Setiap hari Sabtu – Minggu atau
hari libur nasional, bisanya aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah
orang tuaku, Ibuku yang sudah tua dan tinggal sendiri mencari kesibukan dengan
membuka warung kecil-kecilan dirumah, berbagai keperluan sehari-hari dijual di
warung kecil yang ukurannya ± 3.5 m x 4 m, sebetulnya ibuku gak harus buka warung untuk
mencari nafkah, karena seluruh kebutuhan ibu sudah dipenuhi oleh kami
anak-anaknya, tapi ibuku tetep ingin berdagang dengan membuka warung di rumah
karena ingin mencari kesibukan dan merasa kasian dengan para pelanggan kalau
warung harus ditutup untuk selamanya, lagi pula ibuku punya prinsip bahwa
selama dia sehat dan masih kuat untuk bekerja dia ingin terus bekerja dan tidak
ingin menggantungkan hidupnya kepada anak-anak dan cucu-cucunya…Woo0ooW…
Saat aku nginap di rumah ibuku,
tugas utamaku membuka warung setiap pukul 6:30 pagi dan menutupnya setiap pukul
21:30 malam, terkadang aku juga membantu melayani para pembeli dengan berbagai keperluan,
usia, profesi dan keunikan karakter mereka. Dari warung kecil itulah muncul
berbagai kisah lengkap dengan cerita suka, duka, lucu, mengharukan dan cerita
yang bikin kesal keluarga besarku tentunya.
Modal dan Rentenir Maksa
Siang hari saat kami melayani
para pembeli sering kali kami didatangi para rentenir yang dengan dalih
“menolong” memaksa meminjamkan uang untuk modal memperbesar warung, dia datang
atas nama Bank Keliling, Koperasi, Dana Pinjaman Lunak dan ada juga yang datang
menawari pinjaman atas nama Pribadi, tapi bagi kami rentenir yah tetep saja
rentenir, sebetulnya mereka itu datang bukan untuk “menolong” tetapi justru
untuk “menjerat” kita dengan bunganya yang sangat tinggi dan majemuk (bunga
yang berbunga) yang justru bisa membuat warung atau pedagang kecil seperti
ibuku mengalami kebangkrutan, karena kewajiban membayar kepada rentenir
prosentasenya lebih besar dari keuntungan warung yang menjual barang secara
eceran, lagi pula ibuku sudah tua jadi kami anak-anaknya melarang ibu untuk
mempunyai hutang dalam bentuk apapun juga kepada orang lain, kalau ibu
membutuhkan modal extra untuk memperbesar warungnya, dia tinggal minta saja
tambahan modal kepada kami anak-anaknya, tidak perlu meminjam kepada para
rentenir dengan bunganya yang tinggi, karena selain akan membangkrutkan warung
kami, meminjam uang kepada rentenir juga haram hukumnya. Kami sekeluarga sudah
berkomitmen untuk Say No to Rentenir.
Bisa dimaklumi karena Ibuku
tinggal di gang kecil dan padat penduduknya, hingga banyak sekali para
pelanggan yang merupakan tetangga dekat rumah, saking dekatnya mereka datang ke
warung bukan hanya untuk membeli secara kontan tapi ada juga beberapa
diantaranya (hanya beberapa orang saja) yang membeli dagangan dengan cara
ngutang, nah tetangga yang suka ngutang inilah yang terkadang bikin kami
sekeluarga kesal, banyak diantara mereka yang janji mau bayar seminggu sekali
tetapi kenyataannya bayar sebulan sekali sedangkan mereka ngambil barang tiap
hari sesuai dengan keperluanya, pelanggan seperti ini tentu saja sangat
merugikan kami, molornya mereka membayar hutang membuat dagangan di warung kami
menjadi berkurang karena modalnya tidak berputar, dan yang bikin kami kesal ada
satu tetangga yang ngutang dan gak mau bayar, hingga kami memutuskan untuk
merelakan saja hutangnya atau melunaskan hutangnya tanpa dia harus bayar
(istilah kerennya pemutihan) karena percuma saja kami tagihpun dia hanya janji
“…besok lusa … besok lusa…” tapi kenyataanya tetep saja dia gak mau bayar, kami
melunaskan hutangnya dengan harapan dia “malu dan gak mau ngutang lagi” ke
warung kecil kami, tapi kenyataannya beberapa bulan setelah hutangnya kami
lunaskan dia datang lagi dengan tujuan yang sama untuk ngutang …hugh…hugh…hugh…
gak tau malu dia itu sungguh “Dableg”.
