Please ENJOY

Senin, 31 Desember 2012

Mentafakuri Malam



Thanks to "Rere" yang telah mengabadikan moment indah dalam bentuk foto di L.A
Pernahkah kita sengaja meluangkan waktu untuk sejenak melihat kehidupan malam, keluar rumah lalu mencoba melihat satu persatu aktifitas para urban yang masih berusaha mencari nafkah saat orang lain sedang terlelap tidur, atau tanpa sengaja kita melewati jalanan di tengah kota saat kita pulang ke rumah dari berbagai macam aktifitas, lalu menyimak satu persatu aktifitas manusia lain dibalik jendela kaca mobil kita, melihat apa yang mereka lakukan ditengah dinginnya hembusan angin malam, disana kita bisa merasakan betapa ironisnya hidup.


Hujan baru saja reda, jalanan berlapis aspal masih terlihat basah dan mengkilap, dibalik kaca di dalam mobil, saya mencoba menengadahkan pandangan keatas, melihat sekawanan laron terbang mengelilingi lampu penerangan jalan, sedangkan di bawahnya terlelap tidur, seorang anak usia 12 tahun-an, saat itu jam menunjukan pukul 11 malam, pemandangan seperti ini sebenarnya sudah biasa kita lihat, rasanya bukan hal yang aneh bila kita sering kali melihat anak-anak yang menggelandang, tertidur pulas diatas trotoar, diantara lalu lalang pejalan kaki, diantara bisingnya klakson kendaraan, dan pekatnya asap yang keluar dari knalpot, tapi mereka tetap dengan tenangnya tertidur lelap, seolah tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, disisi lain banyak sekali pengusaha kaya atau pejabat negara yang tidak bisa membeli lelapnya tidur dengan uang yang mereka miliki, entah karena penyakit yang mereka derita, stress karena urusan pekerjaan, terlibat kasus yang bisa menjeratnya masuk penjara, dll. Padahal untuk mendapatkan lelapnya tidur mereka sudah melengkapi diri dengan berbagai fasilitas yang mereka miliki, springbad, selimut tebal, aroma terapi dan kamar tidur yang luas dan nyaman.

Di pinggiran rel kereta, dan dibalik rimbunnya taman kota, saya juga melihat para waria sedang menjajakan cinta gilanya, sambil menunggu pelanggan datang, mereka bercengkrama dengan sesama waria lainnya, tertawa pecicilan, bercanda, dengan pembawaannya yang ceria, kalau kita kaji lebih dalam lagi, terasa sangat janggal, kehidupan mereka sangat keras, mencari nafkah dengan tidak bermodalkan secuilpun keahlian, hanya untuk makan, mereka rela melakukan apa saja, bagi kebanyakan orang, berkeliaran tengah malam dengan pakaian yang serba mini sangatlah menyiksa, kita butuh mantel tebal, krim anti nyamuk, segelas kopi untuk menahan rasa kantuk dll, tapi para waria itu bisa bertahan dengan segala sesuatu yang serba apa adanya, bicara mengenai tegarnya melawan badai hidup, para waria itu tidak diragukan lagi, keberanian untuk melawan para pengganggu mereka tidak akan mundur walau harus beradu fisik, kesabaran dalam menunggu pelanggan mereka lakukan bukan hanya satu atau dua jam tapi setiap malam, ketabahan untuk menerima keadaan sudah mereka miliki sejak awal,... hmmm... lalu siapakan sebetulnya yang lebih “lelaki” para waria itu atau pria tulen kah? 

Malam semakin larut, semakin larut juga saya dalam bertafakur, dan semakin banyak juga hal-hal yang bisa dilihat untuk disimak, salah satunya adalah seorang pemulung yang memunguti gelas dan botol plastik bekas air mineral, dia hanya membawa karung besar untuk mengantongi apa yang mereka pungut. Iseng saya bertanya, mengapa harus memulung saat tengah malam? Lalu dia menjawab “kalau pagi atau siang banyak saingan, karena banyak pemulung yang malakukan itu di pagi atau siang hari”....owwww... saya jadi teringat sewaktu kuliah dulu, dosen pavorite saya Bapak Zainudin pernah bilang dalam ilmu ekonomi management itu ada yang disebut “NICE”, pasti yang latar belakang pendidikannya ekonomi tahu betul kalau NICE adalah kesempatan tertinggal diatara banyaknya kesempatan yang ada yang tidak dilirik oleh pelaku ekonomi lainnya. Kalau dilihat dari sudut pandang ilmu ekonomi, apa yang dilakukan pemulung itu adalah mengambil NICE, karena dia mengambil kesempatan untuk memunguti gelas dan botol plastik di malam hari, saat pemulung lain tidak melakukan itu. OK juga idenya.

Ternyata kota besar tidak pernah tidur walaupun penghuninya sudah banyak yang tidur, geliat malam di kota Bandung juga diramaikan dengan sensasi dari para jagoan tanggung , mereka adalah para anggota gank motor yang tengik, di halaman mall yang sudah tutup, saya juga mendengar hentakan house musik, ada beberapa gerombolan remaja menggelar pesta, remaja-remaja itu pastilah anak-anak muda yang tidak punya uang untuk membeli ticket masuk ke tempat clubbing.

Malam semakin larut, menjelang dini hari, saya lihat seorang satpam dari sebuah bank swasta nasional duduk terkantuk-kantuk, sebuah mini market buka 24 jam sedangkan pelayannya melamun di belakang mesin hitung resah menunggu pembeli datang, para pendagang di pasar tradisional mulai menurunkan barang dagangannya dari sebuah truck besar, dan petugas kebersihan jalanan sudah turun ke jalan untuk menyapu setiap sampah yang berserakan, dan banyak lagi berbagai aktifitas malam yang bisa kita lihat.

Manusia bukanlah Nochturno jadi bersyukurlah kita yang menjalani siklus aktifitas dengan normal, siang dipakai berbagai aktifitas dan malam dipakai istirahat.

1 komentar: