Sanghyang Heuleut, Syurga tersembunyi |
Secara rutin
terus-terusan me-recharge pikiran agar fresh kembali setelah sekian lama
bergelut dengan pekerjaan kantor menjadi keharusan buat saya, meskipun tidak
untuk pergi jauh dan tidak setiap weekend saya lakukan, banyak cara agar
pikiran kita terhindar dari kejenuhan, selain rutin berolah raga, cara lain
yang murah meriah dan sering saya lakukan adalah pergi menghindar dari
keramaian kota, menikmati alam pedesaan, melihat bagaimana masyarakat desa
hidup bersahaja selaras dengan lingkungannya atau naik gunung, memasuki hutan
bertadabur dengan alam.
Sudah dua minggu
kami merencanakan pergi ke tempat ini, dan akhirnya apa yang kami rencanakan
terlaksana juga, kali ini perjalanan kami pergi ke arah barat kota Bandung,
terus keluar dari kota melewati daerah Cimahi yang mulai ramai dan maju, hingga
sampai di Padalarang, kami ambil jalur kiri, jalur ke arah Puncak, melewati
Citatah, Raja Mandala, hingga sampai di daerah Cipatat, dan akhirnya kami belok
kiri memasuki area PLTA Saguling, tujuan adventure kami kali ini... “jiahhhh
pake istilah adventure,... biar kerenan dikit”... SANGHYANG HEULEUT.
Pipa Air untuk PLTA Saguling |
Kami pergi dengan rombongan kecil, jumlah kami
bertujuh, menggunakan empat sepeda motor, sepanjang jalan yang kami lalui, kami
tidak mendapatkan kendala apapun, meskipun jalanan cukup padat tapi motor yang
kami tumpangi cukup lancar melaju diatara kendaraan lain, hingga akhirnya kami
sampai tujuan dengan selamat, diawali dengan memasuki kawasan PLTA Saguling,
motor terus melaju melewati Power House PLTA lalu bertemu dengan satpam penjaga
portal, kita cuma bilang hendak ke Sanghyang Heleut dan diapun menunjukan arah
jalan yang harus kita lalui, terus melaui jalan beraspal hingga kita akan
bertemu dengan tikungan, kita lalui tikungan yang kekanan hingga mencapai
kantor PLTA, sebelumnya apabila ada pengunjung yang hendak pergi ke Sanghyang
Heuleut mereka biasa memarkir kendaraannya di kantor PLTA, tapi saat ini ada
aturan dimana orang luar selain karyawan PLTA dilarang memasuki halaman kantor
PLTA dan memarkir kendaraannya disana. Tetapi jangan khawatir, dari kantor PLTA
kita terus menanjak belok kanan, disana akan kita temui warung yang menjual
beberapa makanan dan minuman, dan disamping warung itulah kita parkirkan
kendaraan kita, tiket parkirnya tidak terlalu mahal, untuk kendaraan roda dua
cukup membayar Rp. 2,000 hingga Rp. 5,000, dan untuk kendaraan roda empat
membayar Rp. 5,000 hingga Rp. 10,000,-
Sampai tujuan ternyata ada beberapa rombongan lain yang juga hendak
pergi kesana, mereka terlihat lebih terkordinir, datang menggunakan beberapa
mobil elf sewaan dan berpakaian seragam kaos hitam, selain rombongan itu, kami
juga melihat beberapa rombongan lainnya dengan jumlah yang lebih kecil, usia
mereka masih muda, mungkin para mahasiswa gaul yang mencintai alam.
Dari tempat kami memarkirkan kendaraan menuju Sanghyang Heuleut ternyata
kami harus jalan kaki melewati pipa air ukuran besar yang berfungsi untuk
mengalirkan air deras untuk kepentingan PLTA, lalu naik keatas melalui tangga
besi, dan masuk kawasan hutan yang sangat
asri.
Bagi para pemula yang baru pertama kali mengunjungi Sanghyang Heuleut
jalan yang harus dilalui cukuplah rumit, hingga harus menggunakan pemandu dari
warga setempat, charges yang mereka kenakan Rp. 10,000,- per orang. Biaya yang
menurut kami sangat murah karena untuk memasuki kawasan Sanghyang Heuleut
tidaklah dipungut biaya seperserpun alias gratis, jadi kami hanya membayar
pemandu saja, dan tentu saja itu sangat menguntungkan karena kami tidak akan tersesat di hutan, maklum di tengah hutan yang kami lalui sama sekali tidak ada
arah petunjuk yang bisa kami pakai untuk menuju Sanghyang Heuleut, jadi
menggunakan jasa pemandu merupakan sebuah keharusan.
