Please ENJOY

Minggu, 07 April 2013

Manusia KW3


Sore hari sepulang kerja sengaja nongkrong di teras rumah, melihat hilir mudik para tetangga melakukan aktifitas rutinnya, bapak-bapak main kartu sambil mengisap rokok dan minum air kopi di pos ronda, Ibu-ibunya ngerumpi di depan warung klontongan, entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas itu aktifitas rutin yang biasa saya lihat di sore hari, sedangkan anak-anak mudanya, para remaja berkumpul di pinggiran jalan sambil main gitar, nyanyi-nyanyi gak karuan.

Kalau kita perhatikan, sama sekali gak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan, berkumpul dan bersosialisasi adalah hal yang wajar dan positif tentunya, namun kalau kita bandingkan aktifitas mereka yang hanya menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak menghasilkan apa-apa, tentunya sangat disayangkan, terlebih apabila kita bandingkan aktifitas mereka itu dengan aktifitas masyarakat di luaran sana, yang sibuk berkerja siang dan malam, sibuk belajar, sibuk berorganisasi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih bermanfaat dari hanya sekedar nongkrong dengan tetangga.

Bila dibandingkan manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, ternyata manusia juga tidak ada bedanya dengan produk-produk komersial atau barang dagangan, manusia mempunyai kwalitas, dan setiap individu yang satu berbeda dengan individu yang lain. Ada yang kwalitas super, kwalitas 1, kwalitas 2 bahkan ada yang hanya mencapai kwalitas 3.

Banyak hal yang menentukan kwalitas masing-masing individu, diantaranya: skill, potensi, wawasan, pergaulan, pendidikan, dll.

Tanpa merendahkan para tetangga di sekitar rumah, saya hanya bertanya-tanya dalam hati, apa tidak ada kegiatan lain yang lebih bermanfaat, sayang apabila waktu yang kita miliki habis percuma tanpa menghasilkan apapun, padahal waktu yang telah terbuang tidak mungkin akan kita dapatkan kembali.

Terutama untuk para remaja, masa muda adalah masa persiapan untuk masa depan yang entah bagaimana kejelasannya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti nasib mereka, para remaja yang hanya punya aktifitas sekolah saja atau kuliah saja, tanpa dibarengi dengan aktifitas lainnya. Bukankah pada saat mereka memasuki dunia kerja mereka harus berkompetisi dengan para pekerja lainnya? Tentunya hanya manusia yang berkwalitaslah yang akan menjadi pemenangnya.

Kalau suatu hari kita temukan seorang sarjana yang nganggur dan sulit sekali mendapatkan pekerjaan, mungkin mereka itu para sarjana yang semasa kuliahnya sama sekali tidak mempersiapkan diri dengan berbagai keahlian agar nantinya dapat menjadi pemenang dalam sebuah persaingan.

Mereka itu hanyalah manusia-manusia dengan kwalitas 2, tapi paling tidak mereka masih punya pendidikan formal walaupun tidak didukung oleh pendidikan non formal. Para manusia dengan kwalitas 2 haruslah mau meng-up grade dirinya agar menjadi manusia berpotensi yang naik selevel menjadi manusia kwalitas 1.

Manusia kwalitas 1 adalah manusia yang lebih mujur bila dibandingkan dengan kwalitas 2 yang satu level dibawahnya. Biasanya manusia dengan kwalitas 1 masih mempunyai aktifitas yang bermanfaat, di dunia kerja banyak sekali diisi oleh manusia-manusia kwalitas 1, mereka bekerja, mempunyai karir dan mempunyai aktifitas yang rutin, tetapi biasanya manusia kwalitas 1 hanya sekedar bekerja, type manusia seperti ini sudah cukup dengan hanya mempunyai penghasilan tetap, sesudah itu menikah dan menjalani hidup seperti kebanyakan manusia pada umumnya, di luar bekerja di rumah mengurus keluarga, tanpa sedikitpun berusaha untuk melakukan aktifitas lain seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, atau mencari peluang sebagai pekerjaan sambilan, apalagi membuka usaha sampingan dll.

