Domba-domba itu masih saja
berkumpul tenang tak menyadari bahwa satu persatu anggota dari kelompok mereka
berkurang tiap harinya, tak menyadari bahwa diantara ratusan pasang mata domba
yang polos dan lugu, ada satu pasang mata yang tajam mengancam siapa saja yang
lengah, lemah dan lelah, sepasang mata dari serigala yang mengenakan mantel
yang sama dengan mereka.
Home » Archives for Mei 2012
Minggu, 27 Mei 2012
Selasa, 15 Mei 2012
Suara menderit yang muncul karena
gesekan dua benda keras sungguh membuat ngilu, beradunya pisau stainless
campuran besi baja dengan gerinda sebagai pengasahnya terasa kurang nyaman
dikuping, namun pak tua dengan asyik menyelesaikan tugasnya.
Detik demi detik seolah enggan aku lewatkan hanya untuk memperhatikan si pak tua, tapi sedikitpun si pak tua
tak menghiraukan dan terus saja perhatiannya hanya terfokus pada satu sisi dari
pisau yang diasahnya, “pasti bisa tajam” katanya.
Usia yang hampir mencapai delapan
puluhan, bukanlah halangan baginya untuk terus berupaya menghidupi diri dengan
profesi yang telah dia geluti hampir 40 tahun, “renta bukanlah halangan bagi
bapak untuk keluar rumah mencari penghidupan” begitu jawabnya ketika aku menanyakan
sejak kapan dia bekerja seperti ini. “bapak asli garut, tapi sudah mulai
tinggal di bandung di tahun enam puluhan” lanjutnya lagi.
Selasa, 08 Mei 2012
Hari ini ada pelajaran berharga buatku, entah itu cambuk
atau teguran, yang jelas ada nilai-nilai sakral yang bisa aku petik untuk
kebaikanku di dimasa depan agar aku senantiasa berhati-hati saat menapaki
langkah selanjutnya.
Saat aku putar kembali memoriku
ke belakang, mungkin saat itulah kisahku berawal, sekitar pertengahan tahun
90an, sudah lama memang lebih dari sepuluh tahun, tapi ingatan itu masih jelas
tergambar, saat dimana aku terima telfon dari salah seorang komisaris di
perusahaan tempatku bekerja, dia telfon minta tolong sambil terisak-isak nangis
karena terbelit masalah keuangan, perusahaannya baik-baik saja, tapi masalah
keuangan yang menimpanya adalah masalah keuangan pribadi yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan keuangan perusahaan, aku juga agak heran mengapa dia
sampai terbelit hutang ke sejumlah rentenir, bukankah sebagai komisaris dia
juga punya penghasilan tetap dan suaminya juga mempunyai kedudukan yang tinggi?
Aku memang type orang yang mudah terenyuh menghadapi perempuan yang minta
tolong sambil terisak nangis, tanpa pikir panjang lagi langsung aku pinjamkan
sejumlah uang yang menurut ukuranku sangatlah besar, untuk menutupi sebagian
hutang-hutangnya ke sejumlah rentenir. “oh
Bu Hadjah malang sekali nasibmu, gak berani terus terang kepada suamimu yang
berpendidikan S3 dan berkedudukan tinggi itu akan semua masalah keuangan yang
membelitmu”, tapi nasibku juga malang karena sampai saat ini uang yang aku
pinjamkan tidak juga kau kembalikan, padahal segala daya upaya telah aku
lakukan.
Langganan:
Postingan (Atom)