Thanks to "Rere" yang telah mengabadikan moment indah dalam bentuk foto di L.A |
Pernahkah
kita sengaja meluangkan waktu untuk sejenak melihat kehidupan malam, keluar
rumah lalu mencoba melihat satu persatu aktifitas para urban yang masih
berusaha mencari nafkah saat orang lain sedang terlelap tidur, atau tanpa sengaja
kita melewati jalanan di tengah kota saat kita pulang ke rumah dari berbagai
macam aktifitas, lalu menyimak satu persatu aktifitas manusia lain dibalik
jendela kaca mobil kita, melihat apa yang mereka lakukan ditengah dinginnya
hembusan angin malam, disana kita bisa merasakan betapa ironisnya hidup.
Hujan baru
saja reda, jalanan berlapis aspal masih terlihat basah dan mengkilap, dibalik
kaca di dalam mobil, saya mencoba menengadahkan pandangan keatas, melihat
sekawanan laron terbang mengelilingi lampu penerangan jalan, sedangkan di
bawahnya terlelap tidur, seorang anak usia 12 tahun-an, saat itu jam menunjukan
pukul 11 malam, pemandangan seperti ini sebenarnya sudah biasa kita lihat,
rasanya bukan hal yang aneh bila kita sering kali melihat anak-anak yang
menggelandang, tertidur pulas diatas trotoar, diantara lalu lalang pejalan
kaki, diantara bisingnya klakson kendaraan, dan pekatnya asap yang keluar dari
knalpot, tapi mereka tetap dengan tenangnya tertidur lelap, seolah tidak peduli
dengan keadaan sekitarnya, disisi lain banyak sekali pengusaha kaya atau
pejabat negara yang tidak bisa membeli lelapnya tidur dengan uang yang mereka
miliki, entah karena penyakit yang mereka derita, stress karena urusan
pekerjaan, terlibat kasus yang bisa menjeratnya masuk penjara, dll. Padahal
untuk mendapatkan lelapnya tidur mereka sudah melengkapi diri dengan berbagai
fasilitas yang mereka miliki, springbad, selimut tebal, aroma terapi dan kamar
tidur yang luas dan nyaman.
Di pinggiran
rel kereta, dan dibalik rimbunnya taman kota, saya juga melihat para waria
sedang menjajakan cinta gilanya, sambil menunggu pelanggan datang, mereka
bercengkrama dengan sesama waria lainnya, tertawa pecicilan, bercanda, dengan
pembawaannya yang ceria, kalau kita kaji lebih dalam lagi, terasa sangat
janggal, kehidupan mereka sangat keras, mencari nafkah dengan tidak bermodalkan
secuilpun keahlian, hanya untuk makan, mereka rela melakukan apa saja, bagi
kebanyakan orang, berkeliaran tengah malam dengan pakaian yang serba mini
sangatlah menyiksa, kita butuh mantel tebal, krim anti nyamuk, segelas kopi
untuk menahan rasa kantuk dll, tapi para waria itu bisa bertahan dengan segala
sesuatu yang serba apa adanya, bicara mengenai tegarnya melawan badai hidup,
para waria itu tidak diragukan lagi, keberanian untuk melawan para pengganggu
mereka tidak akan mundur walau harus beradu fisik, kesabaran dalam menunggu
pelanggan mereka lakukan bukan hanya satu atau dua jam tapi setiap malam,
ketabahan untuk menerima keadaan sudah mereka miliki sejak awal,... hmmm...
lalu siapakan sebetulnya yang lebih “lelaki” para waria itu atau pria tulen
kah?
Malam
semakin larut, semakin larut juga saya dalam bertafakur, dan semakin banyak
juga hal-hal yang bisa dilihat untuk disimak, salah satunya adalah seorang pemulung
yang memunguti gelas dan botol plastik bekas air mineral, dia hanya membawa
karung besar untuk mengantongi apa yang mereka pungut. Iseng saya bertanya,
mengapa harus memulung saat tengah malam? Lalu dia menjawab “kalau pagi atau
siang banyak saingan, karena banyak pemulung yang malakukan itu di pagi atau
siang hari”....owwww... saya jadi teringat sewaktu kuliah dulu, dosen pavorite
saya Bapak Zainudin pernah bilang dalam ilmu ekonomi management itu ada yang
disebut “NICE”, pasti yang latar belakang pendidikannya ekonomi tahu betul
kalau NICE adalah kesempatan tertinggal diatara banyaknya kesempatan yang ada
yang tidak dilirik oleh pelaku ekonomi lainnya. Kalau dilihat dari sudut
pandang ilmu ekonomi, apa yang dilakukan pemulung itu adalah mengambil NICE,
karena dia mengambil kesempatan untuk memunguti gelas dan botol plastik di
malam hari, saat pemulung lain tidak melakukan itu. OK juga idenya.
Ternyata
kota besar tidak pernah tidur walaupun penghuninya sudah banyak yang tidur,
geliat malam di kota Bandung juga diramaikan dengan sensasi dari para jagoan
tanggung , mereka adalah para anggota gank motor yang tengik, di halaman mall
yang sudah tutup, saya juga mendengar hentakan house musik, ada beberapa
gerombolan remaja menggelar pesta, remaja-remaja itu pastilah anak-anak muda
yang tidak punya uang untuk membeli ticket masuk ke tempat clubbing.
Malam
semakin larut, menjelang dini hari, saya lihat seorang satpam dari sebuah bank
swasta nasional duduk terkantuk-kantuk, sebuah mini market buka 24 jam
sedangkan pelayannya melamun di belakang mesin hitung resah menunggu pembeli
datang, para pendagang di pasar tradisional mulai menurunkan barang dagangannya
dari sebuah truck besar, dan petugas kebersihan jalanan sudah turun ke jalan
untuk menyapu setiap sampah yang berserakan, dan banyak lagi berbagai aktifitas
malam yang bisa kita lihat.
Manusia bukanlah
Nochturno jadi bersyukurlah kita yang menjalani siklus aktifitas dengan normal,
siang dipakai berbagai aktifitas dan malam dipakai istirahat.
setuju
BalasHapus