Sore hari sepulang kerja sengaja
nongkrong di teras rumah, melihat hilir mudik para tetangga melakukan aktifitas
rutinnya, bapak-bapak main kartu sambil mengisap rokok dan minum air kopi di
pos ronda, Ibu-ibunya ngerumpi di depan warung klontongan, entah apa
yang mereka bicarakan, yang jelas itu aktifitas rutin yang biasa saya lihat di
sore hari, sedangkan anak-anak mudanya, para remaja berkumpul di pinggiran
jalan sambil main gitar, nyanyi-nyanyi gak karuan.
Kalau kita perhatikan, sama
sekali gak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan, berkumpul dan
bersosialisasi adalah hal yang wajar dan positif tentunya, namun kalau kita
bandingkan aktifitas mereka yang hanya menghabiskan waktu untuk sesuatu yang
tidak menghasilkan apa-apa, tentunya sangat disayangkan, terlebih apabila kita
bandingkan aktifitas mereka itu dengan aktifitas masyarakat di luaran sana,
yang sibuk berkerja siang dan malam, sibuk belajar, sibuk berorganisasi ataupun
kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat dari hanya sekedar nongkrong
dengan tetangga.
Bila dibandingkan manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya, ternyata manusia juga tidak ada bedanya dengan
produk-produk komersial atau barang dagangan, manusia mempunyai kwalitas, dan
setiap individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Ada yang kwalitas
super, kwalitas 1, kwalitas 2 bahkan ada yang hanya mencapai kwalitas 3.
Banyak hal yang menentukan
kwalitas masing-masing individu, diantaranya: skill, potensi, wawasan, pergaulan,
pendidikan, dll.
Tanpa merendahkan para tetangga
di sekitar rumah, saya hanya bertanya-tanya dalam hati, apa tidak ada kegiatan
lain yang lebih bermanfaat, sayang apabila waktu yang kita miliki habis percuma
tanpa menghasilkan apapun, padahal waktu yang telah terbuang tidak mungkin akan
kita dapatkan kembali.
Terutama untuk para remaja, masa
muda adalah masa persiapan untuk masa depan yang entah bagaimana kejelasannya.
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti nasib mereka, para remaja
yang hanya punya aktifitas sekolah saja atau kuliah saja, tanpa dibarengi
dengan aktifitas lainnya. Bukankah pada saat mereka memasuki dunia kerja mereka
harus berkompetisi dengan para pekerja lainnya? Tentunya hanya manusia yang
berkwalitaslah yang akan menjadi pemenangnya.
Kalau suatu hari kita temukan
seorang sarjana yang nganggur dan sulit sekali mendapatkan pekerjaan, mungkin
mereka itu para sarjana yang semasa kuliahnya sama sekali tidak mempersiapkan
diri dengan berbagai keahlian agar nantinya dapat menjadi pemenang dalam sebuah
persaingan.
Mereka itu hanyalah
manusia-manusia dengan kwalitas 2, tapi paling tidak mereka masih punya
pendidikan formal walaupun tidak didukung oleh pendidikan non formal. Para
manusia dengan kwalitas 2 haruslah mau meng-up grade dirinya agar menjadi
manusia berpotensi yang naik selevel menjadi manusia kwalitas 1.
Manusia kwalitas 1 adalah manusia
yang lebih mujur bila dibandingkan dengan kwalitas 2 yang satu level dibawahnya.
Biasanya manusia dengan kwalitas 1 masih mempunyai aktifitas yang bermanfaat,
di dunia kerja banyak sekali diisi oleh manusia-manusia kwalitas 1, mereka
bekerja, mempunyai karir dan mempunyai aktifitas yang rutin, tetapi biasanya
manusia kwalitas 1 hanya sekedar bekerja, type manusia seperti ini sudah cukup
dengan hanya mempunyai penghasilan tetap, sesudah itu menikah dan menjalani
hidup seperti kebanyakan manusia pada umumnya, di luar bekerja di rumah
mengurus keluarga, tanpa sedikitpun berusaha untuk melakukan aktifitas lain
seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau mencari
peluang sebagai pekerjaan sambilan, apalagi membuka usaha sampingan dll.
Manusia kwalitas 1 rentan sekali
dengan adanya perubahan, misalnya perusahaan tempatnya bekerja mengalami
kebangkrutan atau terjadi PHK, biasanya manusia kwalitas 1 agak sulit untuk
bangkit, itu karena semasa kerja dulu dia hanya terkonsentrasikan dengan satu
pekerjaan tanpa adanya usaha untuk memperluar pergaulan ataupun wawasan,
sehingga pada saatnya dia sudah tidak bekerja lagi, agak sulit baginya untuk
mendapatkan pekerjaan baru.