Lotek atau Gado-gado juga dijual
di warung Ibuku, pelanggannya bukan hanya para tetangga di sekitar rumahku,
tapi ada juga orang-orang yang sengaja datang dari lain daerah, malahan ada
beberapa rekan kerjaku para staff dari
perusahaan Freight Forwarder, Shipping Lines dan Asuransi Pengangkutan yang
sudah menjadi langganan Lotek buatan Ibuku (tentu saja aku yang mempromosikannya
ke mereka).
Siang hari adalah saat Ibuku
sibuk melayani para pembeli lotek, mereka biasanya membeli lebih dari satu
bungkus, dengan jenis lotek yang berbeda-beda, “Lotek Mateng” menggunakan
sayuran yang sudah direbus, “Lotek mentah” menggunakan sayuran segar dan mentah
(tidak direbus), setelah lotek selesai dibuat Ibuku menyerahkan empat bungkus
lotek sambil berkata “Lotek mateng distapler lotek mentah diiket pake karet,
yang pedas bagian atas bungkusnya dirobek dikit” hehehe…….
Gang kecil dengan penduduk yang
padat tempat Ibuku tinggal dan membuka warung adalah jalan yang biasa dilalui
orang-orang untuk memulai aktifitasnya, seperti pulang-pergi ke kantor, ke
sekolah, ke kampus dll, hingga yang melewati jalan itu bukan hanya penduduk
setempat tapi orang lain yang tidak kami kenal.
Setiap pagi saat Pisang goreng,
Tempe goreng, Bala-bala (bakwan) baru selesai dibuat dan masih hangat, aku
sering melihat seorang pemulung lewat dan mengambil Pisang goreng, Tempe
goreng, atau Bala-bala lalu pergi begitu saja tanpa membayar, dan itu sering
kali aku saksikan setiap pagi, lama kelamaan aku merasa bahwa aku tidak bisa
membiarkan ini semua terus menerus terjadi, meskipun makanan yang diambil itu
harganya sangat murah, dan pemulung itu mungkin sangat miskin, tapi tidak
seharusnya dia mengambil dagangan orang seenak perut dia, aku harus segera
ambil tindakan keras.
Keesokan paginya, seperti biasa
pemulung itu lewat dan benar saja dia mencomot lagi jajan yang ada di warung,
lalu pergi begitu saja, kali ini emosiku gak tertahan, aku kejar dia, lalu
“bukkk” sambil melompat aku tendang punggungnya dari belakang, gayaku saat
nendang mirip banget dengan gayanya Jet Li di film Once Upon Time in China atau
Bruce Lee di film Enter The Dragon, si pemulung tersungkur ke aspal, masih
kulihat mulutnya penuh dengan pisang goreng hasil curian, tapi keributan ini
gak begitu lama, karena para tetanggaku yang kebetuan nongkrong disana segera
melerai, dan ngasih tau kalau pemulung itu Stress atau sedikit gila, hingga
sedikit meredakan emosiku.
Untuk selanjutnya si pemulung
gila sudah jarang lagi lewat depan rumah dan kalaupun dia lewat, dia sudah
tidak berani lagi mencuri jajanan yang ada di warung….. hehehe… aku baru tau,
ternyata orang gila punya rasa kapok juga yah!
Sudah menjadi kebiasaan
masyarakat Jawa Barat khususnya Bandung apabila hendak membeli rokok biasanya
mereka tidak menyebutkan kata “rokok” tapi cukup hanya dengan menyebutkan
merknya saja yang disingkat-singkat, misalnya Garfit untuk rokok Gudang Garam
Filter, Sam Soe untuk rokok Djie Sam Soe, Jarcok untuk Rokok Djarum Coklat dll…
dll.. dll….
