaan merenggangkan suatu hubungan antar manusia, seolah pertemanan hanya akan tersambung apabila segala sesuatunya sama, padahal banyak sekali hal yang bisa kita ambil sebagai hikmah dari suatu perbedaan, kalau nasib setiap manusia itu berbeda, lalu mengapa kita harus sama? Berbeda bukan berarti salah dan sama tidak selalu benar.


Merenggangnya suatu hubungan pertemanan atau bahkan persaudaraan akibat adanya suatu perbedaan tidak seharusnya meruncing dan mengakibatkan suatu permusuhan. Naive rasanya apabila kita hanya mau berinteraksi dengan pihak-pihak yang pendapatnya maupun pandangannya sama dengan kita.


merenggangnya suatu hubungan akibat adanya perbedaan bukanlah hal sepele yang harus kita biarkan begitu saja, kekhawatiran akan terjadi sebuah perpecahan bisa saja terjadi. 


Contoh kecil adalah saat kita menghadapi Pemilu Presiden, begitu kalapnya para pendukung capres mendukung pilihannya, dengan kejinya melakukan black campaign, membuat berita fitnah di media masa dan media sosial, lalu diantara kita mengambil bagian dalam melakukan black campaign dan fitnah tsb, dengan turut serta menyebarkannya, demi memenangkan capres yang dijagokan, padahal siapapun yang nantinya terpilih  menjadi presiden dan wakilnya, mereka adalah putra terbaik bangsa yang akan bekerja untuk negara yang kita cintai. Seandainya kita mau mendukung capres pillihan kita, kita tidak perlu mengorbankan moral kita dengan mengesampingkan prilaku-prilaku beradab yang selama ini kita junjung tinggi, kita tidak perlu melakukan fitnah atau membuka aib capres yang tidak kita pilih, cukup dengan tidak menjadi golput, datang ke TPS dan coblos capres yang kita sukai.


Renggangnya suatu hubungan antar sesama karena adanya sebuah perbedaan, perlahan namun pasti bisa mengikis kebhinekaan kita, Indonesia adalah negara yang rakyatnya terlihat sangat toleran padahal sebenarnya sangat rasis. Itu bisa kita lihat saat warga keturunan hendak membuat Kartu Keluarga, KTP, Akte Kelahiran dll, pastilah harganya berbeda, dan yang menjadi pertanyaan adalah mengapa harus berbeda? Bukankan warga keturunan atau non keturusan sama-sama warga Negara Indonesia dengan hak dan kewajiban yang setara.


Lebih heran lagi ketika ada calon kepala daerah yang ditolak bukan karena ketidakmampuannya menjadi seorang pemimpin daerah, tetapi karena keyakinan/kepercayaannya yang berbeda atau karena bukan berasal dari suku yang dikehendaki, betapa rasisnya masyarakat Indonesia, padahal sumpah pemuda (28 Oktober 1928) sudah lama diikrarkan, tetapi masih saja ada orang-orang yang merasa berbeda Ras, Suku, Agama dan Adat Istiadat, sumpah pemuda menjadi tidaklah berarti apabila mereka tidak merasa “satu”.


Dalam kehidupan sehari-hari, kitapun bisa merasakan bahwa perbedaan sering kali merenggangkan sebuah hubungan, misalnya perbedaan pendapat dan keinginan antara pihak karyawan dengan pimpinannya, atau antara pihak karyawan dengan karyawan lainnya, lalu pihak yang “merasa pintar” (superior) berusaha mengintimidasi pihak yang “pintar merasa” (inferior) seolah bahwa pihak si superiorlah yang paling benar dan paling layak untuk di dengar. Perbedaan pendapat seperti ini menjadi salah satu penyebab merenggangnya hubungan antara si “merasa pintar” dengan si “pintar merasa”.


Ada sebuah kejadian ironi, ketika seorang bapak tua berselisih pendapat dengan anak lelakinya yang sudah dewasa, mereka berdua berhadap-hadapan, saling bentak dan  bicara sambil teriak-teriak, padahal jarak mereka sangat dekat berhadap-hadapan. Lalu apa penyebabnya? Pastilah adanya perbedaan pendapat atau pandangan, sehingga saat itu mereka sangat sulit untuk disatukan. Mereka bicara dengan keras, teriak sekencang-kencangnya, meskipun jarak mereka sangat dekat, tetapi karena adanya sebuah perbedaan itulah yang pada akhirnya membuat mereka harus bicara saling bentak dan berteriak-teriak, mereka tidak mungkin bisa bicara pelan-pelan, karena jarak telah memisahkan mereka, meskipun secara fisik mereka saling berdekatan tetapi sebenarnya secara hati mereka berjauhan. Perbedaan telah merenggangkan jarak hati antara keduanya.


Mengapa kita harus selalu mempermasalahkan orang-orang yang beda pendapat dan beda cara pandangannya dengan kita? Bukankah kebebasan berpendapat adalah hak setiap individu? Bukankah perbedaan itu adalah sebuah “Rahmat” dan dengan adanya perbedaan bisa memunculkan ide-ide positif. Lalu tidak bisakah kita menyatukan dua yang berbeda menjadi satu kesatuan dalam sebuah harmoni?


Kita tidak perlu takut jika mempunyai pandangan dan pendapat yang berbeda dengan orang kebanyakan, kita tidak perlu takut apabila orang-orang yang pendapatnya beda dengan kita akan menjadi orang yang membenci kita. karena “Haters adalah fans kita yang salah fokus”?


Harmoni hitam putih adalah menyatunya dua yang berbeda menjadi satu kesatuan yang utuh, yang mampu menciptakan output baru yang indah. 


Mari kita harmonisasikan perbedaan.

0 komentar:

Posting Komentar