Aku benci TUHAN



"D T"



“.....saya percaya dengan eksistensi Tuhan. tetapi saya benci Dia, Karena saya terlahir dengan kepedihan, selalu...., sampai sekarang, entahlah.. yang saya rasakan Tuhan hanya mempermainkan ciptaanNya. Pendapat saya, Tuhan menciptakan KITA karena Dia bukan mencintai kita, tetapi Dia ingin melihat kita menderita, buktinya...lihat saja, perbandingan antara orang yang bahagia dan menderita, lebih banyak mana? contoh bukti lainnya...bukankan perang itu menyusahkan? Bukankah Dia MAHA BAIK? bukankah Dia MAHA TAU?...Jika ya kenapa ada perang kalau Dia MAHA BAIK? kenapa Dia membiarkannya kalau Dia MAHA TAU? saya rasa perang pun adalah kehendakNya (MASIH DISEBUT MAHA BAIK?) kalau bukan kehendakNya terus apa? Dia tidak tau? kenapa disebut MAHA TAU? jika Dia menginginkan kita masuk dan menikmati surga...kenapa harus bersedih sedih dulu di bumi ini? bukankah SEGALANYA MUDAH BAGINYA?.. itu KESENANGANNYA BUKAN? dan saya pernah mendengar bahwa MANUSIA PALING BANYAK AKAN MASUK NERAKA..? kalau benar, kenapa disebut dengan nama MAHA BAIK? aneh.....”

 
Tulisan diatas adalah pendapat dari seorang sahabat berinisial “D T” yang mungkin sedang sedih, dan frustasi dengan kehidupannya dan sekarang sedang berpikir untuk menjadi seorang yang Atheis.

Terkadang sulit memang menerima pendapat atau faham yang dianggap tidak lazim di masyarakat, kita sering kali dihadapkan pada pilihan untuk membenci dan anti pati terhadap pendapat atau faham yang tidak sepemikiran dengan kita, sebaliknya kita hanya suka dan berpihak terhadap pendapat atau faham yang sama dengan kita (simillar to me effect), lalu bagaimana dengan pendapat yang menyatakan bahwa perbedaan itu indah dan merupakan anugerah? Perbedaan juga akan berdampak positif apa bila kita melihatnya dari sudut pandang yang positif, karena dengan perbedaan tentulah akan menimbulkan hasil-hasil yang lebih inovative.

Tidaklah bijak apabila kita harus membeci dan anti pati terhadap seorang seperti “D T” hanya karena mempunyai pendapat yang berbeda dengan kita, karena mempunyai pendapat yang berbeda adalah merupakan hak seseorang dan kita tidak bisa merampasnya begitu saja, sifat saling menghargai akan perbedaan pendapat tentulah akan lebih bijak dari pada memaksakan pendapat kita terhadap orang lain. Disisi lain kita pada umumnya terkurung pada paradigma sebuah pemikiran bahwa sesuatu yang umum dan lazim di masyarakat adalah “benar”.

Pendapat dan pemahaman seorang seperti “D T” dianggap tidak benar hanya karena pendapat dan pemahaman tersebut tidaklah umum dan lazim di masyarakat, tapi sebetulnya kitapun “tidak benar” apabila tidak mau menerima sebuah perbedaan, terlebih apabila kita berusaha memaksakan pendapat (yang kita anggap benar)  hanya karena pendapat tersebut dianggap umum dan lazim di masyarakat.