Suara menderit yang muncul karena
gesekan dua benda keras sungguh membuat ngilu, beradunya pisau stainless
campuran besi baja dengan gerinda sebagai pengasahnya terasa kurang nyaman
dikuping, namun pak tua dengan asyik menyelesaikan tugasnya.
Detik demi detik seolah enggan aku lewatkan hanya untuk memperhatikan si pak tua, tapi sedikitpun si pak tua
tak menghiraukan dan terus saja perhatiannya hanya terfokus pada satu sisi dari
pisau yang diasahnya, “pasti bisa tajam” katanya.
Usia yang hampir mencapai delapan
puluhan, bukanlah halangan baginya untuk terus berupaya menghidupi diri dengan
profesi yang telah dia geluti hampir 40 tahun, “renta bukanlah halangan bagi
bapak untuk keluar rumah mencari penghidupan” begitu jawabnya ketika aku menanyakan
sejak kapan dia bekerja seperti ini. “bapak asli garut, tapi sudah mulai
tinggal di bandung di tahun enam puluhan” lanjutnya lagi.
Kehidupan selalu berputar seperti
roda pedati, kadang kita diatas dan dunia terasa begitu indah, segala sesuatu
yang kita jalani terasa manis, namun terkadang kehidupanpun mengharuskan kita
untuk berada dibawah dimana pandangan kita terhadap dunia begitu pekat, segala
sesuatu yang kita jalani berbuah kegagalan dan terasa pahit, selalu saja ada
dinamikanya, tapi mengapa roda kehidupan si bapak pengasah pisau tidak seperti
roda pedati? Roda kehidupan bapak itu tidak mau berputar, berhenti seolah tidak
ada rotasi, sudah lama kehidupan si bapak dibawah dan sampai sekarangpun masih
tetap dibawah.
Nasib memang tidak mungkin
berubah kalau kita tidak berusaha untuk merubahnya, namun bukankah apa yang
dilakukan si bapak pengasah pisau juga adalah upayanya untuk merubah nasib?
Ternyata memang benar juga dengan
apa yang aku yakini selama ini, pada saat kita berada dibawah, pada saat kita
menghadapi berbagai macam kesulitan hidup, ada satu yang masih bisa kita
andalkan untuk bertahan dan bangkit, kita bisa mengandalkan Skill yang kita
miliki, karena hanya skill itulah yang bisa kita pakai untuk menyandarkan hidup
kita. Si bapak pengasah pisau pastilah tidak mampu untuk bertahan dan bangkit
dari kesulitan ekonomi yang menghimpitnya, karena dia hanya mempunyai kemauan
tanpa adanya kemampuan, nasib baik memang tidak akan pernah berpihak pada
orang-orang yang tidak mampu mengakurkan diri dengan perkembangan zaman, dan profesi sebagai pengasah pisau adalah profesi yang mudah sekali tergerus.
“ini ketiga pisaunya sudah
selesai diasah, satu pisaunya dua ribu rupiah, jadi total untuk tiga pisau enam
ribu rupiah” kata si pak tua membuyarkan lamunanku.
gue yakin sibapak ditahun 70-80'an dulu pernah mengalami masa jaya sbg pengasah pisau! mungkin dimasa jayanya beliau tidak bisa menata hidupnya dengan baik hingga seperti saat ini!
BalasHapusbegitu pula dgn kita yg sekarang sedang masa jaya2nya jgn sampai kita salah menata hidup kita sehingga dipandang dgn rasa iba oleh generasi berikutnya sama seperti nasib bapak pengasah pisau ini!