Please ENJOY

Kamis, 15 Mei 2014

LAVA TOUR Menyusuri Lereng Gunung Merapi




Tepat pkl: 3:15 dini hari, rombongan kami tiba di Stasiun Kereta Yogya dan langsung dijemput menggunakan bis, tujuan kami untuk melihat indahnya SunSet di Gunung Merapi, Gunung yang pada tahun 2010 pernah mengalami erupsi dasyat dan menewaskan juru kuncinya Mbah Marijan. Gunung merapi adalah gunung yang paling aktif di Indonesia, rata-rata mengalami Erupsi 2 - 5 tahun sekali secara periodik.












Perjalanan bis tidak terlalu jauh tetapi cukup melelahkan, maklum setelah sebelumnya kami melakukan perjalanan selama ± 8 jam dari Bandung menuju Yogya menggunakan Kereta Api.

Untuk menyusuri Lereng Gunung Merapi, kami melalui lereng Selatan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sesampainya di kaki gunung tempat parkir bis, kami turun dari bis dan mulai mengganti kendaraan dengan kendaraan yang sesuai untuk menaiki Gunung Merapi, kami menggunakan mobil jenis Jeep, dan disinilah petualang kami dimulai.

 
Lava Tour adalah wisata petualangan menyusuri sisa-sisa erupsi tahun 2010, tetapi karena saat rombongan kami kesana status Gunung Merapi dalam keadaan Siaga, maka kami tidak bisa terlalu dekat, kami hanya diperbolehkan sampai di Batu Alien batu besar berbentuk kepala manusia, Kepuharjo dan sekitar bantaran Opak berjarak ± 6-8 km dari puncak Merapi, tetapi bila beruntung di lokasi ini kita bisa melihat keindahan matahari terbit (sunset).












Hawa di kawasan Gunung Merapi tidaklah terlalu dingin,  jadi kami tidak terlalu kewalahan melawan dinginnya hawa pengunungan, mungkin karena daerah Yogya daerah panas, bagi kami rombongan dari Bandung, kami merasa bahwa hawa di Gunung Merapi sama sejuknya seperti hawa pagi hari di Kota Bandung, dan kami merasa sudah terbiasa dengan hawa tsb.





Jeep yang kami kendarai sangatlah cocok untuk dipakai menyusuri lereng Gunung Merapai yang konturnya turun naik, berlubang dan berbelok-belok. Disepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan eksotik, berupa sungai-sungai kering yang dulu pernah menjadi jalur yang dilewati lahar ketika Gunung Merapi mengalami erupsi, sungai-sungai yang kering dimusim kemarau namun debet airnya penuh di musim hujan.

 


 









Setelah lelah menyusuri kawasan Gunung Merapi, kamipun turun dan mampir disebuah perkampungan, disana kami berkesempatan melihat Museum Alam, sebuah perkampungan dimana kami bisa melihat rumah-rumah penduduk dan berbagai barang didalamnya yang hancur, meleleh terkena panasnya gelombang awan dari merapai, penduduk sekitar menyebuatnya “wedus gembel”.


Melihat kehancuran yang disebabkan awan panas sungguh mengerikan, tak ada lagi sisa-sisa barang yang bisa terpakai termasuk hancurnya rumah-rumah penduduk, dan matinya ternak-ternak hingga tersisa hanya tulang belulangnya saja.
 

Ada sebuah bukti otentik yang menujukan waktu kejadian serangan awan panas, yaitu sebuah jam dinding milik salah seorang penduduk yang rusak meleleh, hingga jarum jamnya menempel ke badan jam, jarum panjangnya menunjuk ke angka 5 dan jarum pendeknya menunjuk ke angka 12, saat itu hari Jum’at, 5 Nopember 2010, pkl: 12:05 tengah malam, saat dimana gelombang awan panas menyapu perkampungan itu. Penduduk sekita menamai jam tsb sebagai “Jam Erupsi”.

Dari dulu Gunung merapi sudah menjadi tujuan wisata, apalagi setalah kawasan hutan disekitarnya berubah status menjadi Taman Nasional, dan setelah terjadinya erupsi di tahun 2010, gunung merapi semakin banyak dikunjungi para wisatawan yang menyukai wisata alam, namun kita tetap harus berhati-hati karena Gunung Merapi adalah gunung teraktif di Indonesia karena selalu memuntahkan laharnya secara periodik.




0 komentar:

Posting Komentar