Please ENJOY

Kamis, 02 Desember 2010

Terdampar di Geylang THE RED DISTRICT of SINGAPORE

Geylang adalah sebuah nama jalan di Singapore, tempat dimana menjadi pusat komunitas Etnis Melayu Singapore sejak orang Melayu dan orang Laut tinggal disini setelah Otoritas Inggris membubarkan desa terapungnya di muara sungai Singapore pada pertengahan abad ke 19, beberapa distrik melayu dibentuk seperti Kampung Melayu, kemudian berubah menjadi Geylang Serai. 

Sebagian kawasan Geylang tak tersentuh proyek dan pengembangan kota hingga jauh terhindar dari proses gentrifikasi yang telah mengubah wajah Singapore sejak tahu 1970, gabungan pemandangan  rumah toko, suasana yang bising, serta kehidupan malam Geylang termasuk distrik remang-remang yang dilegalkan, pemukiman pekerja asing dan lounge karaoke menyediakan pemandangan alternatif dari unsur sisa Singapore modern, ruko sepanjang Geylang Road dilindungi dari pengembang, dan beberapa restaurant terkenal tumbuh sepanjang jalan.


Pertaman kali menginjakan kaki di Changi International Airport-Singapore, pikiran saya langsung terfokus pada  Hotel 88 International beralamat di 10/12 Lorong 10 Geylang Singapore, sebuah hotel yang cukup nyaman dengan harga yang tidak terlalu tinggi untuk ukuran saya, hotel yang sudah saya booking beberapa hari sebelumnya via internet, untuk menuju hotel dari bandara, saya hanya membutuhkan tidak lebih dari 15 menit menggunakan taksi, sesampai disana saya sedikit terkejut ternyata hotelnya lumayan besar dan sangat bersih,  terdiri dari dua induk bangunan dan setiap bangunannya mempunyai tidak kurang dari tujuh lantai, hotel yang menurut ukuran hotel di Singapore termasuk hotel standard.

Suasana di dalam hotel yang sepi dan tenang sungguh berbanding terbalik dengan suasana di luar sekitar kawasan Geylang, banyak sekali anak-anak muda nongkrong disana, mereka semua sangat modis, laki-laki dan perempuan ngobrol dengan akrabnya dan sangat ramah terhadap siapapun juga yang lewat di kawasan itu, saya sedikit kagum dengan dandanan mereka, yang menurut saya cocoklah untuk pergi ke pesta, pakaian yang serba mini dengan warna yang mencolok, dandanan yang full make up membuat saya berpikir inikah parisnya Singapore? Begitu juga ketika saya lewat mereka bergantian menyapa saya dengan ramah, dan berusaha akrab mengajak ngobrol, saya yang masih merasa asing tidak langsung menyambut ajakan mereka, berusaha untuk menjaga jarak karena memang sudah prinsip saya “don’t talk to stranger

Memasuki tempat hiburan di kawasan Geylang membuat saya semakin tercengang, disana anak-anak muda malah lebih berani lagi, suguhan tari setangah telanjang, suara yang berisik, saling cumbunya pasangan muda-mudi, bau bir dan kepulan asap rokok menjadi pemandangan yang khas dimalam hari, tak ada preman tak ada keributan mereka semua bersuka cita, gelak tawa dan tingkah polah serta keglamouran yang tak terbebani problema hidup, tersorot CCTV yang terpasang di setiap sudut.

Keesokan harinya saat saya mengunjungi rekan untuk Business Meeting, barulah saya tahu dari rekan saya itu bahwa Geylang adalah kawasan Red District yang legal di Singapore,...Oh, pantas mereka semua sangat ramah dan bersahaja, bergantian menyapa saya, rupanya mereka mau cari pelanggan bukan untuk cari teman.

0 komentar:

Posting Komentar