Terima kasih Tuhan karena telah Kau ciptakan segala bentuk
keindahan bunyi, keindahan warna dan keindahan gerakan.
Menjadi seorang seniman
tradisional bukanlah sebuah profesi yang bisa dijadikan andalan untuk menopang
kebutuhan hidup, kebanyakan, para seniman tradisional mempunyai profesi lain,
mereka bisa merangkap sebagai pegawai negeri, karyawan swasta, pedagang dan bahkan
buruh pabrik. Banyak diantara mereka menjadikan seni sebagai cara untuk
menghabiskan waktu luang, menyalurkan bakat dan hobi, bukan sebagai cara untuk
mencari uang, karena menjadi seniman tradisional bukanlah sebuah profesi melainkan
sebuah dedikasi.
Para seniman tradisional terutama
yang masih tinggal di daerah, rela tampil meskipun hanya dibayar alakadarnya,
banyak diantara mereka yang tidak memasang tarif, karena bagi mereka masih ada
yang memintanya untuk tampilpun mereka sudah sangat bersyukur.
Kesenian daerah sangat sulit
untuk maju dan tampil bersaing dengan kesenian kontemporer, bukan karena
sedikit penggiat dan penikmatnya, melainkan karena mereka para seniman
tradisional tidak tahu bagaimana caranya memasarkan kesenian yang mereka
geluti, mereka juga tidak tahu bagaimana caranya mengemas sebuah pertunjukan
agar terlihat lebih menarik, hingga dapat sejajar dengan kesenian kontemporer, disamping
adanya keterbatasan finansial.
Kehidupan sehari-hari para seniman
tradisional di daerahnya sangatlah ironis, banyak diantara mereka yang hidup
jauh dibawah standard hidup layak, “tradisional artist is a good actor” itu
sebabnya kita tidak pernah menyangka apabila kehidupan keseharian yang mereka
jalani sangat memprihatinkan, mereka berusaha menutupi kemiskinan dengan bedaknya
yang tebal, menyamarkan kedukaan dengan sapuan
bluss on, dan memanipulasi kesedihan dengan maskara. Mereka para seniman
tradisonal adalah seniman yang tersenyum untuk sebuah kegetiran, tertawa untuk
sebuah kesedihan, dan musik mereka adalah rintihan sebuah penderitaan, tak ada
tarian untuk sebuah kebebasan, bahkan tembang kehidupan yang mereka
lantunkanpun terasa sumbang.
Adalah mimpi yang tidak terwujud
bila mereka membayangkan hidup mereka akan sejahtera melalui jalan berkesenian,
adalah sebuah kemasgulan apa bila mereka terus menganggap bahwa kesenian
tradisional adalah kekayaan suatu daerah atau kekayaan negara yang mampu membuat
hidup para senimannya kaya, bahkan ada beberapa maestro kesenian daerah yang
sering tampil di luar negeripun kehidupan kesehariannya sangatlah
memprihatinkan. Pemerintah kita tidak pernah memperhatikan nasib para seniman
daerah, meskipun mereka telah beberapa kali mengharumkan Indonesia di manca Negara,
ada diskriminasi perlakuan terhadap prestasi para seniman daerah dengan
prestasi para atlit olah raga. Pemerintah lebih bangga terhadapa atlit olah
raga yang mengharumkan nama negara dibandingkan dengan seniman daerah yang
melakukan hal yang sama.
Tak ada cara lain bagi para
seniman tradisional daerah apa bila ingin merubah kehidupannya, selain
melepaskan atributnya sebagai seniman daerah lalu mencoba melirik bidang lain
untuk dijadikan profesinya, atau tetap menjadi seniman daerah yang mandiri,
yang tidak pernah sekalipun mengharapkan perhatian dari pemerintah, lalu
bangkit dengan menampilkan sebuah kemasan pertunjukan yang menarik yang
sifatnya universal. Menampilkan sebuah pertujukan kesenian daerah dengan paket
lengkap, dari mulai promosi dan pemasaran, pemilihan lokasi pagelaran, kostum,
alat musik, tata cahaya, tata suara, make up, dan dekorasi panggung.
Semoga kesenian daerah yang
katanya sebuah kekayaan negara, akan tetap ada (apa bila memang itu sebuah
kekayaan).
0 komentar:
Posting Komentar