Manusia kwalitas 1 rentan sekali dengan adanya perubahan, misalnya perusahaan tempatnya bekerja mengalami kebangkrutan atau terjadi PHK, biasanya manusia kwalitas 1 agak sulit untuk bangkit, itu karena semasa kerja dulu dia hanya terkonsentrasikan dengan satu pekerjaan tanpa adanya usaha untuk memperluar pergaulan ataupun wawasan, sehingga pada saatnya dia sudah tidak bekerja lagi, agak sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan baru.

Saya jadi teringat dengan anak boss sebuah perusahaan tempat saya bekerja dulu, dia mempunyai pendidikan yang lumayan tetapi masih setara dengan pendidikan masyarakat pada umumnya, di perusahaan dia mempunyai kedudukan yang tinggi, karena orang tuanya seorang boss pemilik perusahaan tempatnya bekerja, namun dari aktifitas kesehariannya saya bisa menilai kalau dia adalah manusia dengan kwalitas 1, kemampuannya masih dikatagorikan biasa-biasa saja, bahkan banyak staff-staff bawahannya yang jauh lebih berkopenten. Suatu saat terjadilah pailit pada perusahaannya, hingga semua karyawan mengalami PHK masal, begitu juga dengan dirinya, dia sudah tidak lagi bekerja di perusahaan bapaknya, apa yang terjadi? Dia benar-benar menjadi seorang pengangguran yang tidak bisa apa-apa, untuk bekerja di perusahaan lain dia merasa malu karena dulu dia menpunyai kedudukan yang tinggi, sedangkan untuk mendapatkan pekerjaan  dengan kedudukan yang tinggi seperti di perusahaan bapaknya dulu, itu tidak mungkin karena sebenarnya potensi yang dia miliki belum memadai. Manusia dengan kwalitas 1 biasanya terlihat seperti manusia yang super, namun kenyataannya tidak karena manusia jenis ini belum tentu mampu bertahan di dalam situasi yang sulit.

Sebenarnya, manusia kwalitas 1 adalah manusia yang berkwalitas, namun sungguh disayangkan kwalitas yang mereka miliki tidak pernah di-up grade agar sesuai dengan perkembangan zaman, waktu terus berubah namun kemampuan mereka tetap tidak bertambah, tetap sama seperti waktu dulu. itu pula yang menyebabkan manusia kwalitas 1 akan sulit bertahan melawan perkembangan zaman.

Lalu bila kita mencoba melihat ke level yang lebih rendah lagi, tentunya kita akan mudah sekali menemukan manusia dengan kwalitas 3 alias “Inferior Quality Human”, dan jumlahnya sangat banyak, kita dengan mudah menemukan mereka di terminal, stasiun, jalan raya bahkan di sekolah atau di kampus yang menjadi tempatnya mencetak kaum intelektual. tetapi masih bisa kita temukan manusia-manusia dengan kwalitas rendah.

Entah apa yang salah dengan pendidikan kita, atau kah kesalahan sudah dimulai sejak awal yaitu pendidikan di rumah, ataukah guru di sekolah yang tidak memahami bagaimana membimbing siswanya ke arah masa depan yang lebih pasti, atau mungkin para dosen di kampus yang hanya mampu memberikan ilmu untuk sekedar formalitas saja, menggugurkan kewajiban sebagai dosen untuk mendidik, mereka para manusia kwalitas 3 adalah manusia-manusia yang pernah menyandang predikat “kaum intelektual” semasa sekolah atau kuliah dulu, namun sekarang predikat pengangguran abadi tengah mereka sandang, dan ini terus berlanjut berkepanjangan sampai akhirnya masa produktif mereka habis, lalu tua dan tidak dibutuhkan lagi.

Lalu bagaimanakah manusia kwalitas super? Manusia kwalitas super adalah manusia yang selalu berpikir jauh kedepan untuk kemajuan hidupnya, dan senantiasa menyiapkan diri untuk meraih apa yang dia cita-citakan, meng up grade dirinya aga lebih berpotensi, memperluas wawasan dan pergaulannya, juga selalu berusaha untuk selalau menjadi yang terdepan. 

Contoh manusia kwalitas super adalah kalian para pencinta ilmu pengetahuan yang rutin mengunjungi dan membaca blog saya.

0 komentar:

Posting Komentar