Tepat pkl:
3:15 dini hari, rombongan kami tiba di Stasiun Kereta Yogya dan langsung
dijemput menggunakan bis, tujuan kami untuk melihat indahnya SunSet di Gunung Merapi, Gunung yang
pada tahun 2010 pernah mengalami erupsi dasyat dan menewaskan juru kuncinya Mbah
Marijan. Gunung merapi adalah gunung yang paling aktif di Indonesia, rata-rata
mengalami Erupsi 2 - 5 tahun sekali secara periodik.
Perjalanan bis
tidak terlalu jauh tetapi cukup melelahkan, maklum setelah sebelumnya kami
melakukan perjalanan selama ± 8 jam dari Bandung menuju Yogya menggunakan
Kereta Api.
Untuk menyusuri Lereng Gunung Merapi, kami melalui lereng Selatan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sesampainya di kaki
gunung tempat parkir bis, kami turun dari bis dan mulai mengganti kendaraan
dengan kendaraan yang sesuai untuk menaiki Gunung Merapi, kami menggunakan
mobil jenis Jeep, dan disinilah petualang kami dimulai.
Lava Tour
adalah wisata petualangan menyusuri sisa-sisa erupsi tahun 2010, tetapi karena
saat rombongan kami kesana status Gunung Merapi dalam keadaan Siaga, maka kami
tidak bisa terlalu dekat, kami hanya diperbolehkan sampai di Batu Alien batu
besar berbentuk kepala manusia, Kepuharjo dan sekitar bantaran Opak berjarak ±
6-8 km dari puncak Merapi, tetapi bila beruntung di lokasi ini kita bisa melihat
keindahan matahari terbit (sunset).
Hawa di
kawasan Gunung Merapi tidaklah terlalu dingin,
jadi kami tidak terlalu kewalahan melawan dinginnya hawa pengunungan,
mungkin karena daerah Yogya daerah panas, bagi kami rombongan dari Bandung,
kami merasa bahwa hawa di Gunung Merapi sama sejuknya seperti hawa pagi hari di
Kota Bandung, dan kami merasa sudah terbiasa dengan hawa tsb.
Jeep yang
kami kendarai sangatlah cocok untuk dipakai menyusuri lereng Gunung Merapai
yang konturnya turun naik, berlubang dan berbelok-belok. Disepanjang perjalanan
kami disuguhi pemandangan eksotik, berupa sungai-sungai kering yang dulu pernah
menjadi jalur yang dilewati lahar ketika Gunung Merapi mengalami erupsi, sungai-sungai
yang kering dimusim kemarau namun debet airnya penuh di musim hujan.
Setelah
lelah menyusuri kawasan Gunung Merapi, kamipun turun dan mampir disebuah perkampungan,
disana kami berkesempatan melihat Museum Alam, sebuah perkampungan dimana kami
bisa melihat rumah-rumah penduduk dan berbagai barang didalamnya yang hancur,
meleleh terkena panasnya gelombang awan dari merapai, penduduk sekitar
menyebuatnya “wedus gembel”.
Melihat
kehancuran yang disebabkan awan panas sungguh mengerikan, tak ada lagi
sisa-sisa barang yang bisa terpakai termasuk hancurnya rumah-rumah penduduk,
dan matinya ternak-ternak hingga tersisa hanya tulang belulangnya saja.
Ada sebuah
bukti otentik yang menujukan waktu kejadian serangan awan panas, yaitu
sebuah jam dinding milik salah seorang penduduk yang rusak meleleh, hingga
jarum jamnya menempel ke badan jam, jarum panjangnya menunjuk ke angka 5 dan
jarum pendeknya menunjuk ke angka 12, saat itu hari Jum’at, 5 Nopember 2010, pkl:
12:05 tengah malam, saat dimana gelombang awan panas menyapu perkampungan itu. Penduduk sekita menamai jam tsb sebagai “Jam Erupsi”.
Dari dulu
Gunung merapi sudah menjadi tujuan wisata, apalagi setalah kawasan hutan
disekitarnya berubah status menjadi Taman Nasional, dan setelah terjadinya
erupsi di tahun 2010, gunung merapi semakin banyak dikunjungi para wisatawan
yang menyukai wisata alam, namun kita tetap harus berhati-hati karena Gunung
Merapi adalah gunung teraktif di Indonesia karena selalu memuntahkan laharnya
secara periodik.
0 komentar:
Posting Komentar