Dari awal saya sudah menyadari
bahwa masuk dalam kehidupan sosial akan berhadapan dengan beragam karakter yang
berbeda, heterogen memang wajar adanya, warna-warni sifat dan sikap menjadi
suatu keunikan tersendiri, perlu penelaahan yang panjang untuk dapat memahami
semuanya, namun kitapun diberi keleluasaan untuk memilih berbagai karakter yang
bisa sejalan dengan karakter kita, tidak perlu memaksakan diri untuk bergaul
dengan orang yang dirasa kurang cocok dengan kita, meskipun terkadang kondisi
memaksa kita untuk selalu berinteraksi dengan orang-orang yang berkepribadian
nyeleneh.
Ungkapan bahwa “tak kenal maka tak sayang” memang benar adanya, saya jadi teringat seorang sahabat sewaktu sekolah dulu, pertama kali bertemu dia tak lebih dari seorang pribadi yang nyinyir, setahun penuh dia memandang saya dengan tatapan sinis, mengomentari setiap gerak gerik saya dengan celetukan yang tidak bermutu, dan selalu under estimate, tetapi saya tidak peduli, saya tetap asyik dengan dunia saya yang tidak pernah dia pahami, sampai akhirnya di tahun kedua, saya berkesempatan untuk belajar satu kelas dengannya, disanalah kami mulai mengerti pribadi masing-masing, ternyata banyak sekali kecocokan, hingga akhirnya kami berdua berteman akrab, bukan hanya di sekolah tapi juga diluar sekolah. Satu hal yang paling berharga yang pernah dia lakukan adalah, dia mengenalkan saya pada seseorang yang akhirnya menjadi orang yang spesial buat hidup saya. Awalnya kami saling kontra tetapi setelah kenal lebih dekat kami justru merasa nyaman untuk saling berbagi.
Cerita diatas adalah contoh pengalaman
yang berakhir indah, ternyata kesempatan untuk saling berinteraksi, membuat
kami saling mengenal kepribadian masing-masing, dan saling menemukan banyaknya
kesamaan hingga kami merasa cocok untuk berteman , atau mungkin juga semua ini
terjadi karena dia mampu merubah dirinya menjadi sebuah pribadi unggul, yang
lebih terbuka terhadap sebuah perbedaan, mampu mengendalikan diri untuk tidak
berpikiran negatif dan menahan diri untuk tidak berkata-kata segala hal yang
tidak penting.
Tetapi tidak semua cerita awalnya
buruk berakhir indah, ada juga cerita sebaliknya, awalnya indah namun berakhir
buruk, karena tidak semua orang mampu mengendalikan dirinya kearah yang lebih
baik.
Mulut-mulut kotor yang blepotan
dengan kata-kata yang kurang sedap, biasanya datang dari orang yang dalam
hidupnya tidak memiliki sesuatu yang dia banggakan, dia tidak mampu
mensejajarkan dirinya dengan orang lain yang lebih tinggi, didorong oleh rasa
iri dan dengki, lalu berusaha menarik orang lain agar lebih rendah dan sejajar
dengannya, dengan kata-kata dia berusaha merendahkan martabat orang lain,
hinaan, cacian, maupun sindiran menjadi hal yang biasa dia lakukan. Ibarat
sebuah teko, apabila saat kita tuangkan keluar air putih, itu karena di dalam
isi teko tsb adalah air putih, begitu juga apa bila saat kita tuangkan isinya
air keruh, itu karena di dalam isi teko tsb adalah air keruh, maka jangan heran
apabila suatu saat kita bertemu dengan orang-orang yang perkataannnya selalu
kotor, selalu sinis, selalu merendahkan orang lain, kata-kata yang tidak
bermutu dan “bau”, itu karena yang ada di dalam hati dan pikirannya memang
hanya itu, hanya hal-hal yang kotor, hal-hal yang merendahkan orang lain dan
hal-hal yang tidak bermutu.
Orang-orang yang selalu sibuk melihat
dan mengomentari segala kekurangan orang lain, tidak akan pernah mengalami kemajuan
dalam hidupnya, karena waktunya habis tersita untuk memperhatikan orang lain,
sedangkan dia tidak punya waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri, hingga
lupa dengan yang namanya introspeksi, padahal untuk meraih suatu “pencapaian”
butuh perbaikan diri.
Banyak orang yang hanya mampu
melihat semua kekurangan orang lain , padahal dirinya sendiri belum tentu lebih
baik, segala bentuk hinaan, cacian, kata-kata
kotor yang keluar dari mulut seseorang, bukanlah untuk kita balas, kita tak
perlu bersusah payah untuk menutup mulutnya, biarkan orang lain yang menyumpalnya,
yang perlu kita lakukan adalah menghindar dan pergi meraih hal-hal positif yang
selama ini menjadi target kita.
wah betul, emang byk orang senangnya melihat kekurangan orang lain padahal dia tdk lebih baik.
BalasHapusHe-he, apakah teman yg anda tulis diblog ini membacanya jg? Klu iya senengnya dia