Please ENJOY

Sabtu, 09 Juni 2012

Warung Kecil dan Berbagai Cerita


Setiap hari Sabtu – Minggu atau hari libur nasional, bisanya aku menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah orang tuaku, Ibuku yang sudah tua dan tinggal sendiri mencari kesibukan dengan membuka warung kecil-kecilan dirumah, berbagai keperluan sehari-hari dijual di warung kecil yang ukurannya ± 3.5 m x 4 m,  sebetulnya ibuku gak harus buka warung untuk mencari nafkah, karena seluruh kebutuhan ibu sudah dipenuhi oleh kami anak-anaknya, tapi ibuku tetep ingin berdagang dengan membuka warung di rumah karena ingin mencari kesibukan dan merasa kasian dengan para pelanggan kalau warung harus ditutup untuk selamanya, lagi pula ibuku punya prinsip bahwa selama dia sehat dan masih kuat untuk bekerja dia ingin terus bekerja dan tidak ingin menggantungkan hidupnya kepada anak-anak dan cucu-cucunya…Woo0ooW…

Saat aku nginap di rumah ibuku, tugas utamaku membuka warung setiap pukul 6:30 pagi dan menutupnya setiap pukul 21:30 malam, terkadang aku juga membantu melayani para pembeli dengan berbagai keperluan, usia, profesi dan keunikan karakter mereka. Dari warung kecil itulah muncul berbagai kisah lengkap dengan cerita suka, duka, lucu, mengharukan dan cerita yang bikin kesal keluarga besarku tentunya.


Modal dan Rentenir Maksa

Siang hari saat kami melayani para pembeli sering kali kami didatangi para rentenir yang dengan dalih “menolong” memaksa meminjamkan uang untuk modal memperbesar warung, dia datang atas nama Bank Keliling, Koperasi, Dana Pinjaman Lunak dan ada juga yang datang menawari pinjaman atas nama Pribadi, tapi bagi kami rentenir yah tetep saja rentenir, sebetulnya mereka itu datang bukan untuk “menolong” tetapi justru untuk “menjerat” kita dengan bunganya yang sangat tinggi dan majemuk (bunga yang berbunga) yang justru bisa membuat warung atau pedagang kecil seperti ibuku mengalami kebangkrutan, karena kewajiban membayar kepada rentenir prosentasenya lebih besar dari keuntungan warung yang menjual barang secara eceran, lagi pula ibuku sudah tua jadi kami anak-anaknya melarang ibu untuk mempunyai hutang dalam bentuk apapun juga kepada orang lain, kalau ibu membutuhkan modal extra untuk memperbesar warungnya, dia tinggal minta saja tambahan modal kepada kami anak-anaknya, tidak perlu meminjam kepada para rentenir dengan bunganya yang tinggi, karena selain akan membangkrutkan warung kami, meminjam uang kepada rentenir juga haram hukumnya. Kami sekeluarga sudah berkomitmen untuk Say No to Rentenir.

 Ngutang dan Tetangga Dableg

Bisa dimaklumi karena Ibuku tinggal di gang kecil dan padat penduduknya, hingga banyak sekali para pelanggan yang merupakan tetangga dekat rumah, saking dekatnya mereka datang ke warung bukan hanya untuk membeli secara kontan tapi ada juga beberapa diantaranya (hanya beberapa orang saja) yang membeli dagangan dengan cara ngutang, nah tetangga yang suka ngutang inilah yang terkadang bikin kami sekeluarga kesal, banyak diantara mereka yang janji mau bayar seminggu sekali tetapi kenyataannya bayar sebulan sekali sedangkan mereka ngambil barang tiap hari sesuai dengan keperluanya, pelanggan seperti ini tentu saja sangat merugikan kami, molornya mereka membayar hutang membuat dagangan di warung kami menjadi berkurang karena modalnya tidak berputar, dan yang bikin kami kesal ada satu tetangga yang ngutang dan gak mau bayar, hingga kami memutuskan untuk merelakan saja hutangnya atau melunaskan hutangnya tanpa dia harus bayar (istilah kerennya pemutihan) karena percuma saja kami tagihpun dia hanya janji “…besok lusa … besok lusa…” tapi kenyataanya tetep saja dia gak mau bayar, kami melunaskan hutangnya dengan harapan dia “malu dan gak mau ngutang lagi” ke warung kecil kami, tapi kenyataannya beberapa bulan setelah hutangnya kami lunaskan dia datang lagi dengan tujuan yang sama untuk ngutang …hugh…hugh…hugh… gak tau malu dia itu sungguh “Dableg”.

