Y . F . W |
Dalam suatu pertemuan bernuasa santai
di kedai coffee di sebuah mall, bersama teman-teman yang lama gak jumpa, kami
membahas aktifitas masing-masing, dari mulai keluarga, pekerjaan, hiburan dan
pergaulan kami masing-masing, hingga giliran saya yang bercerita mengenai
aktifitas saya selama ini, tanpa saya sadari, sayapun curhat mengenai segala
kegundahan saya selama ini, mengenai seorang teman yang dengan teganya sengaja
menghianati saya, di depan baik di belakang menikam saya, bukan hanya itu
diapun berusaha menyebarkan fitnah yang sangat keji yang menghancurkan semua harga
diri saya, seolah saya ini manusia yang begitu hina di matanya, terus dan terus
dia menghina saya berulang kali.
Saya teringat akan sebuah ceramah
dari seorang kyai yang juga merupakan public figure, beliau berkata, manusia
itu diibaratkan sebuah teko yang berisi air, “apabila saat dituangkan air yang
keluar bening, itu artinya teko tsb berisi air yang bening, dan apabila saat
dituangkan air yang keluar kotor itu artinya teko tsb berisi air yang kotor”.
Begitu pula dengan manusia, “apabila
kata-kata yang keluar dari mulutnya bersih dan pola pikirnya positif itu
artinya hati dan pikiran manusia tsb bersih dan positif, tetapi apabila kata-kata
yang keluar dari mulutnya kotor dan negatif, itu artinya hati dan pikiran
manusia tsb kotor dan negatif”. Nauzdubillah himindalik.
Hingga sayapun tersentak... “astagfirulloh”
separah itukah penyakit hati yang dia miliki, Y.F.W (Your Friend is Worthless) bukan
hanya sekedar manusia biasa yang bangga dengan dosa-dosanya, menghujat
sana-menghujat sini, menghina setiap manusia lain yang berada disekitanya
seolah hanya dirinyalah yang paling sempurna, berpikiran negatif dan berasumsi
sekehendak hati, lalu dengan bangganya menyebarkan asumsi tsb dalam bentuk
fitnah ke teman-teman yang lainnya (mungkin tujuannya untuk sebuah pembenaran
atau sekedar mencari dukungan), Y.F.W (Your Friend is Worthless) bukan sekedar
manusia tidak lazim yang hanya mampu melihat kekurangan orang lain, tapi lebih
dari itu, dia ibarat seekor ular yang dikutuk tuhan hingga berjalan melata
menggunakan perutnya.
Seekor ular yang sangat berbisa,
diberi makan apapun dia tetap saja berbisa, demikian pula dengan manusia
seperti Y.F.W (Your Friend is Worthless), dia tetaplah manusia berbisa meskipun
kita beri makan dengan berjuta kebaikan, “air susu yang saya berikanpun tetap
dia balas dengan bisa-nya”, semua kebaikan yang saya lakukan selalu disalah
artikan, setulus apapun kebaikan yang saya berikan selalu dicurigai bahwa saya
mengharapkan sesuatu darinya, padahal saya melakukannya dengan tulus tanpa
mengharapkan imbalan apapun juga, pertolongan yang saya berikan selalu dicurigai
dan dianggap tak wajar seolah saya memberi perhatian yang supe extra kepadanya,
padahal saya menolong orang tanpa melihat siapa dia, saya tidak pernah memilih-milih
“gender” pada saat saya hendak menolong seseorang, saya menolong orang yang
sangat membutuhkan uluran tangan saya, dan itu saya lakukan terhadap siapapun
juga, jadi sangatlah naive apabila uluran tangan saya untuk menolong justru
dianggap sesuatu yang berlebihan dan tak lazim dimata Y.F.W (Your Friend is Worthless).
