Dimanapun
kita berada dan dengan siapapun kita bersosialisasi, sering kali kita
dihadapkan dengan Manusia-manusia yang berkarakter “beda” dari kebanyakan, manusia-manusia
yang selalu mencari keuntungan di setiap kesempatan, bahkan mampu menciptakan
sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan demi memenuhi segala keinginannya,
manusia-manusia seperti ini cenderung tangannya selalu di bawah, kalaupun suatu
saat memberi pastilah sebelumnya telah berhitung kira-kira akan dapat kembalian
seberapa besar dari apa yang telah diberikannya, jangan berharap adanya
ketulusan dari manusia seperti ini.
Manusia-manusia
yang selalu mencari keuntungan dari keruhnya sebuah permasalahan, dasyatnya
sebuah konflik dan ketidak berdayaan orang lain, biasanya manusia seperti ini
cenderung “the one man show” (meskipun tidak selalu), tidak mempunyai kepekaan sosial
hingga sulit sekali untuk terenyuh menyaksikan penderitaan disekelilingnya,
egois, tidak konsisten dan selalu mencari kambing hitam.
Mereka itu
adalah si Oportunis, manusia culas yang tidak mau capek-capek kerja, tapi hanya
cukup dengan mengklaim hasil kerja orang lain seolah itu hasil jerih payahnya,
tidak suka dikritik, tidak pernah memberikan penghargaan kepada orang lain,
selalu ingin terlihat bahwa dirinya perfect, dan selalu anti pati terhadap
pihak-pihak yang berseberangan dengan dirinya.
Manusia
yang oportunis sangat tidak layak untuk di dekati, karena manusia seperti ini
bukanlah type penyemangat atau type yang mampu mendorong kita untuk maju, tidak
suka menolong dan bukan pendengar yang baik.
Manusia
oportunis bisa ada dimana saja dan dengan profesi yang beragam, seorang
pemimpin yang oportunis biasanya selalu menggunakan bawahannya untuk meraih apa
yang menjadi tujuannya, menjadikan bawahannya sebagai tameng dari setiap
permasalahan yang dia ciptakan, dan menghilang saat dibutuhkan, lalu saat
perusahaan/organisasi yang dia pimpin meraih kesuksesan dia akan tampil sendiri
dan mengklaim bahwa kesuksesan tersebut adalah hasil jerih payahnya dan
sebaliknya pada saat perusahaan/organisasi yang dia pimpin mengalami
keterpurukan dengan serta merta dia akan menunjuk bawahannnya sebagaia penyebab
dari semua kegagalan.
Sekilas manusia
oportunis biasanya terlihat elegan, perfect, sukses dan banyak sekali
kelebihannya, tetapi pada saat kita bersosialisasi dengannya, barulah kita akan
mampu menilai bahwa semuanya itu semu dan akan tercium busuknya.
Lalu apakah
kita sebagai orang awam mampu mendeteksi manusia yang oportunis?....tentu saja
bisa, tapi memang membutuhkan waktu untuk mengenal dan bersosialisasi terlebih
dulu atau dengan berada di lingkungan tempat si oportunis itu berada.
Setelah
kita mengetahui siapa saja manusia yang mempunyai karakter oportunis di sekitar
kita, ada baiknya kita bergegas menjauh, karena manusia seperti ini tidak
berguna dan tidak akan membuat kita maju.
0 komentar:
Posting Komentar