Lotek/Gado-gado dan Langganan Tetap

Lotek atau Gado-gado juga dijual di warung Ibuku, pelanggannya bukan hanya para tetangga di sekitar rumahku, tapi ada juga orang-orang yang sengaja datang dari lain daerah, malahan ada beberapa rekan kerjaku  para staff dari perusahaan Freight Forwarder, Shipping Lines dan Asuransi Pengangkutan yang sudah menjadi langganan Lotek buatan Ibuku (tentu saja aku yang mempromosikannya ke mereka).
Siang hari adalah saat Ibuku sibuk melayani para pembeli lotek, mereka biasanya membeli lebih dari satu bungkus, dengan jenis lotek yang berbeda-beda, “Lotek Mateng” menggunakan sayuran yang sudah direbus, “Lotek mentah” menggunakan sayuran segar dan mentah (tidak direbus), setelah lotek selesai dibuat Ibuku menyerahkan empat bungkus lotek sambil berkata “Lotek mateng distapler lotek mentah diiket pake karet, yang pedas bagian atas bungkusnya dirobek dikit” hehehe…….

Pisang goreng, Tempe goreng, Bala-bala dan Pemulung Gila

Gang kecil dengan penduduk yang padat tempat Ibuku tinggal dan membuka warung adalah jalan yang biasa dilalui orang-orang untuk memulai aktifitasnya, seperti pulang-pergi ke kantor, ke sekolah, ke kampus dll, hingga yang melewati jalan itu bukan hanya penduduk setempat tapi orang lain yang tidak kami kenal.

Setiap pagi saat Pisang goreng, Tempe goreng, Bala-bala (bakwan) baru selesai dibuat dan masih hangat, aku sering melihat seorang pemulung lewat dan mengambil Pisang goreng, Tempe goreng, atau Bala-bala lalu pergi begitu saja tanpa membayar, dan itu sering kali aku saksikan setiap pagi, lama kelamaan aku merasa bahwa aku tidak bisa membiarkan ini semua terus menerus terjadi, meskipun makanan yang diambil itu harganya sangat murah, dan pemulung itu mungkin sangat miskin, tapi tidak seharusnya dia mengambil dagangan orang seenak perut dia, aku harus segera ambil tindakan keras.

Keesokan paginya, seperti biasa pemulung itu lewat dan benar saja dia mencomot lagi jajan yang ada di warung, lalu pergi begitu saja, kali ini emosiku gak tertahan, aku kejar dia, lalu “bukkk” sambil melompat aku tendang punggungnya dari belakang, gayaku saat nendang mirip banget dengan gayanya Jet Li di film Once Upon Time in China atau Bruce Lee di film Enter The Dragon, si pemulung tersungkur ke aspal, masih kulihat mulutnya penuh dengan pisang goreng hasil curian, tapi keributan ini gak begitu lama, karena para tetanggaku yang kebetuan nongkrong disana segera melerai, dan ngasih tau kalau pemulung itu Stress atau sedikit gila, hingga sedikit meredakan emosiku.

Untuk selanjutnya si pemulung gila sudah jarang lagi lewat depan rumah dan kalaupun dia lewat, dia sudah tidak berani lagi mencuri jajanan yang ada di warung….. hehehe… aku baru tau, ternyata orang gila punya rasa kapok juga yah!

Sam Soe dan Cowok Ganteng 

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Jawa Barat khususnya Bandung apabila hendak membeli rokok biasanya mereka tidak menyebutkan kata “rokok” tapi cukup hanya dengan menyebutkan merknya saja yang disingkat-singkat, misalnya Garfit untuk rokok Gudang Garam Filter, Sam Soe untuk rokok Djie Sam Soe, Jarcok untuk Rokok Djarum Coklat dll… dll.. dll….