Dengan berbagai cara Y.F.W (Your Friend is Worthless) melakukan pembenaran terhadap pikiran negatifnya, cara
saya berinteraksi dengan dia (saya selalu menatap wajah seseorang ketika
berbicara, karena etika berbicara memang seperti itu) dia artikan bahwa cara
saya menatap itu berlebihan dan membuatnya tak nyaman, seolah cara saya menatap
dia itu melucuti semua pakaiannya...”astagfirulloh...” serendah itukan saya di
matanya?
Pola pikir yang dangkal dan tak
lebih dari sejengkal, membuat dia selalu membangga-banggakan maskulinitas
(padahal saya yakin dia sendiri juga tidak faham akan hakikat dari sebuah
maskulinitas), laki-laki itu bukanlah sosok yang mudah mengeluarkan air mata
saat berhadapan dengan masalah, laki-laki itu bukanlah sosok yang mudah mengeluarkan
air mata saat menghadapi musibah, karena sebenarnya musibah adalah cambukan
kecil dari sang Maha Kuasa untuk menyadarkan umatnya yang “Khilaf” hingga
berbuat dosa dianggap sesuatu yang wajar (normal). Tidaklah perlu mengunci diri
di dalam kamar lalu menangis tersedu-sedu menghabiskan berlembar-lembat tissue hanya
karena hilang uang recehan yang jumlahnya tidak seberapa (laki-laki tidak harus
seperti itu kan?)
Bodohnya lagi, Y.F.W (Your Friend is Worthless) menganggap bahwa ciri laki-laki yang maskulin itu adalah
laki-laki yang mempunyai bulu di ketiaknya..... ckakakakakkkk... geli saya
mendengarnya, kenyataannya bulu-bulu ketiak itu tidak mampu membawanya pulang
saat tengah malam ditinggal sendirian di depan sebuah pusat perbelanjaan di
tengah kota seusai nonton sebuah film. Kalau memang dia seorang laki-laki,
harusnya tidak perlu takut berada sendirian dipinggiran jalan meskipun tengah
malam, “pakailah otak jangan pakai bulu ketiak”, toh dia bisa nyari angkot,
sewa ojek motor, nyari taksi atau bila perlu pulang dengan berjalan kaki, bukan
sesuatu yang harus ditakutkan oleh seorang laki-laki apabila berada sendirian
di tengah malam... apa yang harus ditakutkan..? seorang laki-laki tidak perlu “galau”
apalagi “cengen” (katanya laki-laki maskulin) masa iyahhh sech cengeng, hanya
karena ditinggal sendirian di tengah malam, padahal saya sengaja tidak
mengajaknya bareng hanya sekedar mendidiknya untuk mandiri dan tidak ada
ketergantungan yang terus menurus terhadap saya, saya sengaja meninggalkannya
sendiri untuk menguji sebarapa kuat mentalnya dan seberapa besar nyalinya untuk
berada sendirian di tengah malam... “Oh... ternyata hanya segitukah”? ironis
sekali, seorang laki-laki yang merasa maskulin menangis layaknya seorang perempuan
cengeng dipinggiran jalan di tengah malam, ditemani bulu ketiak yang selama ini
setia menemaninya dalam setiap pergaulan.... dan untuk kesekian kalinya sayapun tertawa
geli.... ckakakakkkk... oh bulu ketiak...... ternyata kau tak mampu mebawaku
pulang ke tempat kost-an.
Ruangan kedai coffee di sebuah
mall tiba-tiba menjadi riuh dengan suara tawa teman-teman saya yang dari tadi
mendengarkan cerita mengenai Y.F.W (Your Friend is Worthless), mereka bilang
betapa pandirnya dia....
Y.F.W adalah Your Friend is Worthless, tidak ada gunanya dia, bergaul dengan manusia picik semacam dia tidak
akan membawa kita menuju hal-hal yang positif, lalu apa yang harus kita
lakukan? Tentu saja meninggalkannya bersama bulu ketiak yang selama ini dia
bangga-banggakan.
Y.F.W adalah ular berbisa,
berbahaya bila kita selalu di dekatnya.
0 komentar:
Posting Komentar