Malam itu malam minggu tepat
pukul 19:00, warung agak sepi dari pembeli, tiba-tiba muncul cowok ganteng,
tinggi dan tegap, dengan pakaian yang modis, kemeja warna bitu langit dibalut jaket
kulit warna hitam, celana jean belel, dan tampang mirip model & aktor
berbakat REZA RAHADIAN, lalu dia bilang Sam Soe, langsung kuberikan sebungkus
rokok merk Djie Sam Soe, dia bilang nanti dibayarnya oleh teman dia yang disana
sambil nunjuk kearah selatan, saat aku mau nanya siapa nama temannya itu, dia
langsung cabut begitu saja, setengah berlalri dia pergi, aku agak bingung dan terpaku, lalu tersadar beberapa menit kemudian, saat aku kejar cowok ganteng
itu sudah menghilang entah kemana… hmmm… ini penipuan modus baru rupanya, aku
ingat betul kalau tuh cowok bukan penduduk asli daerah ini dan dia juga bukan
mahasiswa atau karyawan yang ngekos di daerah ini, tertipu aku ole si REZA
RAHADIAN gadungan, benar juga pepatah yang mengatakan “don’t judge the film
from its poster” …ouppsstttt… maksudnya “don’t judge the book from its cover”…
tuh cowok ganteng-ganteng mirip bintang film ternyata tukang tipeng juga.
Dua bulan telah berlalu, aku
sudah melupakan peristiwa itu, malam kembali datang dan warung kembali agak
sepi, tiba-tiba cowok ganteng yang mukanya mirip REZA RAHADIAN muncul lagi,
dengan modus yang sama dia minta lagi “Sam Soe”, lalu kuberikan sebungkus rokok
merk Djie Sam Soe, dan modus lama terulang lagi, si cowok bilang nanti dibayar
oleh temannya yang disana, lalu setengah berlari dia pergi begitu saja, tapi
kali ini aku gak akan tertipu, saat itu juga aku keluar dari warung, kukejar,
lalu…heuppps kena dia, rambutnya aku jambak dari belakang, dan “jelebettthgg….”
Mukanya langsung aku kasih bogem mentah, si cowok terpekik kaget dan “plukkk…”
tiga buah giginya jatuh ke aspal, mulutnya berdarah, aku rebut lagi sebungkus
rokok merk Dji Sam Soe yang dia pegang, kubilang “sekali lagi berani nipu gw,
loe gw habisin” sambil pergi meninggalkan dia dengan mulut penuh darah dan tiga
buah giginya di aspal.
Setiap hari selalu saja ada
beberapa pengemis dan pengamen yang mampir ke warung, mereka minta keridoan
kita, tidak banyak yang biasa kita berikan hanya recehan yang nilainya tidak
seberapa, tapi tiap hari pastilah selalu saja ada 3 – 4 pengemis dan 6 – 9
pengamen mampir ke warung, aneh padahal di kaca etalase ditempel secarik kertas
dengan tulisan “NGAMEN GRATIS” tapi para pengamen yang lewat tetap saja mampir
dengan pura-pura tidak melihat tulisan itu, saat warung ramai dengan antrian
pembeli dan pengamen datang dengan suaranya yang sumbang terkadang membuat
sedikit penat dan stress, tapi biasanya kami membiarkan pengamen itu agar bisa
memprioritasnya pembeli yang sebelumnya sudah menunggu minta dilayani, yang
bikin jengkel dari pengamen itu, terus saja dia bernyanyi dengan suaranya yang
sumbang terkadang suaranya adu kenceng dengan adzan yang berkumandang di
mesjid, dan dia tidak pernah mau beranjak pergi meski lagunya telah habis dia
nyanyikan, dia terus saja diam di depan warung dan hanya mau pergi setelah kami
berikan beberapa recehan….. memang tangguh tuh pengamen nyari duitnya.
Saat ini warungku sudah beberapa
kali kehilangan telur asin, mungkin lebih dari 5 x, aku curiga kali ini si
penguntil pastilah orang terdekat yang tinggal sekitar rumahku, aku gak
peduli apakah si penguntil itu laki-laki atau perempuan, anak kecil atau orang
dewasa, kalau saja tertangkap pastilah nasibnya akan seperti si Pemulung Gila
atau si Cowok ganteng yang mirip REZA RAHADIAN, dan pastinya cerita dari
tulisan ini akan akan bertambah seru….!
0 komentar:
Posting Komentar