Tulisan ini terilhami oleh perjalanan panjang seorang kakek renta penjual bakso tahu yang biasa lewat depan rumah, pertama kali saya melihat kakek tua ini berjualan bakso tahu di tahun 1996 (hingga sekarang), betapa ibanya hati saya saat itu, lalu disela-sela kesibukannya melayani pembeli termasuk melayani saya yang juga membeli, mulailah perjalanan hidupnya tertutur......
Kakek tua yang pastilah usianya sudah kepala 80an, menuturkan kisah keluarganya, bahwa sebenarnya dia mempunyai seorang anak lelaki yang sudah dewasa dan berumah tangga hingga memberikan beberapa orang cucu, lalu timbul pertanyaan, kemanakah anak lelaki si kakek tua dan mengapa anaknya yang sudah dewasa itu membiarkan si kakek terus bekerja dengan menjajakan bakso tahu di usianya yang senja? tidak kah dia merasa iba melihat orang tuanya yang sudah renta terus bekerja?
Si kakek mulai bertutur bahwa nasib anaknyapun tidak lebih baik dari kehidupannya, serba pas-pasan, kemarin bisa makan, hari ini entah, dan besok semakin tidak menentu, hingga tidak mungkin bagi si kakek untuk menyandarkan hidup pada anak lelakinya.
Buatnya hidup adalah perjuangan tanpa akhir, karena memang selama manusia itu hidup hendaklah terus bekerja dan berusaha, dengan keyakinan bahwa suatu saat kesulitan hidup akan mampu juga terlampui.
Disisi lain sering sekali saya melihat orang-orang yang banyak menghabiskan waktunya untu berleha-leha, santai dan tidak peduli dengan semua perkembangan dan tantangan jaman, orang-orang yang menganggap bahwa perputaran waktu tidak ada artinya, disaat kebutuhan hidup terus-terusan mendesak, kemampuan tidak ada, dan keinginan untuk terus berjuang dikalahkan oleh rasa malas, lalu munculah pemikiran untuk mengatasi semuanya dengan menghalalkan segala cara.
Kriminalitas atau tindakan-tindakan yang melanggar hukum lebih banyak terjadi karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sedangkan kemapuan (skill) sama sekali tidak ada, keterbatasan wawasan dan pergaulan hingga tertutupnya akses untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Kriminalitas yang timbul biasanya berupa pencurian, perampokan disertai tindakan kekerasan. Tindakan-tindakan kriminal seperti ini biasanya terjadi di masyarakat lapisan menengah kebawah, lalu bagaimana dengan kriminalitas yang dilakukan oleh masyarakat dari golongan menengah ke atas?
Untuk golongan menengah ke atas kriminalitas biasanya terjadi akibat adanya rasa tidak puas atau lemahnya rasa syukur atas apa yang telah didapatkan, adanya keinginan untuk terus menerus menaikan status sosial, mengejar gengsi, dan posisi yang selalu memberikan peluang untuk melakukan tindakan kriminal, disamping lemahnya ahlak atau budi pekerti terhadap pemahaman agama yang dianutnya. Kriminalitas yang timbul biasanya berupa penipuan, penggelapan/pemalsuan, korupsi, dll
Tindakan-tindakan kriminal bisa terjadi dimana saja, dan dilakukan oleh siapa saja tanpa melihat status sosial, latar belakang pendidikan, ras, maupun agama, lalu bagaimanakah caranya kita menjaga diri kita agar terhindar dari tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita? dan bagaimana agar kitapun tidak melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti itu?
Mulailah dari diri kita sendiri, dengan membiasakan hidup teratur, ada saat dimana kita belajar menuntut ilmu di sekolah dan ada waktunya kita harus mulai giat bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Contohlah keteladanan si kakek tua, yang terus berjuang menjajakan bakso tahu demi memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan berusaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan kriminal yang akan merugikan orang lain dan dirinya sendiri. tentunya dengan memilih profesi lain tidak menjual bakso tahu seperti itu, karena hidup adalah perjuangan tanpa henti dan dalam perjuangan itu banyak pilihan yang bisa kita ambil.
Allah itu Anjing, juga babi, Bahkan Ngentottt
BalasHapus