Hutan hijau di Kawasan Sanghyang Heuleut |
Sepanjang jalan di kawasan hutan yang kami lalui, kita akan disuguhkan
pemandangan hutan yang masih alami dan bersih, tidak kami temukan sampah plastik
bekas minuman air mineral atau sampah lainnya, mungkin karena mayoritas para
pengunjung adalah para pencinta alam yang sudah mulai sadar akan pentingnya
kebersihan dan kelestarian alam, hingga mereka sadar untuk tidak membuang
sampah sembarangan, disanapun kami sempat beberapa kali diingatkan oleh
pengunjung lain untuk tidak membuang sampah di tengah hutan, dan hutan hijau yang
kami lalui dibelah oleh sungai Shanghyang Poek yang airnya sangat dangkal dan
arus air yang pelan, sungai dengan hamparan batu-batu besar dengan berbagai
bentuk yang unik, sungai bersih yang mengalir hingga mencapai Sanghyang
Heuleut.
Sungai Sanghyang Poek |
Sepanjang perjalanan menuju hutan, kami sempat beberapa kali berhenti
untuk istirahat sambil mencari spot bagus untuk berfoto ria, dan karena di
tengah hutan banyak sekali spot yang bagus hingga kamipun lebih dari lima kali
berhenti, dari mulai berfoto diantara pohon-pohon besar, hamparan batu cadas
dengan bentuk yang unik, hingga di tengah-tengah sungai dangkal dengan air yang
bening, tetapi tempat paforit para pengunjung yang hendak berfoto selama dalam
perjalanan adalah Gua Sanghyang Poek, sebuah gua kecil yang digenangi air
sungai.
Sanghyang Heuleut adalah syurga tersembunyi, tempat yang saat ini sangat
ngehitsss dan fenomenal, anak-anak muda yang gaul berlomba untuk mencapai
tempat ini, karena tempat ini menjadi topik pembicaraan yang hangat di Sosial
Media terutama Instagram, tempat ini juga menjadi incaran para pencinta
kebudayaan sunda, karena Sanghyang Heuleut satu kawasan dan satu deretan dengan
Sanghyang Poek dan Sanghyang Tikoro tempat surutnya Danau Purba yang dulu
pernah menggenangi kota Bandung.
Sebagian rombongan kami |
Kami berjalan di kawasan hutan yang cukup datar, meskipun sesekali kami
harus menaiki beberapa batu besar, kami berjalan ± 1.5 jam hingga sampailah
kami di Sanghyang Heuleut, sebuah Hidden
Paradise tempat turunnya para bidadari untuk mandi.
Untuk dapat mencapai air di danau kecil Sanghyang Heuleut, kita harus
memanjat batu-batu besar yang cukup licin hingga siapapun para pengunjung yang
pergi kesana haruslah ekstra hati-hati, tetapi diatas batu besar itulah kita bisa
menikmati keindahan sebuah Syurga Tersembunyi, diatas batu besar itulah para
anak-anak gaul berlomba berfoto ria untuk nantinya mereka up load di Sosial
Media, dan diatas batu besar itupula para pengunjung bernyali besar melompat
bebas dari atas meluncur ke bawah memacu andrenalin, hingga cipratan air
menjadi sensasi tersendiri, kitapun bisa berkemah disana.
Tips apabila hendak pergi ke Sanghyang Heuleut, jangan lupa untuk memakai
sepatu yang biasa dipakai para pencinta alam saat hiking atau memakai sandal
gunung, karena banyak sekali batu-batu licin yang harus dilalui dan patahan
ranting-ranting tajam yang kita injak, pergilah saat pagi terutama di musim
hujan karena biasanya menjelang sore hujan turun dan itu sangat menyulitkan
karena batu-batu besar yang harus kita panjat akan terasa lebih licin, bawa minuman
dan makanan ringan untuk cemilan.
Sanghyang Heuleut akan tetap indah bagaikan Syurga di tengah hijaunya
hutan, sebuah danau unik di dalam hutan yang terhalang gunung, dan akan tetap indah selama kita dan
pengunjung lainnya tidak merusaknya, tidak membuang sampah sembarangan dan
tidak mencoretnya menggunakan cat semprot pada batu-batu besar dengan bentuk
yang unik.
Spot yang bagus untuk berfoto |
0 komentar:
Posting Komentar