Malam itu malam minggu tepat pukul 19:00, warung agak sepi dari pembeli, tiba-tiba muncul cowok ganteng, tinggi dan tegap, dengan pakaian yang modis, kemeja warna bitu langit dibalut jaket kulit warna hitam, celana jean belel, dan tampang mirip model & aktor berbakat REZA RAHADIAN, lalu dia bilang Sam Soe, langsung kuberikan sebungkus rokok merk Djie Sam Soe, dia bilang nanti dibayarnya oleh teman dia yang disana sambil nunjuk kearah selatan, saat aku mau nanya siapa nama temannya itu, dia langsung cabut begitu saja, setengah berlalri dia pergi, aku agak bingung dan terpaku, lalu tersadar beberapa menit kemudian, saat aku kejar cowok ganteng itu sudah menghilang entah kemana… hmmm… ini penipuan modus baru rupanya, aku ingat betul kalau tuh cowok bukan penduduk asli daerah ini dan dia juga bukan mahasiswa atau karyawan yang ngekos di daerah ini, tertipu aku ole si REZA RAHADIAN gadungan, benar juga pepatah yang mengatakan “don’t judge the film from its poster” …ouppsstttt… maksudnya “don’t judge the book from its cover”… tuh cowok ganteng-ganteng mirip bintang film ternyata tukang tipeng juga.

Dua bulan telah berlalu, aku sudah melupakan peristiwa itu, malam kembali datang dan warung kembali agak sepi, tiba-tiba cowok ganteng yang mukanya mirip REZA RAHADIAN muncul lagi, dengan modus yang sama dia minta lagi “Sam Soe”, lalu kuberikan sebungkus rokok merk Djie Sam Soe, dan modus lama terulang lagi, si cowok bilang nanti dibayar oleh temannya yang disana, lalu setengah berlari dia pergi begitu saja, tapi kali ini aku gak akan tertipu, saat itu juga aku keluar dari warung, kukejar, lalu…heuppps kena dia, rambutnya aku jambak dari belakang, dan “jelebettthgg….” Mukanya langsung aku kasih bogem mentah, si cowok terpekik kaget dan “plukkk…” tiga buah giginya jatuh ke aspal, mulutnya berdarah, aku rebut lagi sebungkus rokok merk Dji Sam Soe yang dia pegang, kubilang “sekali lagi berani nipu gw, loe gw habisin” sambil pergi meninggalkan dia dengan mulut penuh darah dan tiga buah giginya di aspal.


Antrian Pembeli dan Pengamen Tangguh

Setiap hari selalu saja ada beberapa pengemis dan pengamen yang mampir ke warung, mereka minta keridoan kita, tidak banyak yang biasa kita berikan hanya recehan yang nilainya tidak seberapa, tapi tiap hari pastilah selalu saja ada 3 – 4 pengemis dan 6 – 9 pengamen mampir ke warung, aneh padahal di kaca etalase ditempel secarik kertas dengan tulisan “NGAMEN GRATIS” tapi para pengamen yang lewat tetap saja mampir dengan pura-pura tidak melihat tulisan itu, saat warung ramai dengan antrian pembeli dan pengamen datang dengan suaranya yang sumbang terkadang membuat sedikit penat dan stress, tapi biasanya kami membiarkan pengamen itu agar bisa memprioritasnya pembeli yang sebelumnya sudah menunggu minta dilayani, yang bikin jengkel dari pengamen itu, terus saja dia bernyanyi dengan suaranya yang sumbang terkadang suaranya adu kenceng dengan adzan yang berkumandang di mesjid, dan dia tidak pernah mau beranjak pergi meski lagunya telah habis dia nyanyikan, dia terus saja diam di depan warung dan hanya mau pergi setelah kami berikan beberapa recehan….. memang tangguh tuh pengamen nyari duitnya.

Saat ini warungku sudah beberapa kali kehilangan telur asin, mungkin lebih dari 5 x, aku curiga kali ini si penguntil pastilah orang terdekat yang tinggal sekitar rumahku, aku gak peduli apakah si penguntil itu laki-laki atau perempuan, anak kecil atau orang dewasa, kalau saja tertangkap pastilah nasibnya akan seperti si Pemulung Gila atau si Cowok ganteng yang mirip REZA RAHADIAN, dan pastinya cerita dari tulisan ini akan akan bertambah seru….!

0 komentar:

Posting Komentar