Dalam sebuah konsep memandang
kehidupan, bagi saya hanya ada dua warna, hitam dan putih, tidak pernah ada
abu-abu ditengahnya, tapi entah kenapa dalam menjalani hidup selalu saja banyak
likunya hingga hidup saya bukan hanya dua warna seperti pandangan saya selama
ini, hidup selalu saja penuh warna, meskipun kadang warna kelabu menyelimuti
tapi sering juga warna seperti pelangi datang menyapa.
Saya menganggap itu adalah sebuah
dinamika, karena aneh juga rasanya kalau hidup selalu penuh dengan candaan
tanpa adanya keseriusan, saya pernah mengalami hidup senang tapi sering juga
mengalami hidup susah, spectrum warna yang dipancarkan selalu berubah-ubah
sesuai keadaan.
Pagi ini saat berangkat menuju tempat
kerja , seperti biasa saya melewati perempatan jalan, semua kendaraan yang
searah berhenti saat lampu warna merah menyala, tiba-tiba saya melihat seorang
pengendara sepeda motor membentak pengendara sepeda motor lain, pengendara
sepeda motor itu seorang perwira TNI usia setengah baya, dia membentak
pengendara sepeda motor lain karena dianggap telah menghalangi jalannya,
padahal kita semua tahu bahwa jalan raya adalah jalan umum dimana siapapun juga
berhak menggunakannya, tetapi dengan keangkuhannya, perwira TNI itu menganggap
bahwa dialah orang yang paling berhak untuk diprioritaskan, sekilas kita bisa
menilai betapa arogannya perwira TNI itu, tanpa sadar dia telah memancarkan
gelombang warna dirinya yang sebenarnya di depan umum.
Tak ada salahnya bila kita berusaha
memperlihatkan warna diri kita yang sebenarnya, kita bisa memperlihatkan warna
keangkuhan, warna kegembiraan, warna ramah, warna ceria atau warna kemarahan,
tampil apa adanya memang jauh lebih baik dari pada hidup penuh dengan
kepura-puraan, tetapi warna yang telah diperlihatkan perwira TNI itu adalah
warna yang sangat tidak pantas dari seorang alat negara pengayom masyarakat,
dia boleh bangga dengan profesinya, tetapi pangkat yang disertai warna
keangkuhan sungguh tidak akan membuat orang lain menjadi simpati.
Ada juga cerita tentang seorang teman
yang telah lama saya kenal, dia tidak pernah tampil apa adanya, dia menganggap
bahwa warna yang dia miliki adalah sebuah aib, yang harus segera dia
tutup-tutupi, dia menutupinya dengan sebuah perkawinan, saya menganggap bahwa
perkawinan dia itu tak ubahnya selembar tirai, yang menutup rapat warna
aslinya, tetapi disengaja atau tidak disengaja, selembar tirai bisa saja
tersibak hingga saat itulah orang lain bisa dengan leluasa melihat warna
aslinya. Saya tahu persis warna asli dia yang sebenarnya, karena tanpa dia
sadari, dia sering menyibakan tirainya hingga terbiaslah keluar warna asli dia
yang sebenarnya. Dia menutupi warna abu-abu dengan tirai warna putih.
Ada juga seorang Boss yang merasa
dirinya sukses, padahal sukses itu sulit sekali untuk diukur karena tidak ada
standarisasinya, dia bangga dengan luasnya pergaulan, bangga dengan namanya
yang dikenal para birokrat, bangga atas kedudukannya sebagai seorang Boss,
sayangnya dia hanya mempunyai satu warna, yaitu hitam, amarah, kelicikan dan
dangkalnya kepekaan sosial yang dia miliki nyaris memudarkan warna lain selain
hitam. Semua orang menggunjingkannya dari sisi negatif, karena sama sekali
tidak ada warna putih dalam kehidupannya. Sungguh kasihan mereka yang hidupnya
diselimuti kabut warna hitam.
Keramahan, kebersahajaan, dan rendah
hati ibarat warna pastel yang lembut dan menyejukan, sikap kita sangat
menentukan sikap orang lain terhadap kita. Warna pastel yang dipancarkan orang
lain terhadap kita, membuat munculnya rasa simpati kita terhadap orang lain,
begitu juga sebaliknya. Sebenarnya warna primer ada 3 : merah, hijau, biru yang
digabungkan dalam komposisi tertentu, penggabungan 100% merah, 0%
hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta, begitu juga
dalam sikap kita, kita bisa menggabungkan banyak karakter dalam sebuah sikap,
karakter lucu, serius, dan kalem bisa langsung kita gabungkang, dan kapan warna
dari karakter masing-masing itu kita pancarkan, tentu saja disesuai dengan situasi dan
kondisi terntentu.
Namun sangat disayangkan, banyak
sekali orang-orang yang tidak menyadari betapa pentingnya sebuah warna saat
kita berinteraksi sosial, karena lewat warna itulah kita memberikan kesan
terhadap orang lain, dan lewat warna itulah orang lain mengingat kita, sampai
saatnya nanti kita tiada, namun warna yang kita miliki akan tetap ada dalam
kenangan orang-orang terdekat kita.
Setiap warna mempunyai karakter
tersendiri, meskipun terinterprestasikan beda di setiap daerah, di wilayah barat,
warna putih terkesan dingin dan beku seperti putih pada warna salju, namun di
daerah timur warna putih terkesan suci dan tetapi menakutkan seperti putihnya
warna kafan “meskipun secara teori putih tidaklah masuk katagori warna”
Nilai warna, ditentukan oleh tingkat
kecerahan maupun kesuraman warna. Nilai ini dipengaruhi oleh penambahan putih
ataupun hitam, Tetapi ada juga orang-orang tertentu yang dalam pergaulannya
mencari aman dan selamat, itu artinya warna yang dia perlihatkan adalah warna
netral.
Nahhhh klo aq warnanya apa ga?
BalasHapuswarnanya maca-macam seperti rainbow cake aja dwehh....
BalasHapus