Saya jadi teringat dengan anak
boss sebuah perusahaan tempat saya bekerja dulu, dia mempunyai pendidikan yang
lumayan tetapi masih setara dengan pendidikan masyarakat pada umumnya, di perusahaan dia mempunyai kedudukan yang tinggi, karena orang tuanya seorang
boss pemilik perusahaan tempatnya bekerja, namun dari aktifitas kesehariannya
saya bisa menilai kalau dia adalah manusia dengan kwalitas 1, kemampuannya masih
dikatagorikan biasa-biasa saja, bahkan banyak staff-staff bawahannya yang jauh
lebih berkopenten. Suatu saat terjadilah pailit pada perusahaannya, hingga
semua karyawan mengalami PHK masal, begitu juga dengan dirinya, dia sudah tidak
lagi bekerja di perusahaan bapaknya, apa yang terjadi? Dia benar-benar menjadi
seorang pengangguran yang tidak bisa apa-apa, untuk bekerja di perusahaan lain
dia merasa malu karena dulu dia menpunyai kedudukan yang tinggi, sedangkan
untuk mendapatkan pekerjaan dengan
kedudukan yang tinggi seperti di perusahaan bapaknya dulu, itu tidak mungkin
karena sebenarnya potensi yang dia miliki belum memadai. Manusia dengan
kwalitas 1 biasanya terlihat seperti manusia yang super, namun kenyataannya tidak
karena manusia jenis ini belum tentu mampu bertahan di dalam situasi yang
sulit.
Sebenarnya, manusia kwalitas 1 adalah manusia yang berkwalitas, namun sungguh disayangkan kwalitas yang mereka miliki tidak pernah di-up grade agar sesuai dengan perkembangan zaman, waktu terus berubah namun kemampuan mereka tetap tidak bertambah, tetap sama seperti waktu dulu. itu pula yang menyebabkan manusia kwalitas 1 akan sulit bertahan melawan perkembangan zaman.
Sebenarnya, manusia kwalitas 1 adalah manusia yang berkwalitas, namun sungguh disayangkan kwalitas yang mereka miliki tidak pernah di-up grade agar sesuai dengan perkembangan zaman, waktu terus berubah namun kemampuan mereka tetap tidak bertambah, tetap sama seperti waktu dulu. itu pula yang menyebabkan manusia kwalitas 1 akan sulit bertahan melawan perkembangan zaman.
Lalu bila kita mencoba melihat ke
level yang lebih rendah lagi, tentunya kita akan mudah sekali menemukan manusia
dengan kwalitas 3 alias “Inferior Quality Human”, dan jumlahnya sangat banyak,
kita dengan mudah menemukan mereka di terminal, stasiun, jalan raya bahkan di
sekolah atau di kampus yang menjadi tempatnya mencetak kaum intelektual. tetapi
masih bisa kita temukan manusia-manusia dengan kwalitas rendah.
Entah apa yang salah dengan
pendidikan kita, atau kah kesalahan sudah dimulai sejak awal yaitu pendidikan
di rumah, ataukah guru di sekolah yang tidak memahami bagaimana membimbing
siswanya ke arah masa depan yang lebih pasti, atau mungkin para dosen di kampus
yang hanya mampu memberikan ilmu untuk sekedar formalitas saja, menggugurkan
kewajiban sebagai dosen untuk mendidik, mereka para manusia kwalitas 3 adalah
manusia-manusia yang pernah menyandang predikat “kaum intelektual” semasa
sekolah atau kuliah dulu, namun sekarang predikat pengangguran abadi tengah
mereka sandang, dan ini terus berlanjut berkepanjangan sampai akhirnya masa
produktif mereka habis, lalu tua dan tidak dibutuhkan lagi.
Lalu bagaimanakah manusia
kwalitas super? Manusia kwalitas super adalah manusia yang selalu berpikir jauh
kedepan untuk kemajuan hidupnya, dan senantiasa menyiapkan diri untuk meraih
apa yang dia cita-citakan, meng up grade dirinya aga lebih berpotensi,
memperluas wawasan dan pergaulannya, juga selalu berusaha untuk selalau menjadi
yang terdepan.
Contoh manusia kwalitas super
adalah kalian para pencinta ilmu pengetahuan yang rutin mengunjungi dan
membaca blog saya.
0 komentar:
Posting Komentar